Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mancing di Tengah Jalan, Cara Warga Mentertawakan Wali Kota

12 Maret 2020   23:27 Diperbarui: 12 Maret 2020   23:31 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Kampung Kedawung ramai-ramai mancing di tengah jalan (foto Ilung/dokpri)

Mancing ramai-ramai di tengah jalan dengan kubangan air besar menguasi badan jalan. Para warga menempati posisi mengitari kubangan air. Batang joran pancing tersulur dengan kail umpan yang dilempar. Menunggu hingga umpan dimakan ikan.

"Kali aja dapat ikan APBD," kata salah seorang pemuda. 

"Kali aja dapet duit proyek nyangkut," kata pemuda lainnya menimpali.

Semua warga kemudian tertawa dengan lepasnya. Hanya mengeluarkan kata-kata konyol dan disambut dengan tawa lepas yang terdengar. Tidak peduli dengan kendaraan yang akan melintasi jalanan berkubang air kotor itu.

"Coba Walikota diajak mancing bareng, sambil ngobrol Pilkada. Pasti seru," kata seorang bapak.

Gelak tawa mereka membuat suasana mancing semakin semarak. Mencoba terus mentertawakan pemimpin yang selama ini membiarkan kubangan-kubangan air di tengah jalan semakin parah.

Mereka tidak mengharapkan ikan yang nyakut di kail. Apa yang mereka lakukan hanya sebagai bentuk sindiran terhadap penguasa yang membiarkan jalan-jalan rusak. Banjir yang terjadi setiap hujan deras membuat badan jalan rusak, hingga kubangan air terbentuk.

Jalanan rusak yang berada di Kampung Kedawung, Kelurahan Tegal Bunder, Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon, Banten sudah terlalu lama dibiarkan. Padahal jalan ini cukup ramai dilintai warga.

Lagi-lagi, mancing hanyalah bagian dari aksi. Mentertawakan kesuksesan pemimpin dalam membangun kotanya. Sementara untuk melakukan perbaikan jalan rusak saja tidak sanggup. Bagaimana mencapai keberhasilan pembangunan yang lebih besar?

Di tengah kota industri dengan pendapat asli daerah triliunan rupiah, anggaran untuk memperbaiki jalan rusak saja terlalu serat.

RT, Lurah, dan Camat sudah biasa melintasi jalan rusak itu. Namun sebagai aparat yang lebih dekat dengan warga tidak mampu menjadi penyambung lidah ke Wali Kota. Entah karena sudah hilang rasa empati atau sudah menutup mata dan hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun