Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Mengetahui dan Memahami

21 Juni 2018   06:10 Diperbarui: 21 Juni 2018   07:40 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: yesprograms.org

Setiap orang mengetahui. Tetapi tidak setiap orang memahami apa yang dia tahu. Misalnya saja dia tahu apa itu motor mulai dari merek, tipe atau modelnya. Tetapi apakah dia mengerti mekanisme bagaimana motor tersebut bisa bergerak sendiri dengan bantuan mesinnya. Tentu saja banyak orang yang tidak paham mengenai hal tersebut.

Namun demikian, mengetahui merupakan langkah awal dari setiap orang untuk bisa memahami. Tanpa adanya pengetahuan, pemahaman mustahil bisa dikembangkan sebagai pengetahuan tingkat lanjutan. Contoh sederhana lagi misalnya, ketika kita memilih pasangan kita, pertama-tama kita harus tahu dulu namanya, alamatnya, asal-usul keturunannya dan lain-lain. Itu adalah dasar-dasar dari pengetahuan yang akan membantu kita dalam membuat keputusan.

Tetapi itu saja tidak cukup. Setelah kita memutuskan untuk hidup bersamanya, barulah di dalam perjalanannya, kita menjadi mengerti yang sebenarnya siapa itu pasangan kita. Bagaimana wataknya, bagaimana perangi dan budi pekertinya dan hal-hal lainnya yang terkadang terlewatkan di saat awal-awal kita mengetahuinya dulu.

Oleh karena itu, sebuah pengetahuan sebaiknya tidak berhenti hanya sekadar menjadi pengetahuan tetapi harus disempurnakan menjadi sebuah pemahaman. Jika sekadar menjadi pengetahuan maka manusia tidak ubahnya menjadi seperti mesin pencari Google yang serba tahu. Apa pun yang kita tidak tahu, kita bisa bertanya kepadanya. Tetapi Google tidak bisa memahami sebagaimana manusia bisa memahami.

Terlebih lagi jika pengetahuan dikaitkan dengan suasana emosi (perasaan), maka tanpa adanya pemahaman sulit rasanya seseorang bisa merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Jika kita mengenal istilah simpati, barangkali hal tersebut hanya terbatas pada sebuah pengetahuan semata. Tetapi yang lebih dalam dari itu adalah empati di mana di samping mengetahui, juga memahami dan merasakannya.

Dapatkah Google bersimpati apalagi berempati seperti hanya manusia yang didasari oleh pemahaman mengenai sesuatu? Jawabnya tentu saja tidak.

Pemahaman sebagai Dasar Kebijaksanaan

Pemahaman terhadap sesuatu akan menjadi modal utama untuk menjadi bijak. Bijak di sini berarti bertindak bukan saja berdasarkan pada pengetahuan tetapi juga pada aspek lainnya. Aspek lain misalnya saja konteks, alasan, tujuan, situasi dan kondisi dan aspek lainnya yang bisa menciptakan sebuah pemahaman utuh dari pengetahuan.

Ambil saja contoh misalnya, kita tahu bahwa perjalanan ke Jakarta dari Tasikmalaya akan memakan waktu sekitar 8 sampai 10 jam tergantung kepada keadaan. Jika kita memakai kendaraan sendiri, tentu saja agar menjadi bijak kita harus mempersiapkan segalanya. Siap dengan bahan bakar yang tidak hanya cukup untuk 8 sampai 10 jam perjalanan, siap dengan bekal keuangan agar tidak menyengsarakan diri sendiri dan orang lain yang ikut serta, siap dengan kondisi badan agar tidak merepotkan orang lain.

Jadi mengetahui perjalanan ke Jakarta selama 8 sampai 10 jam saja tidaklah cukup. Masih harus ada hal-hal lain yang merupakan pengetahuan sampingan bahkan penyempurnaan agar perjalanan tersebut bisa terlaksana. Tanpa dilengkapi oleh pengetahuan tambahan lainnya sebagai bentuk pemahaman lanjutan dari pengetahuan mengenai perjalanan, maka dimungkinkan perjalanan tersebut akan menjadi masalah.

Ada sebuah hikayat di masa lalu ketika Khalifah Umar bin Khattab menjadi pemimpin umat Islam. Satu saat dia mendapatkan pengaduan mengenai seorang pencuri yang tertangkap. Menurut hukum yang berlaku, siapa pun orangnya maka yang mencuri harus dihukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun