Mohon tunggu...
Jack Sparrow
Jack Sparrow Mohon Tunggu... Penulis -

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Widuri R. Ratulangi, Si Gadis Toleransi

21 Juli 2017   04:40 Diperbarui: 21 Juli 2017   14:57 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Namanya Widuri Risto Ratulangi. Dia teman sekelasku sewaktu SMA dulu. Dan teman-teman kelas biasa memanggilnya dengan panggilan 'Kriwul'. Setiap kali mendengar panggilan itu aku langsung tertawa terpingkal-pingkal. Habis lucu menurutku. "Masa cantik-cantik namanya Kriwul" Begitulah aku menggodanya. Dan tawaku hanya akan diam jika sudah melihat ia sewot sambil tak henti terus mencubitku hingga membiru-biru.

Sungguh, dia gadis yang cantik dan manis sebenarnya. Rambutnya ikal tergerai dan membuat wajahnya menjadi kian eksotis, di mataku. Akan tetapi apakah hal itu yang membuat sosoknya jadi menonjol di antara teman-teman kelasku ? Bukan. Yang membuat dia menonjol dan istimewa bagiku adalah tentang keberanian dan sikap kritisnya akan hal-hal yang tak sejalan dengan apa yang dia ketahui dan ia fahami.

Aku masih ingat betul insiden ia dikeluarkan dari jam pelajaran gara-gara ia memprotes guru agama yang sedang berapi-api memberi materi tentang SURGA DAN NERAKA. Guru agama mengatakan, bahwa konon katanya seburuk apapun seseorang, merampok, korupsi atau apapun itu, asal dia seorang muslim, pasti masuk surga. Demikian sebaliknya, sebaik apapun orang itu, rajin beramal, suka menolong orang, membangun tempat ibadah atau apapun itu, kalau dia bukan seorang muslim, pasti masuk Neraka. Karna dia adalah Kafir.

Mendengar penjelasan sang guru tentang hal itu, si Kriwul ini langsung protes keras dan membuat gaduh seisi ruang kelas. Di akhir perdebatan, akhirnya Widuri di keluarkan dan tak di izinkan lagi untuk melanjutkan pelajaran.

Malamnya, usai selesai kusiapkan tugas sekolah untuk esok hari, dia datang dan langsung duduk manyun di bangku depan rumah. Wajahnya tak seceria biasanya. Pasti masih ada sisa-sisa amarah setelah insiden di sekolah tadi, fikirku.

"Gue gak setuju banget dengan cara Pak Amin di kelas tadi, Jack". Benar dugaanku.

"Lho,, kan memang itu yang tertulis di Al-Quran dan yang ada dalam ajaran agama kita, bukan?" Sembari kutarik bangku dan duduk lebih dekat. Temanku satu ini unik. Saat dia tengah bercerita, selain harus jadi pendengar dan lawan diskusi, maka aku juga harus duduk lebih dekat. Alasanya adalah saat dia sedang marah dan gemes, maka aku akan dijadikan sasaran lampiasanya. Aku tak ingat lagi, sudah seberapa banyak tubuhku di buat Biru lebam oleh cubitannya. Menyebalkan memang. Habis Sakit..

"Bukan itu maksud gue, Jack. Bukan soal benar atau tidaknya dengan apa yang ada di Al-kitab" Suaranya meninggi sambil nyubit lenganku kecil-kecil sekaligus di pelintir. Puuuff..

"Lha,, terus ?" Aku meringis kesakitan.

"Gue gak setuju kata-kata itu diucapkan di depan kelas sementara di kelas itu ada banyak murid yang tak seiman dengan kita" Oww,, yaa. Kini aku mulai faham kenapa dia memprotes guru agama di kelas tadi, batinku. Lalu dia melanjutkan.

"Semua insan beragama memiliki hak penuh untuk percaya atas kebenaran agama dan isi kitabnya. Setiap umat bertuhan memiliki kebebasan untuk mengklaim bahwa dialah yang paling berhak masuk surga, sementara umat lain masuk neraka. Dan itu sah-sah saja sepanjang itu dalam konteks lingkup internal. Konsumsif pribadi. Dalam caramah-ceramah yang memang dalam kelompok yang seagama. Tapi itu akan jadi masalah besar jika hal itu dilakukan di hadapan orang yang jelas-jelas tak seiman".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun