Mohon tunggu...
Lipul El Pupaka
Lipul El Pupaka Mohon Tunggu... Wiraswasta - lagi malas malasnya

ini bio belum diisi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berbuat Baik Itu Mulia, Mampu Memaafkan Jauh Lebih Mulia

22 Desember 2013   23:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:36 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="267" caption="ilustrasi/admin (gstatic.com)"][/caption]

Semoga keselamatan, kasih sayang dan berkah Allah selalu untuk kita.

Sahabat,

Dua hal yang harus dilupakan dalam hidup :

[Pertama] Kebaikan kita kepada orang lain, dan

[Kedua] Kesalahan orang lain terhadap kita.

Bila kita mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk berbuat baik lakukanlah!!! Karena banyak orang yang mempunyai kemampuan tetapi tidak memiliki kesempatan.

Demikian juga banyak yang mempunyai kesempatan tetapi tidak punya kemampuan melakukan kebaikan.

Sahabat, ini ada cerita mengenai dua hal di atas

Dahulu disebuah perkampungan tinggal seorang nenek yang sudah sangat tua. Namun kondisi tubuhnya masih sangat sehat. Walaupun usianya sudah lanjut dirinya masih bisa mencari nafkah sendiri. Walaupun hidup sendiri, dirinya tidak pernah terlihat sedih. Setiap waktu bibirnya selalu mengembangkan senyum dan raut mukanya ceria.

Nenek ini tidak menjadi beban para tetangga, sebaliknya para tetangga menjadikan beliau sebagai tempat mencari jalan keluar untuk berbagai masalah, karena Sang nenek memang terkenal suka membantu terhadap sesama, beliau akan memberikan bantuan sebanyak yang ia bisa. Kalau memang harus memberikan bantuan berupa materi, ketika ia punya dirinya tak segan-segan memberikan kepada yang lebih membutuhkan. Tidak hanya orang yang tidak mampu saja yang sering minta bantuan kepada Sang nenek, banyak juga orang kaya bahkan pejabat setempat mendatanginya untuk sekedar meminta nasehat. Masyarakat setempat sangat mengagumi dan menghormati Sang nenek mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua.

Suatu hari, dirinya pun didatangi seorang pejabat desa setempat, pejabat ini terkenal sangat dermawan. Namun pejabat ini tetap merasakan pamornya kalah dengan Sang nenek. Ia merasakan apa yang dilakukan jauh melebihi sang nenek.

Ia selalu membantu rakyatnya yang kesusahan dan ia merasakan apa yang di dapat tidak setimpal. Hatinya sangat gelisah dan pejabat ingin mencari tahu apa yang diperbuat nenek sehingga Sang nenek mendapatkan simpati yang melebihi dirinya.

Pejabat : “Nenek aku ingin tahu rahasia nenek sehingga nenek begitu dihormati disini ?”

Nenek : “Nenek tidak melakukan apa-apa” Jawab nenek dengan gaya khasnya yang selalu tersenyum tulus kepada siapa saja.

Pejabat : “Aku benar-benar ingin tahu nenek, Aku merasakan aku sudah berusaha yang terbaik untuk rakyatku tetapi mengapa aku masih tetap saja gelisah. Bukankah kata orang-orang bahwa yang selalu berbuat baik hidupnya akan tenang?”

Nenek : “Itu betul tuan pejabat!”

Pejabat : “Kalau berbicara kebaikan aku yakin aku jauh lebih banyak berbuat baik dibandingkan nenek. Tapi bagiku bisa membantu orang merupakan satu karunia terbesar yang harus aku syukuri”

Nenek : “Itu juga betul tuan pejabat!”

Pejabat : “Aku bisa merasakan dan sangat yakin hidup nenek jauh lebih tentram dan bahagia dari aku” Tuan pejabat makin gelisah.

Sang nenek memberikan jawaban yang sama dan pembawaannya juga tetap tenang : “Lagi-lagi tuan pejabat betul”

“Mengapa bisa demikian?” Airmuka pejabat mulai berubah. Wibawa Sang pejabat hampir tidak terlihat dan berganti sosok yang memelas yang lagi membutuhkan pertolongan.

Nenek melontarkan pertanyaan: “Apakah tuan pejabat benar-benar ingin tahu penyebab kegalauan tuan?” . “Iya nek” Balas tuan pejabat.

Nenek Cuma menjawab begini : “Sesungguhnya nenek pun belum tahu apa penyebabnya, yang bisa nenek lakukan adalah mencari akar permasalahan yang menyebabkan tuan gelisah” Kali ini nenek berbicara dengan nada yang sangat berwibawa. Dan kewibawaannya semakin membuat si pejabat ciut.

Baiklah, nenek ingin tanya hari ini tuan sudah berbuat kebaikan apa saja dan kejahatan atau kesalahan orang lain apa yang diterima tuan ?” Nenek menatap dalam-dalam sedangkan tuan pejabat tidak berani membalas tatapan Sang nenek.

Ia (Pejabat itu) tertunduk lesu dan menjawabnya :

Hari ini aku telah membantu sebuah keluarga yang kelaparan. Aku terharu melihat mereka menitik air mata saat menerima bantuan dariku, tapi yang membuatku kesal saat aku menuju kesini ditengah jalan aku bertemu seorang yang terpeleset dijalan, aku menolongnya, dia bukannya berterimakasih malah memaki-maki aku dengan kata yang kasar katanya aku jadi pejabat tidak becus. Masa, jalan lagi rusak tidak diperbaiki. Padahal kondisi jalan sama sekali tidak rusak. Aku benar-benar tidak bisa diterima, air susu dibalas dengan air tuba” Jelas pejabat panjang lebar.

Lupakan itu semua maka hidup tuan akan tenang” Potong Nenek tua itu.

Maksud nenek?” Tuan pejabat makin bingung.

Lupakan kebaikan kita kepada orang lain dan juga lupakan kesalahan orang lain terhadap kita” Perkataan ini sangat menyentuh pejabat.

Akhirnya tuan pejabatpun paham apa yang membuat dirinya tidak tenang dan mengapa hidup sang nenek begitu dihormati. Tuan pejabat pun berpamitan pulang dan ia telah menemukan kunci hidup tenteram. Setelah itu, wajah tuan pejabat pun selalu terlihat ceria dan mengembangkan senyum. Dirinya pun dengan niat yang kuat untuk tidak mengingat lagi kebaikannya dan melupakan/memaafkan kesalahan orang lain.

Berbuat baik itu mulia, mampu memaafkan jauh lebih mulia

Ya begitulah....Kebaikan akan kehilangan nilai luhurnya jika mengharapkan pamrih, dan kselahan orang lain pun akan membawa berkah jika kita bisa memaafkan.

Ada satu riwayat dimana suatu ketika ada seorang pria bertanya kepada Rasulullah SAW tentang akhlak yang baik, maka Rasulullah SAW membacakan firman Allah:

Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf (kebaikan), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh (keburukan)(QS al-A’raaf [7] : 199).

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi maaf kepada orang yang kikir kepadamu dan memaafkan orang yang zholim kepadamu.” (Hr. Ibnu Abud-Dunya)

Dalam Hadits Qudsi yang artinya : “Nabi Musa a.s telah bertanya kepada Allah : Ya Rabbi! Siapakah diantara hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandangan-Mu ?" Allah berfirman :"Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya), dapat segera memaafkan." (Kharaithi dari Abu Hurairah r.a)

Dalam Perang Uhud Rasulullah mendapat luka pada muka dan juga patah beberapa buah giginya. Berkatalah salah seorang sahabatnya “Cobalah tuan doakan agar mereka celaka" Rasulullah menjawab : “aku sekali kali tidak diutus untuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan penebar kasih sayang. Lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah Yang Maha Mulia dan berdoa : Ya Allah ampunilah kaumku , karena mereka tidak mengetahui"

Terakhir, Dalam AL-Qur'an lagi-lagi Allah berfirman :

“....dan hendaklah mereka suka memaafkan dan mengampuni. Apakah kalian tidak suka Allah mengampuni kalian?(QS. An-Nuur : 22)

So..Jangan pikir-pikir lagi. Jangan terlalu panjang ‘ngelamun’Hehe... Ayooooo!!! Lakukan aja seperti hal di atas, dengan niat yang kuat, usaha keras yang pastinya cerdas untuk menuju kebaikan hidup jiwa raga!!! Karena inilah KUNCI HIDUP TENTERAM.~

Wallahu A'lam Bishowab

Trim's________

^*^*^

Bengkulu, 22 Desember 2013

Pria bervespa, bersandal jepit, dan suka berjaket levis~

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun