Mohon tunggu...
Lia Priscilia
Lia Priscilia Mohon Tunggu... -

"Make the effort in your own lives to do small things because little things mean a lot" ~njonjamanis.blogspot.co.id~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Si Nenek, antara Keringkihan Tubuh dan Wajah Awet Mudanya

29 Juli 2015   20:53 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:38 2364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - nenek awet muda (Shutterstock)

Ini adalah hari pertamaku di sini, bekerja sebagai kasir di sebuah klinik kecantikan ternama di Jakarta. Dan hari ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengannya. Seorang nenek yang berjalan tertatih-tatih membuka pintu klinik tempatku bekerja. Menurut teman-temanku para terapis, nenek itu langganan mereka dan mereka suka berbicara gosip tentangnya.

Mereka bilang padaku, jika nenek itu datang dan mengajakmu main tebak-tebakan usia, maka katakan padanya bahwa kau mengira usianya jauh lebih muda daripada seharusnya. Ya, mereka benar, tak lama setelah menyelesaikan transaksi pembayaran, kami berbincang basa-basi sejenak, dan mulailah dia memancing aku untuk menebak berapa usianya. Dia terlihat sangat senang ketika kukatakan bahwa usianya mungkin baru sekitar lima puluhan dan berkata dengan penuh semangat bahwa usia sebenarnya adalah 70 tahun. Dan katanya lagi, bukan aku saja yang terkecoh, banyak orang suka terkecoh dengan usianya. Diam-diam aku merasa kasihan padanya. Apakah begitu berartinya pujian orang lain tentang betapa awet mudanya dia. Atau apakah memang begitu naluri seorang perempuan, haus akan puja-puji orang tentang kecantikannya serta penampilan ragawinya, tak peduli seberapun lanjut usianya, tak peduli apakah yang dikatakan orang lain hanya sekedar basa-basi atau jilatan semata. Kemudian, si nenek berjalan tertatih tatih menuju pintu keluar klinik tempatku bekerja. Satpam di depan pintu berusaha membimbing tangannya namun ditepisnya bantuan tersebut.

"Kau tau kenapa nenek itu selalu menolak bantuan kami untuk menuntunnya?" tanya salah satu terapis padaku.

"Tidak, kenapa?" aku bertanya balik.

"Karena orang muda tidak ada yang berjalan dituntun, dan nenek itu ingin terlihat muda di mata orang lain," katanya.

Seminggu telah berlalu setelah pertemuan pertama kami. Nenek itu datang lagi, dia membawakan kami sekotak besar donut penuh dengan hiasan gula di atasnya.

"Makanlah kalian, ini donut yang enak, donut kesukaanku."

Kami semua tersenyum sambil mengucapkan terima kasih, sampai salah satu dari terapis teringat bahwa nenek itu sering berkata bahwa dirinya mengidap diabetes dan aneka macam penyakit lainnya.

Seolah tahu pikiran kami, nenek berkata, "Aku memang mengidap banyak penyakit, tapi donat ini enak sekali, aku tidak dapat menahan diri untuk tidak membelinya. Untunglah aku punya dokter yang hebat, dia memberi aku obat-obatan yang canggih, selama aku minum obatnya  tidak akan terjadi apa-apa pada diriku."

Lagi-lagi aku merasa kasihan kepadanya. Apakah sebegitu besar ketergantungannya akan dokter dan obat-obatan sehingga membiusnya untuk tidak mempedulikan apa yang baik dan tidak baik bagi tubuhnya. Bukankah semua penyakit timbul akibat pola makan dan pola hidup tak sehat yang kita jalani selama bertahun-tahun. Apalah arti semua perawatan kulit muka dengan peralatan tercanggih yang selama ini dia lakukan, namun tubuhnya tetap tak mampu menyembunyikan tanda-tanda kerusakan yang dibuatnya sendiri selama ini. Apa pula arti pujian orang tentang betapa mulusnya mukanya, betapa bagus potongan rambutnya, betapa keren baju dan tas yang dia pakai, namun untuk melangkah saja tampak begitu lemah dan ringkih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun