Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Bayi Isap Jari Lebih Sehat

19 September 2017   19:47 Diperbarui: 19 September 2017   19:52 2885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayi lebih suka mengisap jarinya. Pernah lihat beberapa bayi kebanyakan bahkan ada ketika tidur bayi mengisap jempolnya? Itu masih lucu-lucunya, tapi kebanyakan bayi lebih suka mengisap jari. Umur 2 bulan bayi sudah mulai mengisap-ngisap jempolnya, sudah mulai deketin tangan, dia mulai penasaran itu apa, dia mulai tau itu jari. Mengisap itu suatu bentuk kesenangan pada bayi yaitu fase oral, fase dimana umur bayi anatara 2 bulan sampai 3 tahun dia memang senang memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya. Jadi wajar dia itu mengidentifikasi itu apa. Jadi mulai dari jempol dia itu mengisap "oh jempol itu seperti ini, telunjuk itu seperti ini" dia sebenarnya mencermati dalam pikiran juga dan dia juga belajar. Memang fase oral itu penting sekali, tidak boleh dilewati. 

Jadi memang bayi mengalami hal tersebut, semakin dia mengeksplor hal itu semakin bagus. Jangan dilarang, jangan dilepas kalau masih di fase itu. Kalau sudah melewati fase itu tapi masih menghisap itu sudah boleh di kurangi. Isap bayi itu merupakan fase yang normal pada bayi karena merupakan suatu proses motorik otak untuk mengidentifikasi apa yang sedang dikerjakan. Misalnya anak berusia 9 bulan memasukkan kakinya ke dalam mulutnya, itu biarkan. Sebab masih dalam fasenya. Sebenarnya kaki yang dia masukkan ke dalam mulutnya itu bersih. Isap jari pada bayi itu perlu diawasi, orang tua harus memastikan kuku dan jarinya dalam keadaan terpotong pendek dan bersih. 

Jadi menghisap jari pada bayi merupakan suatu hal yang mengenalkan saraf-saraf pada bayi, dia juga mulai menyatukan bagaimana rasanya, bagaimana bentuknya, jadi nanti akan terekam oleh bayi dan itu nanti akan terbawa sampai besar sebagai stimulasi awal untuk perkembangan aktifitasnya. Menurut penelitian, salah satunya orang yang merokok itu disebabkan oleh terlewatinya fase oral (menghisap jari) pada saat bayi. Anak-anak di bawah usia 3 tahun masih banyak sekali yang memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya. Karena itu merupakan salah satu indra yang paling peka terhadap lingkungan sekitarnya. 

Kadang-kadang saat kita justru melarang indra perasa yang ada di mulut, akhirnya tidak berkembang dengan baik menjadi sesuatu yang berbeda nanti di masa dewasanya. Dengan anak-anak yang menghisap jari, bayi lebih rentan atau lebih tahan terhadap alergen karena memasukkan sesuatu membuat tubuh bereaksi ada sesuatu yang masuk ada sesuatu yang baru yang kemudian tubuhnya memberikan reaksi memberikan respon yang lebih baik. Ada juga fase anal yaitu seperti fase merangkak, harus terlewati dengan baik. Fase-fase itu harus dilalui dengan tahapan demi tahapan termasuk fase oral dan fase anal. 

Jadi jangan dipaksa, jangan ditarik juga. Tapi dibersihkan, disterilkan misal barang-barang kesukaan dia akan di masukkan ke dalam mulut itu yang harus disterilkan terlebih dahulu. Bayi atau anak-anak yang menghisap jarinya dapat diartikan kordinasi antara mata, motorik dan saraf itu bekerja dengan baik. Anak yang sudah bisa mengikat tali sepatu itu sudah kelihatan 3-4 tahun dia bisa. Waspadai yaitu anak yang kesulitan untuk mengancingkan bajunya karena mungkin saja terjadi kesulitan kordinasi antara tangan dan mata. 

Itu salah satunya disebabkan dia tidak mengisap jari ketika masih bayi. Kemudian juga orang tua harus bisa mengganti kebiasaan ngempeng pada bayi dengan finger food yaitu jenis makanan yang dapat dihisap oleh bayi. Jadi orang tua harus bisa memperhatikan tumbuh kembang anak dari waktu ke waktu dari hari ke hari memang harus selalu diperhatikan jangan terlewatkan satu hari pun. Jadi bayi dari hari ke hari bayi ngempeng, bayi berjalan itu sesuatu yang memang sangat luar biasa dan itu tidak bisa di putar balik lagi kalau sudah terlewatkan ya sudah. Waktu tidak akan bisa di putar kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun