Malam berbintang itu seketika berawan kesedihan. Kenangan terbuka. Luka lama menganga tanpa terduga.
Berawal dari undangan makan malam. Beberapa minggu setelah kepulangannya, Calvin mengundang ketujuh sahabatnya makan malam di rumahnya. Sudah lama mereka tak makan malam di rumah mewah di lereng bukit itu.
Entah, Calvin menjadi semakin baik dan murah hati sekembalinya dari Tiongkok. Hanya Silvi dan Revan yang paling mengerti. Sementara Albert, Anton, Julia, Calisa, dan Rossie berpikiran positif. Mungkin Calvin berbuat kebaikan sebanyak mungkin demi rasa syukur. Syukur karena ekspansi perusahaannya sukses besar.
Merasa paling mengerti, Revan tiba lebih dulu. Ia sudah sampai satu jam sebelum waktu yang dijanjikan. Begitu melihat Rush biru gelap Revan, langsung saja Calvin turun ke halaman.
"Hei, sendirian saja? Silvi mana?" sapanya saat Revan turun dari mobil.
Revan tersenyum nakal. "Cari-cari sepupuku nih."
"Bukan, bukan gitu. Biasanya kalian kan selalu bersama."
"Selalu bersama? Kayak lagunya Calvin Jeremy aja. Lagunya kembaranmu tuh."
Calvin melipat lengannya. Susah bicara serius dengan Revan. Diajaknya sahabat pirangnya itu masuk ke dalam.
Malam ini, Revan begitu tampan dalam balutan jas mahal berwarna biru laut. Biru memang warna favoritnya. Calvin sendiri tak kalah menawannya dalam suite hitam.
"Calvin, are you ok?" tanya Revan hati-hati.