Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Jangan Kelamaan Kalau Service

1 Oktober 2019   10:43 Diperbarui: 1 Oktober 2019   10:51 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pose 3D para jawara bulutangkis yang pernah mengharumkan nama Indonesia, lokasi Istora, saat Indonesia Open 2016 (gambar koleksi pribadi penulis)

Salam olahraga.
Salam bulutangkis.

Halo Badminton Lovers.

Kekalahan MD andalan Indonesia, Kevin/Gideon, dari MD Korea Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae, di babak kedua Kejuaraan Dunia 2019, menjadi semacam "blessing of disguise". Setelah kejadian itu banyak pihak yang menyorot jalannya pertandingan. 

Netizen Indonesia di social-media ramai mengkambinghitamkan Seo Seung-jae yang gemar melakukan delay cukup lama saat melakukan service. Bahkan saking kreatifnya, ada yang menyindir ulah Seo Seung-jae tersebut dengan judul ala sinetron azab, "Kuburan digali tak kunjung kelar, azab bagi pemain bulutangkis yang gemar melakukan delay".

Mungkin netizen kelihatan julid, tapi kenyataannya muncul protes dari lawan-lawan mereka berikutnya, umpire memberikan teguran bahkan sangsi. Karena itu saat bertemu Fajar/Rian di perempat final, oppa-oppa tersebut tidak berani lagi bermain "drama". 

Hasilnya ganda Korea tersebut tumbang dalam straight-set. Tadinya mungkin hendak memecah konsentrasi lawan, tapi gagal dan malahan konsentrasi sendiri pun ambyar. 

Para pemain bulutangkis pun menjadi makin aware dengan hal tersebut, dan lebih berani melakukan protes pada umpire. Karena trik service super-lama tersebut bukan berkaitan mengulur waktu untuk mengambil nafas, tapi lebih kepada merusak fokus lawan.

Kelihatannya barisan umpire juga mulai makin mencermati permasalahan tersebut.  Pada turnamen China Open, para umpire menjadi lebih proaktif saat ada pemain yang mencoba berlama-lama service. Ada yang hanya kena teguran, tapi ada juga yang langsung kena fault. Kena fault artinya pindah service dan point untuk lawan. Bagus, biar ndak tuman ....

Saat seorang pemain hendak melakukan service, maka pemain lawan tidak boleh bergerak. Maka dari itu berlama-lama service berpotensi merusak konsentrasi pemain lawan. Karena lawan mesti menahan gerakan cukup lama, mungkin jadi tidak nyaman, dan fokus ambyar.

Kalau pemain Indonesia sepertinya tidak ada yang gemar berlama-lama service, yang ada mungkin adalah service "ala sepanyol" alias separo nyolong. Misal, Greysia Polii yang sering langsung main tepok tanpa melihat apakah lawan sudah dalam posisi siap menerima service, sehingga kerap mendapat teguran dari umpire.

Salah satu pemain yang paling mencolok dalam melakukan delay service adalah Christinna Pedersen, yang kini sudah pensiun dari lapangan bulutangkis. Pedersen adalah spesialis WD dan XD andalan Denmark. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun