Mohon tunggu...
La Nane
La Nane Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Pemula

Lahir di Nggele 12 Mei 1990, Maluku Utara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Romantika Bawah Laut Wakatobi, Sulawesi Tenggara

16 Agustus 2017   10:17 Diperbarui: 26 November 2018   10:26 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.aerotourismzone.com

Wakatobi namanya kian meroket dan semakin naik daun. Popularitas keindahan bawah lautnya juga kian mendunia. Tentu, ini adalah hasil kerja keras semua lapisan masyarakat, termasuk pemerintah dalam mewujudkan mimpi Wakatobi sebagai spot surga nyata bawah laut terbaik di dunia. 

Namun demikian dari segi infrastruktur, pembangunan fasilitas pariwisata di wakatobi, masih sangat minim.  Tarif transportasi antar pulau masih relatif mahal. Akibatnya intensitas kunjungan pariwisata ke wakatobi belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Masih perlu upaya dari stakeholder untuk menekan tarif-tarif nakal. 

Dukungan bandara Matahora yang terletak di pulau wangi-wangi, belum sepenuhnya menjangkau destinasi ke pulau-pulau lainnya. Kepulauan Wakatobi terdiri dari 4 pulau besar seperti Pulau Wangi-wangi, P.Kaledeupa, P.Tomia dan P. Binongko. Sehingga sangat jelas bahwa masih ada 3 pulau besar yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk pelayanan transportasi yang mumpuni.

Sejauh ini, ketimpangan perekonomian di bumi wakatobi masih cenderung dalam kungkungan kaum kapitalis asing ataupun pemerintah yang berjiwa bisnis. Pariwisata belum berpihak pada bagaimana pariwisata tersebut dapat memberi efek pada kesejahteraan masyarakat. 

Pariwisata wakatobi saat ini, dengan dukungan bandara yang sudah mumpuni hanyalah pulau wangi-wangi  dan Pulau Tomia dengan bandara, yang dikelola oleh pihak asing. 

Sebagai konsekuensinya, hanya orang yang berkepentingan yang mendapatkan keuntungan dari kehadiran para wisatawan. yaitu mereka-mereka yang memiliki modal besar dan vila-vila mewah. Lokalisasi pariwisata bagaikan sistem bagi jatah antara kaum kapitalis. Tapi tidak bagi masyarakat wakatobi.

Kedepan tentu kita berharap. Sistem pengelolaan pariwisata wakatobi yang kini sedang naik daun, bisa pulih dan membaik. Transportasi pariwisata yang mudah terjangkau dengan harga yang relatif murah. Serta berdampak pada kesejahteraan masyarakat seharusnya menjadi fokus pemerintah untuk memperbaiki kesenjangan yang terjadi saat ini.

Apalah guna, jika Wakatobi mendunia, tapi ekonomi masyarakatnya tidak membaik, apalagi tidak bisa berdiri di atas kaki sendiri dalam menentukan nasib  pariwisata yang sedang tergadaikan ke para kaum kapitalis. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun