Pernahkah mendengar kisah Puteri Cermin Cina? Mungkin tak asing lagi bagi masyarakat Desa Senaning, Lubuk Ruso, dan Selat yang terletak di Kecamatan Pemayung, Batanghari. Legenda ini sangat lekat dengan tiga desa yang berbatasan dengan Kabupaten Muarojambi itu. Bagaimana kisah Legenda Puteri Cermin Cina tersebut?
Dahulu di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan mempunyai seorang anak laki-laki bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Tuan Muda Selat adalah seorang pemuda yang berwajah tampan tapi sifatnya sedikit ceroboh. Sedangkan Putri Cermin Cina adakah seorang putri yang cantik jelita, baik hati, dan lemah lembut.serta penyabar.
Menelusuri Legenda Puteri Cermin Cina dari Batanghari,Pepohonan masih rimbun di kanan-kiri jalan. Tak terlalu banyak rumah yang menggerombol ditepi Sungai Batanghari. Setiap ruas jalan masih tampak ranjau-ranjau kotoran sapi, ternak warga yang dibiarkan lepas. Itulah Desa Senaning. Sebuah desa yang terletak di antara Desa Kuap dan Desa Lubuk Ruso, Kecamatan Pemayung, Batanghari.
Desa Kubu Kandang dan Desa Kuap sebelum memasuki Desa Senaning. Tibalah di rumah seorang mantan kepala Desa Senaning yang bernama Munzir (56). Setelah terlibat perbincangan ringan, Jambi Independent menanyakan tentang kisah Putri Cermin Cina yang tersohor dan menjadi cerita rakyat khas Jambi, selain cerita rakyat lainnya.
[caption id="" align="alignright" width="312" caption="ilustrasi putri cermin cina"][/caption]
Munzir lalu bercerita bahwa memang kisah itu ada sejak dulu. “Lah zaman bengen (dulu) cerita tu ado, nenek sayo yang cerito,” tuturnya. Ia menjelaskan bahwa cerita itu diperoleh dari neneknya yang bernama Rahina yang sangat pintar mendongeng. Nenek Rahina meninggal sekitar tahun 1976 ketika usianya 125 tahun.
Munzir berkisah bahwa zaman dulu, Bujang Senaning sedang bermain gasing bersama Bujang Selat. Ketika itu Puteri Cermin Cina sedang menenun di dalam rumah. Rumah zaman dahulu masih berbentuk rumah panggung. Saat Bujang Senaning melepaskan tali gasing, gasing yang memiliki bentuk runcing itu melanting ke atas kening Puteri Cermin Cina dan seketika itu juga ia meninggal dunia.
Mengetahui kematian kekasihnya itu, Bujang Senaning kemudian menerkam tombak yang ada di hadapannya. Ia mati bunuh diri dan Bujang Selat kemudian pergi meninggalkan kedua mayat itu dengan tujuan tak tentu. Ia pergi bersama warga dengan perahu dan menambatkan perahu itu di sebuah daratan dan pergi seorang diri, tak tentu rimbanya. Sejak itu, warga yang jadi pengikut Bujang Selat menamakan daerah tempat mereka ditinggalkan dengan nama Selat.
“Pulau Selat itu perahunyo si Bujang Selat, samo seperti Pulau Senaning itu, dulunyo perahunyo si Bujang Senaning. Daratan yang ado kayu-kayunyo itu,” tambah Munzir, ketika menunjukkan Pulau Senaning yang tak jauh dari rumahnya.
Sekilas cerita Munzir dengan cerita para blogger di internet ada yang berbeda dari segi penamaan tokohnya, namun inti ceritanya sama; dua orang pemuda yang bermain gasing. Dan gasing itu mengenai Putri Cermin Cina hingga meninggal. Semisal dibuku maupun di internet memakai nama Bujang Senaning dan Bujang Selat. Muda Senaning dan Tuan Muda Selat.
Muzir menunjukkan letak makam Bujang Senaning yang mati bunuh diri ketika melihat Puteri Cermin Cina meninggal karena gasingnya. Makam itu tak berbentuk lagi, berupa semak tak terawat. “Itu makamnyo, nampak pohon puding, tando ado makam,” jelas Munzir.
Yang menarik dari perkataan Munzir soal asal-usul Desa Senaning ini adalah kisah lain dari kata Senaning. Ia berkata bahwa dahulu ada serombongan yang berasal dari Tebo datang, saat akan membuka lahan, salah seorang dari mereka digigit naning (lebah berwarna kekuningan) dan mati. Dari kata naning itulah nama senaning muncul dan dipakai hingga saat ini.