Mohon tunggu...
kresnap
kresnap Mohon Tunggu... karyawan swasta -

IG: middleclasstraveller Website: middleclasstraveller.weebly.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Burj Al Arab, Pesona "Hotel Berbintang Tujuh"

19 Oktober 2011   14:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:45 5655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih yang tak kenal Burj Al Arab? Ya, hotel supermewah yang terletak di kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) ini seakan-akan menjadi barometer baru luxury travel ketika resmi dibuka menjelang Tahun Baru Millenium akhir 1999 lalu, bahkan didapuk sebagai "The Most Luxurious Hotel in the World" ini. Saat itulah, untuk pertama kalinya, nama Dubai mulai dikenal di luar kawasan Timur Tengah sekaligus diasosiasikan dengan kemewahan ala raja minyak. Tidak hanya kemewahannya yang mengundang kekaguman, sebagai bangunan hotel tertinggi di dunia (saat itu) dengan tinggi 321 meter, sekaligus hotel pertama di dunia yang didirikan di atas pulau buatannya sendiri, Burj Al Arab merupakan sebuah terobosan baru dalam ilmu arsitektur. Belum lagi desain bangunannya yang tidak konvensional - di siang hari, ia bagaikan layar terkembang yang gagah mengarungi ombak, sementara di malam hari lampu beraneka warna memendarkan cahaya yang cantik dan gemerlap. Masyarakat dunia yang terpukau pun kemudian menjulukinya "hotel berbintang tujuh", walaupun secara resmi hotel ini "hanya" berpredikat bintang lima, yang memang merupakan predikat tertinggi dalam dunia perhotelan. [caption id="attachment_223083" align="aligncenter" width="672" caption="Hotel Burj Al Arab (allaboutskyscrapers.com)"][/caption] Kebetulan bulan lalu saya berkesempatan menginap di "hotel berbintang tujuh" ini. Walaupun hanya untuk semalam tapi... Alhamdulilah yah, sesuatu... hehehe. Nah, bagi Anda yang mungkin punya rencana bertandang ke Dubai dan menginap di hotel ini, mudah-mudahan sepenggal catatan saya di bawah ini bisa sedikit membantu. Disambut Kopi Arab Suasana wah segera terasa begitu kami memasuki area lobi yang luas dengan sambutan permainan air mancur dan pencahayaan yang menakjubkan dan diapit oleh akuarium air laut besar berpenghuni puluhan ikan warna-warni yang cantik di kedua sisinya. Belum lagi kami sempat mengagumi keindahan area lobi, seorang pegawai hotel berpakaian tradisional setempat menawarkan handuk dingin dan secangkir kopi Arab yang mengepul-ngepul dengan aroma rempah yang khas. Di sekitar gerbang masuk hotel pun nampak potret HH Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan dan HH Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, yang adalah presiden dan perdana menteri negara setempat, seakan-akan mengingatkan kami akan arti nama Burj Al Arab itu sendiri, yakni The Tower of Arabia. [caption id="attachment_137972" align="aligncenter" width="300" caption="Salah Satu Sudut Lobi"][/caption] [caption id="attachment_137963" align="aligncenter" width="325" caption="Lobi Hotel (dari lantai 7)"][/caption] Setelah terlebih dahulu mengonfirmasi reservasi kami, salah satu staf hotel pun mengantarkan kami ke lantai tujuh (sejatinya lantai empat belas karena setiap lantai di gedung ini setara tingginya dengan dua lantai di gedung normal), di mana kami akan menginap malam ini. Tampak beberapa tamu yang tengah menikmati secangkir teh dengan iringan dentingan piano di samping butik-butik aksesoris dan pakaian papan atas. Tidak sedikit pula wisatawan yang nampak mengabadikan momen-momen indah mereka di Burj Al Arab. Oh ya, hanya tamu hotel dan tamu restoran saja lho yang diperkenankan masuk ke area hotel, jadi suasana eksklusifnya begitu terasa. Apalagi dress code yang diterapkan di hotel ini pun cukup ketat; no shorts, no sleeveless shirts, no slippers. Malu kan kalau masuk hotel berbintang tujuh dengan sandal jepit dan kaus oblong? No Rooms, Just Suites! Memasuki kamar, kami pun kembali berdecak kagum. Bagaimana tidak, tipe kamar "standar" yang kami pesan sesungguhnya berupa suite yang luasnya tidak tanggung-tanggung, yaitu 170 m2, jauh lebih luas dibandingkan kamar hotel-hotel berbintang lima lain di Dubai yang rata-rata berkisar antara 40 - 50 m2. Oh ya, kesemua kamar di hotel ini terdiri dari dua lantai; ruang tamu, ruang makan, dan ruang kerja menempati lantai dasar, sementara lantai atas ditempati ruang tidur dan kamar mandi. Bahkan, Royal Suite yang merupakan tipe kamar termahal di sini dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan pribadi, bioskop pribadi, hingga lift pribadi dengan luas mencapai 780 m2! [caption id="attachment_137965" align="aligncenter" width="322" caption="Kamar Tidur Utama"][/caption] [caption id="attachment_223086" align="aligncenter" width="663" caption="Business Centre di Suite Kami"]

13561042832122585153
13561042832122585153
[/caption] Posisinya yang dikelilingi perairan Teluk Arab (walaupun sebenarnya lebih dikenal sebagai Teluk Persia, orang Arab tetap keukeuh menyebut teluk ini sebagai Teluk Arab) memungkinkan semua kamar di hotel ini memiliki pemandangan sea view yang indah yang dapat kita nikmati melalui jendela kaca floor to ceiling, baik dari kamar tidur maupun ruang tamu. Jika bosan menikmati pemandangan laut, Anda bisa juga bersantai di Jacuzzi pribadi sambil menikmati segelas wine dan berbagai penganan manis khas Arab yang disediakan secara cuma-cuma atau mungkin menonton TV melalui layar pop-up di kamar tidur. Oh ya, ada satu hal yang kami anggap menarik dari desain kamar di hotel ini, yaitu sebuah cermin besar yang dipasang di atas tempat tidur! Entah apa tujuannya, mungkin untuk menjadikan tidur Anda lebih sensasional, apalagi bagi mereka yang sedang berbulan madu... hmm... Walaupun letaknya di tepi pantai, Burj Al Arab juga menawarkan fasilitas yang memadai bagi para pelancong bisnis, misalnya laptop pribadi dengan fasilitas internet gratis dan mesin fotokopi, printer, sekaligus mesin faks di setiap kamar. Oh ya, selain melalui laptop yang disediakan, fasilitas internet ini juga bisa diakses melalui televisi layar datar di kamar tidur maupun di ruang tamu. [caption id="attachment_223085" align="aligncenter" width="467" caption="Mejeng di Lobi Hotel"]
13561040991318288185
13561040991318288185
[/caption] Seakan-akan ingin mengimbangi fasilitas yang wah, tidak heran jika berbagai amenities yang disiapkan pun tidak kalah wah dan eksklusif. Tidak tanggung-tanggung, perlengkapan mandi di kamar pun dipasok oleh fashion line terkemuka Hermes dan tersedia dalam ukuran besar, termasuk sebotol parfum berukuran 100 ml. Iseng-iseng saya mengecek harga parfum serupa di sebuah toko duty free, haaa... ternyata mencapai Rp 800 ribu sebotolnya! Lumayan deh buat oleh-oleh :) Kesemua fasilitas ini tentunya didukung dengan kualitas pelayanan yang prima. Setiap lantai dilayani oleh staf profesional atau butler di setiap lantai yang selalu siap sedia melayani para tamu 24 jam non-stop bak pelayan pribadi, mulai dari layanan check-in, reservasi restoran, rekomendasi obyek wisata dan tur, hingga check-out, bahkan memesan jenis bantal tertentu dari pillow menu yang disediakan di setiap kamar. Di Bawah Laut atau di Awang-awang? Burj Al Arab menawarkan berbagai restoran dengan aneka pilihan hidangan dari penjuru dunia. Bagi mereka yang menggemari hidangan prasmanan, ada tiga restoran yang bisa menjadi pilihan, yang masing-masing menyediakan menu Timur Tengah, internasional dan hidangan Asia. Namun sayang rasanya bertandang ke Burj Al Arab jika belum menjajal salah satu signature restaurant-nya, yaitu Al Mahara dan Al Muntaha. Al Mahara menawarkan hidangan laut dengan suasana fine dining dengan centrepiece berupa sebuah akuarium air laut berukuran besar di tengah-tengahnya, cocok bagi mereka yang ingin beromantis ria dengan sensasi bak berada di bawah laut. Harga yang dibandrol memang cukup mahal, namun restoran ini biasanya mengadakan promosi khusus santap siang dengan kualitas setara namun harga yang lebih terjangkau dibandingkan makan malam. Bagi saya, Al Mahara merupakan salah satu restoran seafood fine dining terbaik di Dubai. [caption id="attachment_223084" align="aligncenter" width="498" caption="Pemandangan dari Restoran Al Muntaha"]
13561039611966329176
13561039611966329176
[/caption] Kalau Al Mahara menawarkan pengalaman bersantap "di bawah laut", Al Muntaha justru menawarkan pengalaman kuliner yang sangat berbeda. Terletak di ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (setara lantai 54 di gedung biasa), Al Muntaha menawarkan pemandangan ke perairan Teluk yang tenteram, di mana kita bisa juga melihat kompleks pulau buatan Palm Jumeirah dan The World. Berhubung biaya bersantap di sini pun cukup membuat kantong meringis, saya baru sempat mengunjungi restoran ini sekali, untuk Friday Brunch (berhubung akhir pekan di Dubai jatuh pada hari Jumat dan Sabtu, brunch biasanya diselenggarakan pada hari Jumat, bukan Minggu seperti di negara asalnya, Inggris Raya). Pilihan makanannya memang tidak terlampau berlebihan, namun kualitas bahannya patut diacungi dua jempol! Favorit kami berdua adalah suguhan tiram dan king crab segar serta roast beef yang lembut dan juicy. Really worth the hefty price tag! Berenang Menembus Cakrawala Jika Anda gemar memanjakan diri di spa, tidak ada salahnya mencoba kemewahan Assawan Spa di hotel ini. Terletak di lantai 18 (sejatinya lantai 36), spa ini menawarkan berbagai pilihan yang cukup "luar biasa", termasuk temporary tattoo dengan bahan dasar emas! Nah, berhubung anggaran kami tidak memungkinkan, maka saya cukup "memanjakan diri" berenang-renang di infinity pool-nya yang terletak di lantai yang sama saja. Sesuai namanya, tepi kolam ini berada di bawah permukaan air sehingga menjadikan kita seolah-olah berenang menembus cakrawala!  Lelah berenang, saya juga menyempatkan diri menikmati sauna dan Jacuzzi di lokasi yang sama pula. Segar! Jika Anda termasuk penderita akrofobia alias takut akan ketinggian, tidak perlu khawatir. Hotel ini juga menyediakan kolam renang outdoor di lantai dasar serta fasilitas pantai eksklusif, lengkap dengan para lifeguard dan beach butler, kalau-kalau Anda ingin menikmati romantisnya sunset di tepi pantai dengan segelas cocktail di tangan. Hmm... nikmat! Nah, jadi jika suatu saat Anda berkesempatan berwisata ke Dubai, silakan menyempatkan diri menengok hotel yang satu ini. Lumayan untuk cerita ke anak-cucu, atau malah berbagi kisah dengan rekan Kompasiana lainnya, mungkin?

Tulisan Lainnya - Humaniora:

Indonesia Punya Keroncong, Jepang Punya Enka - terbaru!

Ketika Umat Muslim & Nasrani Mencari Pengampunan – populer!

Dakwah Komik A La Perancis – populer!

Menikah Beda Agama? Mari Jadi Contoh Yang Baik! – populer!

Kehidupan Malam di Dubai: Antara Mitos dan Fakta – populer!

Dunia Tanpa Batas

Kanji: Huruf Jepang yang Ruwet & Njlimet – populer!

Nasionalisme Berbuah Denda

Repotnya Awet Muda!

Belajar Bahasa Inggris? Jangan ke Dubai! (1)(2) – populer!

From the Bling-Bling Land Called “Dubai”

Tulisan Lainnya - Wisata dan Kuliner:

Menelusuri Kota Bawah Tanah di Turki - terbaru!

Yuk, Mengintip Rumah Ibadah Umat Sikh di Dubai Mengintip Festival Musik Jalanan di Dubai

Dubai Miracle Garden: Pesona Taman Bunga di Tengah Gurun

Frankfurt: Saksi Bisu Kebangkitan Jerman - populer!

Berkemah Mewah di Gurun Pasir – populer!

The Ivy: Kuliner Inggris Klasik di Dubai

Hidangan Arab a la Haute Cuisine

Semaraknya Bertahun Baru di Dubai

Burj Al Arab, Pesona “Hotel Berbintang Tujuh” – populer!

Nobu, Dubai: Saat Kuliner Jepang dan Peru Berpadu

Merayakan Ramadan di Dubai – populer!

Hatta: An Oasis Amidst Rock Mountains

Ke Hong Kong? Yuk, Minum Teh Bersama Sang Nyonya Besar!

Mezze: Berbeda-beda Tetapi Satu Jua! – populer!

Yas Hotel: The World’s First Formula 1 Hotel

Benkay: The Real Teppanyaki? – populer!

Mesjid Agung Sheikh Zayed Abu Dhabi (1)(2) – populer!

Farriers: Santap Malam Bernuansa Pacuan Kuda

Yuk, Menyantap Dimsum Sepuasnya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun