Oleh: Khoeri Abdul Muid
Di kaki gunung Muria yang indah arah tenggara, di titik 5 Km arah barat laut dari Alun-alun Kota Pati, tepatnya di wilayah RT 3 RW 1 Dukuh Rendhole Desa Muktiharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah, berdirilah sebangun pintu kayu jati ukir model kupu tarung beserta kusennya yang tegak di atas bantalan kayu persegi panjang yang diletakkan di atas gasebo model joglo.
Pintu itu tercatat di Dinas Purbakala Jawa Tengah sebagai benda cagar budaya. Dan, oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai BB (barang bukti) pendukung legenda terjadinya desa Rendhole, yang mana pintu itu diyakini sebagai Gerbang Majapahit yang hendak diboyong ke padhepokan Muria oleh Kebo Anabrang sebagai syarat diakuinya ia sebagai anak Kanjeng Sunan Muria. Tapi nahas, kurang sekitar 30 Km-an dari puncak Muria Kebo Anabrang sudah tak mampu lagi, terhenti (leren) karena matanya melotot (mondol-mondol) dan lidahnya terjulur (mele-mele), sehingga wilayah/tempat itu diberi nama Rendole akronim dari leren amergo mondol-mondol mripate lan mele-mele ilate.
Namun secara ilmiah, penelitian Praba Hapsara (2009) membuktikan bahwa pintu itu bukan pintu keraton Majapahit tetapi pintu keraton kadipaten Pati sendiri yang dibuat pada tahun 1543 S atau bertepatan dengan 1621 M semasa pemerintahan Adipati Pragola II (1600 – 1627 M).Di samping itu, legenda Pintu Gerbang Majapahit menurut hasil penelitian saya (Makna Kontekstual Legenda Pintu Gerbang Majapahit di Pati, 2005), merupakan bentuk perlawanan ‘bawah tanah’ Pati vs Mataram Islam yang notabene karena Mataram dianggap telah menenggelamkan kedaulatan Pati yang sebenarnya rahim sejarah kelahirannya adalah sama, berkedudukan setara serta berdarah bersaudara dengan Mataram.
Dari mana kesimpulan tahun pembuatan pintu itu diketemukan?
Adalah dari simbol angka tahun pada relief wayang yang menghiasi daun pintu tersebut (sengkala memet) sebagai berikut:
Mau tahu penjelasannya lebih lanjut? Ikuti misteri (2).***