Mohon tunggu...
Suksma Kadek
Suksma Kadek Mohon Tunggu... -

Just ordinary girl, penyuka kehijauan, Bali lover

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Antara Tambling Lampung dan Benoa Bali

27 September 2015   02:17 Diperbarui: 27 September 2015   09:54 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tambling Wildlife Nature Conservation"][/caption]Mungkin tak banyak di antara kita yang mengenal Tambling. Orang Bali mungkin mengenal keindahan Danau Tamblingan, di Buleleng di mana terdapat Pura Gubug nan indah di tengah-tengahnya. Tapi saya tak akan cerita soal Danau Tamblingan yang mungkin sudah banyak dikunjungi turis, termasuk Kompasianer sekalian. Kalaupun belum pernah, tanya aja Bli Google, dia pasti akan menunjukkan arah dan menunjukkan foto-foto indahnya. Okelah, saya kasih satu fotonya pemberian Bli Google kepunyaan National Geographic Traveler.

[caption caption="Danau Tamblingan Buleleng Bali"]

[/caption]

Nah, yang akan saya ceritakan adalah tentang Tambling, kawasan hutan konservasi yang masih masuk dalam bagian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung. Nama kerennya adalah Tambling Widlife Nature Conservation (TWNC), luasnya 45 ribu hektar dan berada di ujung paling selatan Pulau Sumatera. Wilayahnya sendiri masuk dalam administrasi Kabupaten Lampung Barat. Jika masih belum punya gambaran, saya tunjukkan petanya. Nih…

[caption caption="Peta TWNC"]

[/caption]

Wilayah ini adalah wilayah yang kaya akan sumber daya alam, baik di daratan (hutan) maupun di lautannya. Sayangnya, meskipun masuk dalam kawasan TNBBS, luasnya wilayah menyebabkan kurangnya pengawasan, apalagi di sekitar wilayah itu juga terdapat kantong-kantong pemukiman penduduk. Akibatnya, banyak aktivitas manusia di sekitar situ, menyebabkan kerusakan alam, di antaranya adanya penggundulan hutan yang mencapai kurang lebih 20 persen dari wilayah TNBBS, dan juga rusaknya 20 ribu hektar terumbu karang yang disebabkan oleh aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bom. Belum lagi, adanya aktivitas perburuan liar yang mengancam satwa langka dilindungi yang ada di wilayah ini. FYI, Salah satu penghuni kawasan ini adalah harimau sumatera yang semakin berkurang jumlahnya. FYI (lagi) Indonesia hanya tinggal punya harimau sumatera, soalnya harimau jawa dan harimau bali, sudah lama menghilang dari muka bumi, alias hanya tinggal namanya saja.

Untung saja, kawasan hutan ini tak terlantar terlalu lama. Ada pihak yang peduli dengan nasibnya. Sejak tahun 1996 TWNC dikelola oleh Yayasan Artha Graha Peduli (AGP). Ini adalah bagian dari program go-green AGP yang kemudian membentuk Komunitas Go Green. Sejak tahun 1998, perlahan dilakukan perbaikan di kawasan ini. Memang tidak mudah karena tingkat kerusakan yang lumayan parah. Namun sejalan waktu, perlahan kawasan ini mulai kembali ke fungsinya.

Selama mengelola kawasan ini, ada beberapa program yang mulai menunjukkan hasilnya, diantaranya reboisasi, dengan penanaman 10 ribu pohon endemik seperti waru, bayur, dan nyamplung. Untuk melindungi hutan, AGP juga membantu polisi hutan dengan menyediakan personel berikut peralatan standarnya. Upanya ini juga dibarengi dengan pendekatan persuasive kepada masyarakat di sekitar TWNC. Salah satu penghuni istimewa kawasan ini, harimau sumatera juga dilindungi dengan bekerjasama dengan LSM yang mengurusi kucing belang dan gede ini. Setidaknya, sudah ada delapan harimau yang diselamatkan dan lima di antaranya dilepas kembali ke hutan. Beberapa anak harimau juga lahir di sini. Saat ini di kawasan TWNC ada sekitar 30-40 ekor harimau liar. Bukan hanya si Belang, TWNC juga menyelamatkan hewan langka lainnya seperti penyu dan trenggiling.

[caption caption="Harimau sumatera di TWNC sebelum dilepasliarkan"]

[/caption]

Masyarakat di sekitar wilayah TWNC juga diajak ikut serta dan diberdayakan dengan berbagai program agar tidak lagi merusak alam tetapi tetap mendapatkan penghidupan yang layak. Yang menarik, kerjasama AGP-TWNC ini juga melibatkan para mantan pecandu narkoba dalam programnya, sehingga mereka tidak lagi kembali terjerumus, tetapi juga ikut melestarikan alam. Program ini mendapat apresiasi dari United Nation on Drugs and Crime (UNDOC) yang menjadikannya sebagai model percontohan dari program rehabilitasi narkoba. Para mantan pecandu ini dilibatkan dalam program Eco Tourisme, yaitu pariwisata berbasis lingkungan. Di TWNC, jumlah orang yang ingin berkunjung dibatasi agar tidak mengganggu lingkungan, dan untuk para pengunjung ini disediakan produk dan aktivitas ramah lingkungan, agar mereka bukan saja mendapatkan kepuasan wisata, tapi juga peduli pada lingkungan wisata yang dikunjunginya.

Kerjasama TWNC dengan AGP ini membuahkan hasil positif. TWNC dianggap sebagai kawasan konservasi hutan dan laut yang sukses menjalankan programnya. Tak ada lagi konflik wilayah antara manusia dengan si Belang, dan perlahan alam di wilayah itu kembali pulih. Tak heran jika kemudian banyak institusi internasional yang berkunjung ke sini, di antaranya UNESCO, Bank Dunia, Phantera (LSM internasional yang mengurusi kucing besar), UNODC, dan lain-lain. Bahkan penyanyi cantik dari Australia, Kylie Minogue pernah mengunjungi kawasan ini saat tur di Indonesia.

[caption caption="Kylie Minogue saat ke TWNC"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun