Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

SEA Games Bukan Ajang Saling Mempermalukan

28 Agustus 2017   07:02 Diperbarui: 28 Agustus 2017   14:51 2242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Timnas Indonesia di ajang AFF (sumber : Jawapos.com)

Pesta olah raga negara-negara Asia Tenggara (SEA Games) sejatinya mengukuhkan ikatan antar bangsa di kawasan. Event ini bukan sekadar untuk memperebutkan medali. Bukan pula sebagai ajang mengoleksi prestasi. SEA Games adalah hajatan memupuk kebersamaan untuk mengukir damai.

Menginjak usia ASEAN yang genap setengah abad, pelaksanaan SEA Games mestinya sarat kebersamaan alih-alih jadi ajang pertarungan untuk saling mempermalukan. Lihatlah insiden bendera Indonesia yang dipampang dalam kondisi terbalik, atau cabang lomba jalan cepat kategori putri yang dimenangkan oleh tuan rumah dan ditengarai kurang fair (baca : curang) yang video dan foto-fotonya lantas viral. Hal-hal itu semestinya tidak terjadi. Mencederai semangat sportivitas, persatuan dan kebersamaan.

Apalagi, insiden bendera Indonesia yang terbalik menimbulkan gejolak politik di tanah air. Demonstrasi hingga cercaan yang dialamatkan kepada Malaysia selaku tuan rumah SEA Games yang dituding sengaja membalik bendera merah putih, memanskan hubungan kedua negara serumpun. Tampak ada yang memancing di air keruh.

Gejolak tersebut, terang, membuat misi SEA Games untuk memupuk kebersamaan malah jauh panggang dari api. Apalagi sejarah kedua negara ini sudah kerap diwarnai panas dingin.

Insiden bendera terbalik atau kecurangan yang ditengarai terjadi di arena SEA Games adalah potret betapa ASEAN yang mulai sepuh rupanya masih harus belajar bersikap dewasa. Usia 50 tahun, belum merefleksikan ikatan dan kebersamaan hakiki yang mestinya jadi identitas menjalin asimilasi kultur. Kontribusi kita sebagai warga ASEAN, harus andil dalam menciptakan kehangatan hubungan di kawasan.

Berbagai elemen di ASEAN, harus bergerak bersama menenun jalan hubungan yang memperkuat ikatan. Bukan cuma secara politik, ekonomi atau melalui event olah raga seperti SEA Games. Jalan pendidikan termasuk satu opsi untuk menciptakan dialog kebudayaan. Pertukaran pelajar atau mahasiswa hingga penggelotoran beasiswa misalnya, ditempuh oleh salah satu perusahaan besar yang berbasis di Thailand, Siam Cement Group (SCG).

Upaya SCG dalam mewujudkan hubungan yang kuat di antara berbagai elemen ASEAN. Turut hadir Gita Wirjawan sebagai Pendiri Ancora Foundation yang mengelola beasiswa SCG Sharing The Dream selama tujuh tahun terselenggara (sumber, dok pribadi)
Upaya SCG dalam mewujudkan hubungan yang kuat di antara berbagai elemen ASEAN. Turut hadir Gita Wirjawan sebagai Pendiri Ancora Foundation yang mengelola beasiswa SCG Sharing The Dream selama tujuh tahun terselenggara (sumber, dok pribadi)
Belum lama ini, SCG memberikan beasiswa kepada 400 pelajar SMA dari Jakarta, Bogor, Cileungsi, Karawang, Tangerang Selatan, Sukabumi, dan Bayah Lebak. Beasiswa yang digelar secara rutin sejak tujuh tahun lalu ini, bukan cuma mendekatkan pelajar dengan SCG sebagai perusahaan yang komitmen pada pembangunan fisik dan ruh ASEAN, tetapi membuka cakrawala generasi muda agar kita sesama elemen ASEAN saling menopang untuk menumbuhkan.

"Kami ingin menyoroti pentingnya setiap siswa untuk memiliki nilai moral dan sikap yang baik. Karena itu, para siswa penerima beasiswa SCG tidak hanya memiliki catatan akademis, tetapi juga menjunjung tinggi rasa terima kasih kepada keluarga dan hormat kepada guru sebagai sosok yang membantu mereka dalam meraih impian," ungkap Country Director SCG Indonesia, Nantapong Chantrakul, saat menyerahkan beasiswa SCG belum lama ini.

Hubungan yang dibangun SCG dengan masyarakat ASEAN melalui beasiswa dengan pendekatan karakter tersebut merupakan cara berbeda dan belum jamak kita saksikan. Atau bisa jadi karena tidak tampak galmour. Entahlah. 

Tapi program yang menukik ke basis kultur ASEAN seperti beasiswa, mestinya memang banyak diadopsi. Terutama perusahaan-perusahaan maupun institusi non profit yang beroperasi lintas negara ASEAN. Program tersebut sebagai model pendekatan baru dalam membangun ASEAN yang kokoh dari akarnya. 

Jalan mewujudkan ASEAN yang kuat bukan melulu melalui event meriah nan glamour di puncak dan riuh oleh sotrot media yang kadangkala malah jadi pintu perpecahan. Okelah, SEA Games sangat baik untuk mengartikulasikan spirit kebersamaan ke permukaan. Tapi ingat, memperkuat akar hubungan lebih esensial dikedepankan dan harus lebih diprioritaskan. Apalah artinya tampak alias seolah-olah kompak, namun pada dasarnya kita justru rapuh dan rentan terpecah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun