Bagaimanakah ukuran kecerdasan seseorang? Seharusnya pertanyaan ini saya lemparkan kepada guru atau pendidik lainnya. Kemudian ditanggapi dengan bijaksana. Sebagai pelaku dunia pendidikan yang diamanahi untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa sehingga tersemat slogan pahlawan tanpa tanda jasa.Ya, benar tanpa jasa, pamrih. Itulah bakti guru. Namun dengan demikian bukan lantas mengesampingkan tanggungjawab terhadap anak didiknya. Perjuangan guru amatlah berat. Dan balas budi juga tidak setimpal dengan kerja kerasnya. Namun yang perlu digarisbawahi, ikhlaskah engaku menjadi seorang guru?
Sekarang banyak guru yang tidak berada pada tempatnya. Maksudnya ia bukan lagi seperti oemar bakrie-nya iwan fals lagi. Hanya memperhatikan anak disekolah, bertatap muka dan kembali pulang. Bagaimana tugas bapak/ibu guru? Maaf tulisan ini bukan bermaksud menuntut lebih atas kinerja guru selama ini. Guru juga pasti menanggung beban berat. Karena selain mengurus anaknya dirumha juga harus mengurus ratusan anak lainnya. Dan para guru dituntut untuk membuat "cerdas" anak didiknya untuk menaikkan akreditasi sekolah. Lantas apa yang dilakukan guru?
Stress. Jika seorang guru sudah mencapai fase stress, maka yang terjadi adalah aura negatif dalam kelas. Murid tidak semangat. Guru apalagi. Tidak ada lagi rancangan kurikulum rapi sekolah, tidak ada lagi silabus awal semester. Semuanya serba runyam. Butuh beberapa hari untuk mengembalikan mood seorang guru agar lebih fresh lagi dalam mengajar.
-
Malas. Pekerjaan hanya sebatas sampiran. Memberikan tugas kepada anak didik. Tidak begitu memperhatikan hasil ulangan dan memberikan penilaian siswa secara subjektif. Siapa yang paling dekat dengan guru atau paling terkenal dalam kelas maka akan mendapatkan nilai lebih daripada anak yang cenderung diam di dalam kelas meskipun mengerjakan ulangan secara sempurna.
Marah. Jangan heran banyak beberapa tindak anarkis guru terhadap siswa. Sehingga juga tidak heran jika siswa melakukan hal serupa kepada guru. Pendidikan moral sudah tidak mujarab lagi di lingkungan sekolah. Prestasi adalah unggulan. Prestasi nilai dan prestasi piagam
Ukuran kecerdasan
Menilai kecerdasan seseorang saya kira akan sepakat jika dikatakan siswa yang pandai berhitung, pandai menghafal, cepat membaca, dan tekun mengerjakan tugas. Benarkah? Mari kita telaah lebih mendalam. Menurut Gregory,cerdas adalah kemampuan atau keterampilan memecahkan masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam atau lebih bangunan budaya tertentu. Jadi sangat luas pengertian kecerdasan untuk siswa yang sedang duduk di bangku sekolahan.
Ukuran kecerdasan yang terjadi sekarang adalah seorang anak akan dibanggakan jika nilai matematika 10. matematika? Itukah ukuran kecerdasan? Dalam bidang agama, siswa akan dilihat cerdas dan 'alim dari kecepatan membaca Al-Qur'an dan seberapa banyak hafalan surat yang didapat. Seorang guru memberi nilai berdasar kasat mata yang dlihatnya. Ia tidak akan sempat meneliti lebih mendalam kecerdasan spiritual anak. Sehingga ketaatan dalam beribadah secara istiqomah diluar sekolah tidak termasuk penilaian.
Yang lebih memprihatinkan adalah bagaimana mungkin bisa seorang yang rajin sholat namun karena belum hafal bacaan sholat jenazah nilainya bisa lebih rendah daripada anak yang kalau sholat hanya waktu sholat jum'at namun lebih cepat menghafal bacaan sholat jenazah. Mungkin menjadi dilema juga jika memaksa seorang guru untuk lebih jeli lagi melihat kepribadian seorang siswa yang jumlahnya puluhan hingga ratusan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah penilaian seseorang siswa bukan dinilai pada satu aspek tertentu.
Jenis-Jenis Kecerdasan
Kecerdasan Linguistik. Kepandaian seseorang dalam menterjemahkan kata. Mengolah bahasa dan memproses kata, tulisa serta ucapan secara baik. Biasanya orang yang memiliki kecerdasan ini bisa dilihat dari gaya ia berbicara di depan umum dan gaya tulisan (diksi). penyair, pengecara, motivator, penulis adalah beberapa orang yang memiliki kecerdasan linguitik.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!