Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Film Kera Sakti

16 Mei 2017   08:52 Diperbarui: 16 Mei 2017   09:11 4380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Masih ingat film kera sakti? Serial film yang sangat digemari anak-anak tahun 2000-an. Alur cerita yang menyajikan drama kesedihan, keharuan, pertengkaran, kegelisahan dan lainnya. Saya kurang begitu paham rumah produksi film yang membuat serial ini. Yang jelas jika secara kasat mata menceritakan tentang perjalanan suci kaum budhis untuk menjadi dewa. Namun saya akan mencoba menarik pembelajaran film ini untuk seluruh agama didunia, karena menurut saya film ini bukan hanya tentag cerita masalah agama, namun juga kehidupan manusia.

Karena saya muslim, maka nanti akan saya tarik cerita menuju ajaran yang saya pahami. Film ini berlatar di Tiongkok (Cina). kalau dalam Islam, saya pernah mendengar petuah (hadist) untuk seorang muslim yang mesti menuntut ilmu sampai ke negeri cina. Kenapa negeri cina? Jika melihat kondisi geografi, ekonomi dan politik dunia tentu semua sudah paham mengenai dominasi kaum cina. Permulaan perjalanan suci yang dilakukan tom san cong dari negeri cina, adalah ibarat manusia yang sudah “mengerti” tentang baik/buruk, benar/salah dan halal/haram. Setelah manusia berilmu maka langkah selanjutnya adalah mangabdi kepada Tuhan. Dikiaskan dengan perjalanan kebarat yaitu arah tenggelamnya matahari (kematian). dalam istilah jawa sering disebut manusia harus selalu ingat sangkan paraning dumadi. 

Tokoh yang diperankan dalam film ini merupakan simbol dari jiwa manusia. Mengenai sedulur papat limo pancer, kisah punokawan dalam pewayangan dan beberapa tafsir jiwa yang menyelimuti manusia. Tokoh seperti Tom San Cong, Sun Go Kong, Chu Pat Jie, Sha Wu Jing, dan Kuda putih. Untuk memahami karakter simbol tersebut mari kita bahas satu persatu.

 

Tom San Cong

Merupakan simbol nurani manusia (pancer). berkepribadian halus namun tidak meninggalkan sifat kemanusiaannya. Dia biksu yang sangat dihormati ke empat muridnya. Dalam jiwa manusia merupakan pengendali berbagai sifat yang dimiliki manusia. Nurani tersebut yang mempunyai misi menuju ke-tauhid-an kepada Tuhan. Dalam perjalanan tersebut Tom San Cong diuji dengan 33 cobaan dan 99 rintangan. Angka tersebut merupakan kiasan tenang lika-liku perjalanan kehidupan manusia dalam mencapai mokso kepada Sang Hyang Widhi.

Sun Go Kong

Dijelmakan menjadi siluman kera. Dalam zodiak Cina, Kera merupakan binatang yang memiliki keunggulan dibanding binatang lain. Dia mewarisi sifat kecerdasan dan kesanggupannya untuk menipu. Shio kera mempunyai karakter yang mudah bergaul dengan siapapun. Kemudian kecakapan memecahkan masalah membuatnya mempunyai nilai lebih untuk menarik perhatian lawan jenis. Dalam permasalahan shio ini mempunyai kemampuan memecahkan segala masalah yang ruwet sekalipun. dia mempunyai keahlian membujuk orang yang mudah dikenalnya untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan.

Namun kekurangannya adalah dia sering terkena superiority complex (mengagungakan diri sendiri). Sehingga muncul sifat egois, angkuh dan sombong. Tak jarang shio ini selalu dihinggapi rasa ini setiap ada orang naik pangkat atau sesuatu yang baru dimiliki. Karena kemudahan mendapatkan sesuatu yang diinginkan, tak jarang shio ini sangat mudah bosan.

Kera sakti (Sun Go Kong) dalam karakternya di serial drama tersebut hampir sama dengan shio Cina, atau memang sutradara sudah mengarahkan yang demikian untuk membuat kisah yang sebenarnya sangat dekat atau melekat dalam diri manusia. Wujud ke-aku-an sun go kong kemudian diikat dengan ikat kepala yang digunakan untuk mengontrol sifat tersebut yang dikendalikan oleh Tom San Cong (nurani manusia). kemampuan bergaulnya dapat dilihat dari berbagai adegan ketika memanggil dewa bumi, pergi ke kerajaan langit dan berbagai siluman yang menakuti kekuatannnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun