Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai, Masih Relevan kah?

28 Mei 2019   10:31 Diperbarui: 28 Mei 2019   10:33 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
siapa menabur angin aakan menuai badai (sumber:centralbatam.co.id)

Sebuah pepatah lama yang populer: Siapa menabur angin akan menuai badai. Semua orang tahu itu. Apakah pepatah ini masih relevan di negeri ini? Masih adakah orang yang menabur angin saat ini?

Petani menabur padi di sawah dan ladang akan menuai panen padi yang akan menjadi beras sebagai bahan pangan bagi kita. Orang bijak akan menabur kata-kata bijak untuk jadi pedoman hidup manusia. 

Bila orang menabur "kebohongan" maka ia akan menuai "berlipat ganda kebohongan". Bila orang menabur "kebencian" maka ia akan menuai "petaka kebencian" alias dendam. Orang yang menabur "hoaks" akan tertimpa " dewa hoaks".

Hembusan narasi kebohongan, kecurangan, pemutarbalikan fakta yang berulang-ulang kepada orang lain, terutama mereka yang menjadi kelompok-kelompok "kecewa" akan bersatu menciptakan suasana yang tidak terpuji. Apalagi disertai dengan pemberian "uang" maka hati nurani manusia tertutup untuk membuat tindakan kebajikan.

Tak dapat kita pungkiri, memanasnya suhu politik di tanah air adalah akarnya pada "penyebaran kebohongan yang di ulang-ulang". Terjadinya kerusuhan akibat dari penaburaan angin sebelumnya dan menghasilkan badai kehidupan.

Kerusuhan yang terjadi 21-22 Mei menjadi badai kecil yang diakibatkan oleh penaburan kebohongan dan hoaks. Untung saja aparat kita memiliki kiat dan strategi menjinakkan badai besar itu. Bahkan rencana keji yang di buat oleh pihak tertentu di tangkal aparat kita dan tidak terjadi hal yang kita inginkan bersama.

Kondisi ini menjadi "tanda awas" atau "kewaspadaan" tingkat tinggi. Rencana aksi yang gagal oleh pihak tertentu mengindikasikan adanya pihak yang menginginkan perpecahan bangsa kita. 

Kalau kita bercermin dari sejarah "kerusuhan" di dunia, sedikitnya ada 5 peristiwa tragis yang pernah terjadi. Pertama, Iasi Pogrom: kisah pembantaian Yahudi di Romania yang mengobankan nyawa manusia puluhan ribu orang; Kedua, Black Juli: kerusuhan di Srilangka dengan 100 ribu korban jiwa melayang; Ketiga, Pembantaian Hebron: peristiwa pembantaian Yahudi di Palestina dengan korban 70 orang meninggal secara mengenaskan; Ke empat, Lviv Pogrom: Pembantaian mengerikan Ukraina yang mengakibatkan sekitar 200 ribu orang menjadi korban. kelima, Pembantaian Sikh: pembantaian mengerikan di India.

Peristiwa tragis ini menjadi cermin bagi kita bahwa kerusuhan berakibat fatal dan buruk bagi kehidupan suatu masyarakat. Mungkin perlu di tuliskan disini tentang peristiwa pembantaian Sikh di India. Peristiwa itu di picu dari terbunuhnya PM ke 3 India, Indira Ghandi oleh seorang bodyguard.  Ini berakibat timbulnya balas dendam ribuan warga turun ke jalan dan melakukan "sweeping" terhadap orang Sikh. Aksi ini di pimpin putra Indira Ghandi yang mengakibatkan 2.800 orang tewas terbunuh secara mengenaskan. Kita dapat belajar dari kisah ini untuk mewaspadai dampak kerusuhan yang tak terkendali sehingga menimbulkan korban jiwa. 

Nah, lewat tulisan sederhana ini marilah kita merajut persatuan dan kesatuan demi keutuhan bangsa. Kita harus memiliki kesadaran yang tinggi betapa urgennya rasa kerukunan dan kekeluargaan yang telah tercipta selama ini. Suasana ini bukan hanya kebetulan namun hasil perjuangan dengan jiwa dan semangat para pejuang yang rela mengorbankan jiwa raganya. Perjuangan berdarah-darah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun