Mohon tunggu...
Juniardi SIP, MH
Juniardi SIP, MH Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Kota Metro, 3 Juli 1975. Dilantik menjadi Komisioner KOMISI INFORMASI Provinsi Lampung Periode 2011-2014 dan menjadi Ketua. Sebelumnya, aktif di berbagai Surat Kabar lokal dan nasional. Harian Lampung Post (2003-2011), dan kontributor media massa nasional. Pembina Parmuka Mahir Lengkap Tegak Dega, Anggota Dewan Kehormatan Daerah PWI Cabang Lampung. Menyelesaikan pendidikan hingga S- 1 di Kota Metro dan melanjutkan jenjang pendidikan Magister di Universitas Lampung, lulus dengan predikat cumlaude. Mengikuti Pertukaran Pemuda Antar Provinsi tahun 1998 dan menjadi alumni The Future Divice Leader tahun 2010. Pelatihan mediator bersertifikat yang diselenggarakan Institute for Conflict Tranformation (IICT) tahun 2012. Memperoleh penghargaan Kamaroedin dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung tahun 2012. Penulis buku “Hak Anda Mendapatkan Informasi”, Indepth Publishing, 2012

Selanjutnya

Tutup

Catatan

the right man in the right place the right man in the right job

26 Februari 2011   16:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:14 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

the right man in the right place
the right man in the right job

Reealitas profesional pada peradaban modern adalah orang akan cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan, atau katakan bidang keahliannya.
Kata guru kala waktu masih di bangku sekolah dikenal dengan istilah ®MDRV¯The Right Man In The Right Place®MDNM¯, atau ®MDRV¯The Right Man In The Right Jon®MDNM¯.
Tapi dari mencermati sejarah, seorang anak Indian, misalnya. tidak perlu kesekolah untuk menjadi pandai memanah, kala jaman itu.
Dia cukup mengikuti ayahnya berburu, dan belajar bagaiaman memanah, menombak dengan baik, sehingga dia mampu meawriskan kemampuan sang ayah.
Ketika peradaban berubah, lembaga pendidikan yang disebut-sebut sekolah itu mulai dilirik orang tua, untuk meringankan beban kesibukan orang tua. Mereka mempercayakan sekolah untuk mendidik anak-anak mereka.
Seperti secuil sejarah Jepang, ketika membangun semangat bangsa yang porak poranda akibat dijatuhkan Bom Atom oleg Amerika Serikat, dua kota itu bernama ®MDRV¯Hiroshima dan Nagasakhi®MDNM¯.
Konon, seorang serdadu sekarang akibat ledakan dahsyat itu. Petugas PMI datang membawa tandu, dan mengangkat serdadu itu. Ditengah ajalnya, serdadu mengeluarkan kalimat "Masih adakah guru yang tinggal". Lalu ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Kalimat itu menjadi catatan. Jepang menjadikan kalimat itu dengan menterjemahkan bahwa jika para pendidik sudah tidak ada yang tinggal, bagaimana nasib generasi penerus bangsa ini.
Jepang menggeliat dengan membangun sektor nomor satu adalah pendidikan. Wal hasil, dia mampu menguasai dunia, dan itu tak dapat kita pungkiri.
Contoh lain, meski di jajah, Hongkong bisa maju dalam jajahn Negara Inggris. Singapure dikenal Dunia, meski dengan luas negara, yang jauh di Banding Indonesia.
Bagaimana dengan bangsa kita?, yang dikenal dengan senjata bambu Runcing, terkenal dengan lagu "®MDRV¯Tongkat kayu dan batu jadi Tanaman®MDNM¯", prihatin dengan 350 tahun dalam jajahan Negara Bel;anda, 3,5 tahun di jajah Jepang. "Jika boleh memilih, ingin rasanya aku di lahir di negara lain," keluh teman ku, yang baru pulang dari bekerja di Amerika, itupun sebagai karyawan Restoran.
Tapi dia pulang dengan bisa membangun rumah, yang megahnya sama dengan rumah pejabat di Lampung. "Apa semua pejabat di Lampung rumahnya megah, itukan senbagian," kata temanku lain berbisik.
Disebrang sana, mereka bisa sangat disiplin dengan waktu. Termasuk penghormatan terhadap harga manusia. Temanku bilang yang namanya dokter di Kota sana, itupun harus jelas spesialisasinya. Misal cari dokter Gigi, itupun harus jelas, Gigi bagian depan, belakang, graham, atau Gigi bagian lain. Bahkan sampai pada lapisan Gigi, itu ada dokter spesialis tersendiri.
Dokter binatang misalnya, binatang apa dulu, katakan dokter ahli binatang Anjing, ini pun dibagi pada spesialis, anjing betina, Jantan-lalu jantan bagian apa, kulit, dalam, THT, semua punya porsi, dan ada ®MDRV¯Job Diskriptions®MDNM¯.
Lalu bagimana dengan Kita, yang masih serabutan, seperti kata Andi Arief saat bicara pada peserta lomba karya Tulis tentang kemacetan Lalu Lintas di Bandra lampung, ada ahli perhubungan, yang ditempatkan pada pekerjaan yang bukan bidangnya, "itu tidak profesional,".
Tapi ada contoh lain, "Seorang seniman, bisa jadi Bupati," katanya itu persoalan gaya kepemimpinan.
Lalu kemana para Sarjana lulusan Universitas Negeri, dan Swasta yang ada di Bandar Lampung. Kemana hasil riset, kesimpulan skripsi para sarjana?, kenap tidak pernah jadi reprensi dalam membangun Daerah.
Apa itu propesional, kemana para komlout, bintang-bintang rangking kelas. Tak pernah tersalurkan.
Sebagai generasi, jangan apatis, meski kita harus hancur karena di jajah bangsa sendiri. ®MDRV¯The right Man In The Right Place, and The Right Man in The Right Job.®MDNM¯ ®MDBO¯JUNIARDI®MDNM¯

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun