Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semarang Tawang, Punya Siapa?

7 November 2011   09:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:58 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah Semarang Tawang ini mestinya tidak perlu banyak dijelaskan lagi. Pasti akan merujuk kepada sebuah Stasiun Kereta Api yang terletak di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kotamadya Semarang, Provinsi Jawa Tengah. [caption id="attachment_259039" align="aligncenter" width="400" caption="(kabarsemarang.com)"][/caption] Semarang Tawang merupakan salah satu stasiun tertua di Indonesia. Dibangun tahun 1868 (siapa ya yang sudah lahir?) untuk melayani jalur  Semarang Gudang - Semarang Tawang -Tanggung (Grobogan-Purwodadi) yang merupakan jalur Kereta Api pertama di Indonesia. Jalur ini dioperasikan oleh Nederlandsch  Indische Spoorweg Maatschapij-NIS (halah, sahaya poenja lidah ketekoek inih!), yang kemudian melebar ke Ambarawa-Solo Balapan hingga ke Yogya Lempuyangan. Ketika itu stasiun Semarang Tawang dan Semarang Poncol samasekali tidak berhubungan. Masing-masing menjadi stasiun tujuan akhir. Semarang Poncol yang dibangun kemudian, dioperasikan oleh operator Semarang Cheribon Stoomtraam Maatschapij-SCS. Pemerintah Jepang lah yang kemudian menghubungkan keduanya 1943. Gaya arsitektur bangunan hasil rancangan arsitek Sloth-Blauwboer ini bercorak Romantisme, mengikuti gaya yg banyak dipakai pada era peralihan abad 19-20 itu. Tidak banyak lagi bersolek dengan ornamen rumit seperti era Barok sebelumnya, tapi masih malu-malu untuk secara tegas menghilangkannya sesuai gaya Minimalis sesudahnya. Bentuk siluet yang simetris dengan bangunan utama ditengahnya membentuk kesan monumental yang megah, seperti gaya kolonial ketika itu. Atap kubah tinggi ditengah bangunan utama sebagai "vocal-point" yang sebenarnya tidak berfungsi apapun selain sebagai vestibule atau hall yang berlangit-langit tinggi di ruang penerima. (Eh, kok jadi nyinyir membahas gaya arsitekturnya ya?. Udah ah! Malu sama ahlinya!). Yang jelas, bangunan yang berusia hampir 150 tahun ini masih berfungsi baik.  Strukturnya masih kokoh. Rancangan ruangnya masih mampu mewadahi fungsi yang berkembang seiring waktu, meskipun perbaikan yang dilakukan di sana-sini terkesan seadanya. Lingkungannyalah yang tidak lagi mendukung. Akibat perkembangan kota Semarang yang lapar lahan dan kolam limpasan air sebelah utara Stasiun yang hilang, maka sejak 1985 stasiun yang renta ini sering terkena banjir akibat hujan atau pasang naik air laut (rob). Banjir ini bahkan sering mengganggu jadwal perjalanan Kereta, meskipun Stasiun ini sudah ditinggikan lantainya sampai 1,50 meter dari level semula. Dengan keterangan acakadut seperti di atas, pantaskah kita menyebut bahwa Semarang Tawang adalah sebuah monumen hidup (artinya monumen yang tetap berfungsi sesuai aslinya sebagai bangunan publik), sebuah cagar budaya yang pantas untuk dilestarikan?. Dan,memang demikianlah adanya......... Lalu, memang ada masalah apa dengan Semarang Tawang ini? Sebelum sampai ke tujuan akhir, marilah kita berjalan-jalan dulu, sekadar melihat keramaian yang ada......... Masih adakah yang mengenali bangunan pada foto di bawah ini? [caption id="attachment_259040" align="aligncenter" width="420" caption="Stasiun Gambir 1939 (id.wikipedia.org)"]

1376226923304304553
1376226923304304553
[/caption] Yups, benar, ini adalah bangunan Koningsplein Hoofdstation van de Spoorwagen te Batavia, alias Stasiun Koningsplein di Batavia, alias  Stasiun Gambir di Jakarta. (hadeuh, nulis Stasiun Gambir aja pake muter-muter yak?). Foto ini diambil tahun 1939, setelah Stasiun diremajakan. Betul, usia Stasiun Gambir memang lebih muda dari Stasiun Semarang Tawang. Lalu, atas nama pembangunan jalur layang antara Cikini sampai Jayakarta tahun 1991 dan bangunan yang dinilai tidak lagi layak lagi sebagai pintu masuk sebuah Ibukota Negara, stasiun ini diratakan dengan tanah. Padahal, gaya arsitekturnya cantik dan sesuai benar dengan rancangan Istana Negara di seberangnya. Bangunan yang juga pantas disebut cagar budaya ini kemudian diganti dengan bangunan seperti yang kita kenal sekarang, seperti foto di bawah ini. [caption id="attachment_259041" align="aligncenter" width="400" caption="Stasiun Gambir, kini (tutinonka.wordpress.com)"]
1376227056672167885
1376227056672167885
[/caption] Saat ini,  proyek besar pembangunan rel ganda kereta api Jakarta-Surabaya sedang giat dilaksanakan. Jalur Cikampek-Cirebon selesai tahun 1990an.  Jalur Jogya-Kutoarjo selesai 2000an , Kutoarjo-Kroya sedang dalam proses konstruksi. Jalur Kroya-Cirebon dalam masih dalam tahap perancangan. Keseluruhan proyek ditargetkan selesai tahun 2015. Sebagai salah satu bagian dari proyek ini,  jalur ganda Pekalongan-Semarang hari-hari ini sedang dalam tahap perancangan akhir. Bagian ini diharapkan akan dapat selesai dan dioperasikan tahun 2013. Direncanakan sebagian jalur ganda ini akan melewati jalur atas  (seperti Cikini-Jayakarta), sejak dari Brebes hingga Demak. Lalu apakah semua stasiun eksisting di jalur ini akan rata dengan tanah termasuk Semarang Tawang dan Semarang Poncol? Kita memiliki tenaga ahli yang kompeten di bidang jalan kereta api.  Semua pekerjaan "Detailed Engineering Railways Design" sudah mampu dikerjakan oleh putra-putri terbaik bangsa  di dalam negeri sejak 1990an. Kita juga memiliki ahli di bidang "Heritage Architecture" untuk bersinergi bersama para ahli transportasi untuk melestarikan bangunan yang terklasifikasi sebagai cagar budaya.  Bahkan PT. KAI pun punya minat dalam bidang konservasi bangunan kuno ini. Yang tidak kita punya cuma satu. Duit!. Dana pembangunan mega-proyek ini berasal dari pinjaman lunak Luar Negeri. Dan saya mohon maaf apabila salah menyebut, atau informasi yang saya terima tidaklah lengkap. Tidak ada pos biaya untuk pengadaan jasa para ahli pelestarian cagar budaya ini! Dengan kata lain,  solusi yang paling mudah untuk sebuah proyek yang dikejar tenggat waktu adalah meratakan samasekali struktur yang ada.  Logis kan? Saya tidak bermaksud untuk membuat kontroversi atau menyebarkan berita hoax. Mudah-mudahan saja saya salah. Hanya sekadar mengingatkan akan pentingnya pelestarian sebuah bangunan darimasa lalu.  Bangunan cagar budaya !.  Hilangnya sebuah stasiun kereta api  tertua di Indonesia yang bernama Semarang Tawang adalah hal yang amat patut disayangkan....... Tidak ada gunanya demonstrasi atau ribut-ribut ketika sang cagar budaya itu sudah 90% hancur seperti kasus stasiun Surabaya Kota (alias Stasiun  Semut-Surabaya yang juga termasuk 10 stasiun tertua di Indonesia). Semarang Tawang ini punya siapa sih? Kementerian Perhubungan,  PT. KAI,  atau punya kita semua?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun