Surabaya dikenal dengan kulinernya yang khas antara lain rujak cingur, lontong kupang dan lontong balap. Namun jika ditanya makanan rakyat warga Surabaya, maka jawabanku bukan ketiga makanan di atas melainkan pentol. Karena tidak semua warga di surabaya khususnya para pendatang suka dengan ketiga makan di atas.
Pentol adalah sebutan untuk sejenis bakso yang komposisi dagingnya lebih sedikit daripada bakso. Bahkan kadang hanya tepung kanji saja, divariasikan dengan tahu, "siomay", telur puyuh, dan pangsit. Pentol disajakan dengan campuran saos, kecap maupun saos kacang.
[caption id="" align="aligncenter" width="427" caption="http://serianijessica.blogspot.com"][/caption]
Pentol kalau di daerah asalku namanya cilok. Namun pentol di Surabaya berbeda dengan pentol di daerah asalku. Jika di daerah asalku pentol dianggap sebagai jajanan anak-anak, namun di surabaya pentol adalah makanan semua umur. Tua-muda, besar-kecil, laki-perempuan, kaya-miskin, dari orang madura-jawa-hingga orang cina semua makan pentol. Tak heran jika penjual pentol menjamur dimana-mana, bahkan telah masuk mall dan tak kehilangna peminatnya.
[caption id="attachment_231142" align="aligncenter" width="300" caption="warta.ubaya.ac.id"]
Jangan heran kalau ke surabaya liat bapak-bapak campur dengan anak-anak mengerubungi penjual pentol. Jangan heran juga kalau melihat cewek-cewek kantoran dengan seragam seksi , koko dan cici turun dari mobil sambil makan pentol. Seperti yang pernah kubilang sebelumnya. Itulah sisi egaliter masyarakat Surabaya.
ooOO-salam pentol-OOoo
Artikel terkait:
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/12/21/hijrah-ke-surabaya-512757.html
http://bahasa.kompasiana.com/2012/11/23/beda-bahasa-jawa-timur-dengan-bahasa-jawa-tengah-505410.html