Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari “Kompasiana Nangkring”: Menghalau Penyusup untuk Menjaga Muruah Jurnalisme Warga

7 April 2014   03:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13967893041378249043

Sebagai wadah untuk “jurnalisme warga” (citizen journalism) Kompasiana merupakan pilihan utama banyak ‘wartawan warga’ di Indonesia. Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian kompasianer (yang terdaftar sebagai  anggota Kompasiana) mencapai 220.000.

Dengan jumlah yang besar itu tentulah tulisan yang dikirimkan ke Kompasiana pun sangat banyak. Itulah yang membuat admin Kompasiana kerja keras untuk ‘menyeleksi’ tulisan agar tidak keluar dari koridor jurnalistik.

Salah satu persoalan yang muncul, seperti disampaikan oleh Pepih Nugraha, pengelola Kompasiana, kian banyak penyusup (intruder) yang memanfaatkan Kompasiana sebagai saluran untuk mengirim tulisan yang tidak etis. Misalnya, menyerang lawan politik, menjelek-jelekkan pihak tertentu, dll. Ini terungkap pada acara “Kompasiana Nangkring: Ngobrolin Kompasiana” di Ruang Meet Up Kompasiana, Lantai 6, Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta Barat, 4 April 2014.

“Kami berharap ada kesepakatan kita untuk mengecek isi tulisan,” kata Pepih. Permintaan admin ini amatlah wajar untuk menjaga muruah (KBBI: kehormatan diri; harga diri; nama baik) Kompasiana sebagai media bagi jurnalisme warga.

Memanfaatkan Kompasiana sebagai media untuk melakukan kampanye hitam (black campaign) dan kampanye negatif (negative campaign) tidaklah pada tempatnya.

Tidaklah pada tempatnya menyebarkan tulisan yang menyerang di Kompasiana. Soalnya, Kompasiana, seperti dikemukakan bebarapa kompasianer yang hadir pada acara tsb., mereka belajar menulis dari dan di Kompasiana. Thamrin Dahlan, misalnya, belajar di Kompasiana sampai akhirnya dia bisa menulis dan menerbitkan buku.

Begitu juga dengan Thamrin Sonata. Kompasianer ini bisa mendapatkan pekerjaan untuk menulis biografi berkat tulisannya di Kompasiana. “Ya, berkat tulisan saya di Kompasiana ada yang meminta saya menulis biografi,” ujar Thamrin. Itulah sebabnya Thamrin berharap agar Kompasiana tetap berada pada jalur penulisan yang beretika agar tulisan yang ditayangkan di Kompasiana tidak melenceng dari moralitas jurnalistik.

Maka, Kompasiana adalah tempat untuk belajar menyampaikan ide, gagasan, pendapat, tanggapan, dll. pada koridor jurnalistik yang beretika. Kalau ingin menyebarkan tulisan yang menghasut, menghujat, ghibah, dll. silakan membuat media sosial, seperti blog atau situs, sendiri.

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh admin Kompasiana bertujuan untuk menjaga Kompasiana ada pada koridor etika dan hukum.

Salah satu langkah yang ditempuh admin adalah menghentikan konten tentang agama. Soalnya, tanggapan terhadap tulisan ini sudah tidak objektif lagi karena benbenturan dengan berbagai paham dan kepentingan.

Hal lain yang perlu diperhatikan kompasianer adalah menanggapi tulisan karena sering terjadi tanggapan bukan terhadap konten tapi menyasar pribadi atau privat si penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun