Mohon tunggu...
Indra Noor
Indra Noor Mohon Tunggu... -

Saya Menulis Maka Saya Ada

Selanjutnya

Tutup

Politik

It Takes Two to Tango

23 Januari 2014   17:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai warga negara yang baik, sepatutnya saat Pemilu Presiden 2014 nanti kita ikut meramaikan pesta demokrasi tersebut. Caranya tentu dengan ikut berpartisipasi memberi suara kepada calon Presiden & Wakil Presiden resmi yang boleh dipilih. Dan sebagai warga negara yang cerdas, hendaknya kita mulai membidik, mengikuti atau menganalisa kiprah para calon-calon Presiden tersebut beserta wakilnya  agar nanti kejadian salah pilih minim terjadi.

Oleh karenanya izinkan saya menuliskan analisa subjektif mengenai salah satu calon pasangan no 1 NKRI yang menurut saya layak menjadi perhitungan dan seyogyanya tidak dianggap remeh. Tapi sebelum masuk ke tulisan mengenai calon Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang menarik perhatian saya ada baiknya saya bahas secara umum dan singkat mengenai pemerintahan sekarang sebagai fakta yang sudah terjadi dan bisa dijadikan perbandingan.

PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO

Di awal pemerintahan SBY-Boediono, kasus mega korupsi skandal Bank Century langsung jadi pe-er besar yang harus diselesaikan . Skandal ini cukup menyita perhatian dan mengganggu efektifitas penyelenggaraan kenegaraan. Namun yang lebih memprihatinkan adalah Wakil Presiden Boediono diduga berperan dalam memuluskan terjadinya skandal tersebut. Hingga akhirnya peran Boediono sebagai Wakil Presiden seperti dihilangkan dan perjalanan pemerintahan ini hanya fokus kepada SBY.

Hal tersebut tentunya memiliki dampak yang signifikan terhadap jalannya pemerintahan. Sehingga  banyak persoalan-persoalan negara yang sepertinya tidak dapat terselesaikan karena seolah-olah hanya presiden yang bekerja. Dari mulai demonstrasi yang disertai kekerasan oleh polisi terhadap mahasiswa hingga persoalan BBM di tahun 2012 kemarin benar-benar seperti tidak ada peranan sang Wapres. Baik merespon kejadian maupun berkolaborasi menentukan kebijakan yang tepat sasaran. Mari kita lihat beberapa sindiran politisi maupun netizen mengenai keberadaan Boediono di sini: http://politik.news.viva.co.id/news/read/300140-isu-bbm--pdip-nilai-peran-wapres-tak-menonjol

http://sosok.kompasiana.com/2013/05/05/prof-budiono-wakil-presiden-republik-indonesia--557138.html


Dan tentu saja masih panjang lagi tautan yang bisa ditaruh di halaman tulisan ini mengenai keberadaan sang Wapres.

Akibatnya, jejak rekam pemerintahan SBY-Boediono lebih banyak menuai sentimen negatif daripada positif serta raport kerja yang betul-betul merah kebakaran. Bisa kita ingat para aktivis sudah mengeluarkan Petisi 28 yang isinya 28 poin mengenai kegagalan mendasar pemerintahan SBY - Boediono selama mengelola pemerintahan  (lengkapnya baca di sini:http://best-easy-seo.blogspot.com/2010/10/daftar-28-kegagalan-sby-versi-petisi-28.html). Padahal baru 1 tahun pemerintahan berjalan.

Kesan single fighter yang dilakukan SBY jelas-jelas menjadi bumerang yang sangat tidak menguntungkan. Taruhlah apabila SBY memang berbohong mengenai adanya keterlibatan Boediono di pemerintahan tapi tetap memberi porsi penampilan Wapres di media, barangkali akan ada kemungkinan peluang dugaan terhadap kegagalan yang terjadi disebabkan alasan yang lebih objektif.

CALON PRESIDEN 2014

Beberapa nama Capres 2014 sudah berseliweran di media dan cukup mencuri perhatian. Tapi belum banyak calon-calon Presiden tersebut yang terlihat sudah ajeg memilih calon pasangannya. Rata-rata mereka masih mencari-cari kandidat yang dianggap pas serta terkadang merasa pede-pede saja apabila dipasangkan dengan siapapun. Coba lihat berita tentang Jendral Prabowo di situs ini: http://prabowosubianto.info/siapapun-pasangan-prabowo-akan-menang.html Pernyataan dari salah satu kader beliau menyiratkan seolah-olah pemilihan wakil presiden itu tidak esensial dan program yang dibuat sang Jendral tidak perlu tandem untuk dikembangkan serta dijalankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun