Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

THR yang Maknanya Makin Tak Keruan

22 Mei 2020   13:43 Diperbarui: 24 Mei 2020   04:26 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi THR. Foto shutterstock dipublikasikan Kompas.com

Tunjangan hari raya (THR) ramai dibicarakan di masa jelang Lebaran atau hari besar keagamaan lainnya. Mungkin karena mayoritas warga negara Indonesia adalah beragama Islam, gema THR memang kencang muncul jelang Lebaran atau Idulfitri.

Lalu apa sebenarnya THR itu? Kalau secara aturan, maka bisa dilihat di Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.

Dalam aturan itu disebutkan, THR keagamaan adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh atau keluarganya menjelang Hari Raya Keagamaan. THR ini wajib dibayarkan paling lambat tujuh hari sebelum hari raya keagamaan.

Jadi THR keagamaan itu adalah pendapatan non upah dari pengusaha ke karyawannya. Kalau saya pribadi, pegawai negeri yang menerima upah di hari keagamaan juga bisa disebut THR. 

Saya menyimpulkan sendiri dari peraturan itu bahwa THR adalah ketika ada relasi kerja antara pemberi dan penerima THR.

Masalahnya saat ini ketika makna THR yang sudah meluas tak keruan. Contohnya, ada oknum ormas yang meminta jatah THR pada perusahaan. Padahal, kedua pihak tak punya relasi pengusaha dan pekerja. Hal itu sudah menjadi rahasia umum.

Kompas.com pada 13 Mei 2020 memberitakan ada ormas yang meminta THR pada pengusaha di Bekasi. Sekarang apa hubungan ormas dengan pengusaha? Definisi THR dan momen hari besar keagamaan dimanfaatkan untuk mengeruk duit dari pengusaha.

Menurut saya, jika pengusaha dipaksa untuk memberi THR pada bukan pekerjanya, maka menjadikan iklim usaha di Indonesia tak baik. Orang akan mikir-mikir menbuat usaha jika pada akhirnya akan diminta THR oleh bukan pekerjanya di masa jelang hari besar keagamaan.

Dulu, ada juga kenalan yang terang-terangan minta THR ke saya hanya karena sering bareng bersama saya. Padahal, dia bukan pekerja saya. Kebetulan pekerja honorer yang sering nongkrong bersama saya. Ini kan aneh juga, tak ada hubungan kerja minta THR.

Dulu juga ada loper koran yang meminta THR ke saya. Saya aneh karena mereka yang dagang, mereka yang untung. Keuntungannya salah satunya dari saya sebagai pelanggan. Tapi, malah mereka minta THR ke saya.

Unik lagi di Malaysia. Ada selebgram yang minta THR pada followernya. Uniknya, followernya ngasih duit pula. Bayangkan saja, selebgram kan dapat duit salah satunya karena para follower. Eh begitu jelang Lebaran followernya dimintai THR. Parahnya, followernya mau juga memberi duit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun