Kalau isu tentang Ahok yang selalu berlindung di Ketiak Jokowi mungkin sudah umum didengar orang. Tetapi kalau isu tentang Ahok yang sangat bergantung pada Setya Novanto maupun Megawati mungkin jarang sekali dibicarakan orang.
Sekitar 1-2 tahun yang lalu Ahok berada dalam posisi Kegalauan yang lumayan mengganggu pikirannya. Pada saat itu Ahok sudah berpikir tentang Pilgub DKI 2017. Yang membuat galau dirinya adalah Ahok saat itu bukan kader dari sekian partai politik yang ada. Pertanyaan yang ada di benak Ahok saat itu adalah: Bisakah tanpa parpol dirinya dapat memenangkan Pilgub DKI 2017.
Setelah menyatakan diri keluar dari Partai Gerindra, sebenarnya saat itu Ahok tahu betul bahwa “Pemilik” negeri ini saat ini sejatinya adalah Jokowi. Itulah sebabnya Ahok yang ditawari banyak parpol untuk bergabung tidak bersedia dulu. Insting politisi Ahok bekerja, untuk apa bergabung dengan partai yang tidak punya kekuasaan ataupun tidak punya masa depan.
Tahun 2011 hingga tahun awal tahun 2012 insting politik Ahok menyimpulkan Prabowo Subianto akan menjadi Presiden RI setelah SBY. Diatas kertas tidak ada satupun tokoh yang bisa menyaingi Elektabilitas Prabowo Subianto. Itulah penyebab utama pada tahun itu Ahok berpindah dari Golkar ke Gerindra. Bergabung dengan Calon Penguasa Negeri rencananya.
Masuk di tahun 2014, setelah Ahok berhasil merayu Prabowo dan Prabowo berhasil menjadikan Ahok sebagai Pendamping “Titisan Raja Jawa” (Jokowi), sepertinya Ahok sudah mendua dengan Partai Gerindra. Dia tahu bahwa mulai tahun 2014 ke depan, negeri ini akan menjadi “milik” Jokowi. Itulah sebabnya dengan perkara yang sangat sepele akhirnya Ahok menyatakan keluar dari Gerindra.
Sejak tahun 2014 Ahok sudah “mengunci” Jokowi. Banyak orang bilang Ahok sengaja menjebak Jokowi untuk bergantung pada Agung Podomoro dan Agung Sedayu. Dan saat itu Ahok memang menolak pinangan berbagai partai termasuk PDIP karena dia sedang mencitrakan dirinya sebagai politisi non partisan.
Meskipun seolah-olah menjaga jarak dengan PDIP, sebenarnya Ahok rutin berkomunikasi dan mengunjungi Megawati secara diam-diam. Charles Honoris yang merupakan tangan kanan Megawati juga sangat akrab dengan Ahok.
Sampailah pada tahun 2015. Ahok sudah ngebet ingin membangun kekuatan politik untuk kepentingan Pilgub DKI 2017. Tapi pada waktu itu Megawati menolak membahas hal itu dengan Ahok. Megawati bilang tunggu, nanti ada waktunya untuk itu.
Karena tidak sabar akhirnya Ahok berkonsultasi dengan komunitasnya dan Konsultan Politik Cyrus Network. Sepakatlah mereka menciptakan sebuah Komunitas bernama Teman Ahok dimana para pegawainya adalah pegawai Cyrus Network.
Teman Ahok adalah Komunitas Ciptaan Ahok untuk membentuk opini public bahwa dirinya diinginkan warga DKI untuk memperpanjang jabatannya. Teman Ahok juga dibentuk untuk tujuan agar Parpol-parpol yang ada berminat pada dirinya (Bargaining Politik).
Setelah mengklaim sudah mendapatkan 1 juta KTP pendukung , karena hal itu adalah rekayasa , Ahok pun mulai galau karena Pilgub DKI tinggal setahun lagi. Dia mencoba mendesak Megawati untuk memberikan dukungannya tetapi Megawati menyuruhnya untuk menunggu.