Mohon tunggu...
hony irawan
hony irawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penggiat Advokasi dan Komunikasi Isu Sosial, Budaya dan Kesehatan Lingkungan

pelajar, pekerja,teman, anak, suami dan ayah

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Apakah Sepadan?

17 Februari 2017   17:31 Diperbarui: 17 Februari 2017   18:04 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jika kampanye adalah cara memproduksi makna tentang sesuatu di benak banyak orang, maka ketika atribut-atribut kampanye dicabut, para pengusung, penyandang dana, tim sukses dan simpatisan mulai berhitung, makna yang telah dihasilkan dengan investasi yang milyaran bahkan mungkin trilyunan itu... Apakah sepadan !?

Kitapun bercengkrama di minggu pagi yang gerimis, sambil berhitung manfaat yang telah diberikan oleh prosesi demokrasi yang tak murah ini. Momentum dimana tak sedikit uang yang semula berputar diakun bank dan brankas para pengusaha dan penguasa, menetes turun hingga ke masyarakat dalam wujud atribut-atribut kampanye, makanan kecil, nasi bungkus, uang transport, sewa kendaraan, akomodasi, panggung dan sound system serta bentuk lain yang tidak bisa disebutkan.

Kalau produksi makna yang diharapkan adalah calon yang dijagokan lebih unggul dari yang lain, maka mestinya persepsi itu akan membawa sang jagoan jadi pemenang dalam pemungutan suara. Namun jika tidak, bagaimana tim sukses mempertanggungjawabkannya?!

Demokrasi lahir dari utopi bahwa kita bisa setuju berdasarkan pilihan orang terbanyak. Sementara keberhasilan kampanye dihitung dari berapa banyak pendukung sebelum dan sesudah kampanye. Jadi gak nyambung jika kampanye yang berhasil hanya kalau sang jagoan jadi juara. Meski juga tidak bijaksana jika sekedar menghitung efektifitas berdasarkan jumlah uang/pengorbanan yang dikeluarkan dengan jumlah pemilih yang memilihnya.

Kita bisa kenal lebih jauh siapa AHY yang semula hanya samar-samar, kita juga lebih kenal siapa BTP dan AB dengan lebih baik bahkan lebih kenal dengan para pendamping, serta perilaku parpol dan pendukung mereka di dunia maya maupun dunia fana. Bukan hanya itu, para paslon ini juga memgenal lebih baik tentang siapa kita (semoga), harapan-harapan kita, dan berbagai masalah yang kita hadapi untuk kemudian dapat diberikan solusi yang proporsional.

Lalu makna apa yang didapat oleh kita? Kebencian pada pendukung lain? Pada agama lain? Pada ras lain? Tentu tidak... Kita tentu lebih memilih menjadikan ini sebagai momentum untuk saling mengenal dan memahami. Kita bersyukur berada di tengah sejarah dimana kita tidak pernah menang ketika berjuang sendiri.

#minggupagi #sambilngopi

Minggu, 12 feb 2017

Latepost

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun