Mohon tunggu...
Hilmi Inaya
Hilmi Inaya Mohon Tunggu... Penulis - connect with me: hilmiinaya4@gmail.com

Write what do you want, what do you think, what do you feel, and enjoy it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemerdekaan Keberagaman

21 Agustus 2017   01:49 Diperbarui: 22 Agustus 2017   14:30 1736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Indonesia adalah negara yang memiliki keankeragaman budaya, ras, suku dan agama. Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Kemerdekaan atas keberagaman ini patut disyukuri, mengingat bahwa banyaknya negara yang terlibat perang di negara sendiri karena isu SARA.  Seperti hal nya ISIS yang ada di Suriah, masalah berawal dari perselisihan antara kaum sipil dan pemerintah, kemudian berkembang menjadi isu agama yang menyulut api diantara keduanya. Irak yang terus menerus terjadi bom bunuh diri di tempat ramai dan di tempat-tempat ibadah karena isu agama juga. Tentu dalam hal ini yang paling dirugikan adalah masyarakat  sipil. Agama akhir-akhir ini menjadi isu yang paling sensitif di negara manapun. Situasi yang seperti ini memahamkan kita bahwa arti keberagaman di Indonesia sangatlah berharga.


Dapat kita jumpai di Indonesia bahwa toleransi antar umat beragama sangat luas. Seperti potret-potret ini: sebanyak 50 banser amankan natal di bantul pada tahun 2009; pacalang, pasukan pengamanan adat umat Hindu di Bali mengamankan solta ied, pengurus masjid Istiqlal menjadikan halaman masjid untuk lokasi parkir umat Kristen yang merayakan natal di gereja Katerdal, seorang biarawati membantu pemotongan hewan kurban dan berbagai bentuk potret toleransi lainnya.
Potret seperti di atas yang diterapkan di Indonesia, sama yang dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad yang tercermin dalam pidato perpisahan Nabi atau pas haji Wada, nabi pernah bersabda:
"wahai sekalian manusia, sesunnguhnya darah kamu merupakan kemuliaan (haram dirusak oleh orang lain) bagi kamu sekalian, sebagaimana mulianya hari ini di bulan yang mulia ini, di negeri yang mulia ini"


Rasulullah pada saat itu mengatakan "wahai sekalian manusia" tidak hanya "wahai umat Islam". Hal ini menandakan bahwa pesan tersebut ditujukan kepada seluruh manusia bukan hanya umat Islam yang hadir pada saat pidato perpisahan Nabi di Arafah. Berarti, Rasulullah berpean kepada semua umat manusia untuk tidak melanggar perkara kemanusaiaan.


Ali bin Abi talib pernah berkata:
"dia yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan"


Agama memang menjadi pemicu dalam setiap gerak gerik manusia. Apapun tindak tanduk yang dilakukan manusia, disadari atau tanpa disadari merujuk kepada pedoman dari sebuah agama yang dianutnya. Sehingga, semua agama mengajarkan tentang kasih sayang, berbuat baik sesaman manusia. Tidak ada agama yang mengajarkan tentang keburukan. Agama merupakan perwujudan dari bentuk kasih sayang.


Dalam islam sendiri, meskipun merupakan agama mayoritas yang dipeluk warga Negara Indonesia, tetap saja tidak menghendaki pemaksaan untuk masuk dalam agama Islam, "lakum diinukum waliyadin". Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 dijelaskan, "seruah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik". Rasulullah sendiri mengajarkan bagaimana adab dengan sesama manusia yang berbeda agama dengan memperlakukannya dengan adil.


Teringat kisah sahabat Ali bin Abi Thalib ketika kehilangan baju besi, Ali pun berkata, "aku telah kehilangan baju besi yang jatuh dari untaku, tak lama kemudian aku menemukan baju besiku berada di tangan orang yahudi."
Maka Ali pun meminta baju besi itu kembali. Akan tetapi, si yahudi menolaknya, karena ia telah menemukan baju besi itu di jalan sedang tidak ada orang yang memilikinya. Kemudian hal ini diadukan kepada hakim Syuraih. Kemudian hakim tersebut meminta Ali untuk mendatangakan 2 orang saksi.


Sakisi pertama berasal dari budak beliau, dan saksi kedua yakni anak beiau yaitu Hasan. Kemudian hakim syuraih berkata, "adapun saksi kedua mu tidak berlaku karena ia merupakan anak kandungmu sendiri."


Ali pun menjawab "bukankah Rasulullah pernah berkata bahwa Hasan dan Husen adalah pemimpin pemuda di surga?"
"Benar wahai amirul mukminin, akan tetapi kesaksian anak teradap ayahnya tidak dibenarkan"


Maka dari itu, Ali kalah dalam persidangan dan menghibahkan baju besi kepada seorang yahudi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun