Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Yang Seru, Siapa yang Mendampingi Ahok di Putaran 2

14 Februari 2017   12:19 Diperbarui: 14 Februari 2017   12:40 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu paslon akan tersingkir, dua lainnya akan bertarung kembali di putaran 2. Sumber gambar: http://kpujakarta.go.id/

Pada hari Rabu besok (15/02) akan dilaksanakan pilkada serentak di berbagai daerah baik ditingkat 1 dan 2. Yang cukup mendapat perhatian adalah pilkada di DKI Jakarta, maklum saja ini adalah ibu kota negara yang merupakan miniatur Indonesia.

Seperti ramalan sebelumnya posisi pasangan calon (paslon) Ahok-Djarot dirasa masih cukup kuat untuk memenangkan pilkada kali ini. Kinerja Ahok begitu bagus, terlepas gayanya yang kurang “sopan” terlebih lagi ia juga tersangkut kasus yang menyeretnya ke pengadilan dengan dugaan penistaan agama. Di sisi lain “rival” Ahok seperti Agus masih kurang menyakinkan publik sebab masih terlampau “belia” dan minin pengalaman. Sedangkan pada Anies dirasa terlalu fokus pada gagasan kurang mengarah kongkret, pernah diberhentikan sebagai mendikbud juga menjadi ganjalan tersendiri.

Namun bukan berarti Ahok akan mudah memenangkan pertandingan ini. Pilkada DKI begitu rumit dan kompleks, ada yang mengatakan pilkada rasa pilpres, sekelas ketum partai turun langsung mengamankan jagoannya. Dalam pertandingan serba kemungkinan, posisi sang kuda hitam seperti Agus dan Anies masih bisa memenangkan pertarungan ini. Terlebih lagi apabila Ahok melakukan blunder yang justru menurunkan elektabilitasnya, kasus “perseteruan” dengan ketua MUI di pengadilan bisa menjadi contohnya.

Menakar rasionalitas warga Jakarta

Nasib ketiga paslon tersebut tergantung pada suara warga Jakarta. Mereka akan menjadi “hakim” untuk menentukan siapa yang akan menjadi gubenurnya. Dibandingkan dengan daerah lain, warga Jakarta cukup unik sebagai warga –kebanyakan- yang modern dan mengandalkan rasionalitas. Jakarta sebagai pusat media besar, maka informasi akan terus mengalir. Ditambah lagi mereka sudah “melek” di media sosial.  

Warga Jakarta menjadi subjek dan objek sekaligus. Walaupun dengan derasnya informasi baik itu benar atau hoax, karena tinggal di tempat yang dipijak warga Jakarta akan menilai lebih objektif. Jualan dengan mengangkat isu SARA tidak akan begitu mempan di Jakarta. Sebagai contoh di DKI Jakarta pada pemilu tahun 2004 PKS yang dinilai sebagai partai bersih menjadi pemenangnya.

Begitu dinamisnya konstelasi Jakarta, hukuman warganya cukup “kejam”. Mereka tidak akan memilih kembali partai atau tokoh yang mengecewakan di pemilu berikutnya. Maka pilihan pragmatis siapa yang dapat memberikan kenyamanan bagi warga Jakarta akan menjadi daya tarik tersendiri. Dan pilkada 2017 ini, warga Jakarta akan diuji rasionalitasnya untuk memilih gubernur terbaiknya. Harapan dan masa depan Jakarta akan dipertaruhkan, maka mereka akan memilih dengan sungguh-sungguh sehingga tidak terpilih figur yang “salah”.

Kemungkinan Ahok lolos putaran pertama, siapa yang mendampingi ?

Berbeda dengan daerah lain khusus DKI syarat kemenangan harus mencapai 50 persen lebih. Posisi Ahok sebagai petahana cukup menguntungkan. Selain lebih dikenal, juga mempunyai  “warisan” kinerja dan itu menjadi poin tersendiri. Tiket Ahok menuju putaran kedua lebih mudah ketimbang dua rivalnya tersebut, entah itu nantinya menjadi pemenang satu atau dua.

Inilah menariknya pilkada DKI, yang sulit diprediksi. Jika Ahok bisa lolos ke putaran dua, yang menjadi pertanyaan siapa yang pantas menjadi “pendamping” berikutnya, Agus ataukah Anis? Keduanya sama-sama kuat. Agus masih di-backupoleh SBY mantan presiden terdahulu yang kebetulan juga sebagai ketua umum Partai Demokrat.

Kubu Agus cukup kuat sebab juga didukung oleh partai pendukung pemerintah di tingkat “pusat”, seperti PAN dan PKB. Sedangkan PPP turut pada barisan ini walau ada dualisme kepengurusan, yang satunya berada pada kubu koalisi PDIP. Sedangkan untuk keterwakilan politik aliran dalam hal ini Islam, lebih cenderung ke kubu Agus. Dukungan FPI secara halus, demikian pula dari kecenderungan kalangan Muhammadiyah (dengan PAN nya) dan NU (dengan PKB nya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun