Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bekal Menjadi Pengurus Keuangan di Organisasi Kepemudaan Bagi Generasi Z

5 Juli 2017   09:50 Diperbarui: 5 Juli 2017   09:54 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok:cakrawalaupi.wordpress.com

Generasi Z (umur 0-21 tahun) dipandang sebagai generasi muda  yang memiliki minat untuk mendapat  banyak pengalaman. Sebagai kakak yang baik (#Tsahh) , saya hendak mengutarakan pengalaman saya selama menjadi orang yang pernah mengurusi bagian keuangan.  Bagi yang tergolong generasi Generation X ( umur 41-52 tahun) dan Generation Y (usia 22-40 tahun) mungkin ini akan dianggap sesuatu yang  ecek-ecek tapi setidaknya ada niatan sharing ilmu dan pengalaman, tanpa maksud untuk menggurui. 

Ada pepatah dari orang bijak yang mengatakan bahwa  ada baiknya ilmu yang dimiliki tak dinikmati sendiri tapi dibagikan ke orang-orang sekitar apalagi kepada orang yang minim pengalaman. Saya hanya berharap apa yang saya bagikan setidaknya bisa jadi referensi bagi adik-adik generasi Z untuk melangkah menjadi pengurus di bidang keuangan kelak.

Syarat Sebagai Pengurus Keuangan

Di era sekarang ini, sepatutnya kita yang muda-muda ini menggaung-gaungkan transparansi  dalam setiap penggunaan anggaran. Jika sedari muda kita sudah berprinsip demikian maka kelak ketika melangkah ke ranah lebih tinggi lagi, kita tak canggung lagi. Pengalaman saya nonggol di salah satu majalah anti korupsi yang berafiliasi dengan pemerintahan Perancis dan menghadiri undangan dari kegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) semakin menguatkan saya untuk bersikap demikian.  

Menjadi seseorang yang mengurusi bagian finance dibutuhkan sikap terbuka, jujur, dan transparan utamanya yang menyangkut jumlah uang yang masuk dan jumlah uang yang  keluar.  Hal ini menjadi penting untuk menghindari kecurigaan yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada penilaian sepak terjang mengurusi keuangan. Kalau dipandang cakap, nama baik kita akan dikenang dan begitu pun sebaliknya.

Ada baiknya jika seorang pengurus keuangan membekali diri dengan ilmu psikologi. Bisa lewat pelatihan NLP yang mengajarkan ekspresi seseorang baik dari gerak geriknya maupun ekspresi wajahnya. Jika ingin lebih hemat lagi, teman-teman bisa memperkaya ilmu lewat buku-buku psikologi yang ada di toko buku. Ini akan menjadi bekal untuk mengetahui orang-orang yang berurusan dengan keuangan, apakah orang itu hendak tipu-tipu dalam penggunaan dana.

Sikap Sebagai Pengurus Keuangan

Sudah kewajiban bagi seorang yang menjadi penjaga bagian keuangan untuk mengetahui jumlah pendapatan dan  jumlah pengeluaran. Semuanya harus realistis, terdapat bukti (berupa nota) bentuk dan disusun secara rinci, teliti dan akurat. Namanya pengeluaran, post  itu sangat rawan yang namanya penyelewengan dan penggelembungan. Kalau ada yang ajuin minta ini minta itu, mau tak mau harus  sepengetahuan petinggi lainnya. Para pengurus keuangan juga menganalisisnya apakah  yang diajukan itu realistis atau tidak.

Oleh karena itu ada baiknya mengetahui update harga terkini mengenai tarif barang dan jasa. Hal ini bisa disiasati dengan  menjalin hubungan dengan para penyedia barang dan jasa agar kita bisa mengecek  langsung laporang yang diberikan. Hal ini juga dilakukan demi  menghindari manipulasi dana dari orang-orang  yang hendak menjadikan kegiatan itu menjadi suatu bisnis dan meraup keuntungan pribadi. Mau pengeluaran itu lima ribuah saja atau seribuan aja mesti diteliti. Bukan dilihat dari nominal uangnya yang kecil tapi coba deh nominal kecil itu dikali banyak pasti jumlahnya lumayan tuh. Meminjam istilah  Pak Prabowo Subianto, jangan sampai ada kebocoran pengeluaran.

Membedakan Pengurus Keuangan Usaha dan Organisasi

Tentunya ada perbedaan mendasar antara menjadi pengurus keuangan di organisasi kepemudaan dengan pengurus keuangan di suatu unit usaha. Kebetulan saya pernah menjalani keduanya. Sekedar sharing, kalau unit usaha, dikenal adanya kebijakan kompromi dimana uang yang dianggarkan sewaktu-waktu bisa berubah sesuai keinginan  pemilik usaha / pemilik modal  berhubung dialah orang yang berkuasa atas dana yang bergulir dalam unit usaha tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun