Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sereh: Pengusir Nyamuk Ramah Lingkungan

5 Agustus 2015   15:13 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 6099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="minyak sereh"][/caption]

Musim kemarau yang telah berlangsung sekitar empat bulan, dampak yang sangat dirasakan adalah hawa panas, populasi nyamuk yang menyerbu rumah rasanya meningkat. Dampak ekonominya anggaran pembelian pembasmi nyamuk buatan pabrik meningkat tajam. Dampak bagi kesehatan, salah satu anggota keluarga terkena DBD dan harus dirawat di rumah sakit selama lima hari. Kesimpulannya nyamuk telah membobol kantong keluarga dengan nilai signifikan.

Sering membaca tips dan juga pernah mendengar dari 'orang-orang kampung' di kampung halaman puluhan tahun silam bahwa sereh wangi yang ketika itu banyak tumbuh di dekat kampung kami dapat digunakan sebagai 'obat nyamuk' atau lebih tepatnya pengusir nyamuk, baik dalam bentuk minyak maupun dalam bentuk aslinya tanpa diolah.

Sereh wangi tak ada di sekitar pemukiman kami di Cimanggis, namun sereh bumbu dapur banyak tumbuh di sekitar rumah atau beli saja di warung atau di pasar dengan harga sekitar Rp 2000/ikat, yang terdiri dari 4-5 batang sereh. Begitu pula minyak sereh (tak jelas apakah ekstrak sereh bumbu dapur atau ekstrak sereh wangi) banyak dijual di pasar sampai apotek, dengan harga berkisar Rp 9000 - 10000/botol kecil.

Mengingat cairan pembunuh serangga buatan pabrik selain mahal, juga saya yakini tidak ramah lingkungan alias beracun. Kami hentikan sementara penggunaan racun nyamuk tersebut, kami coba selama empat hari 'obat nyamuk' tradisional yang ramah lingkungan, yaitu sereh dan minyak sereh.

Hari 1 dan 2.

  • Saya mencampur beberapa tetes minyak sereh kedalam seember air, lalu kain pel dicelupkan kedalamnya, diperas dan sebagian besar rumah terutama kamar tidur, ruang tamu, ruang TV, ruang makan dipel dengan larutan sangat encer minyak sereh tersebut.
  • Berdasar pengamatan selama dua malam pertama, ternyata nyamuk berkurang sangat nyata. Ketika nonton TV atau saat tidur tak ada lagi serangan udara berbunyi "ngiiing ngiiing", bunyi khas nyamuk menyerang mangsanya.

Hari 3 dan 4

  • Kali ini tidak ngepel pakai cairan sangat encer minyak sereh, tapi menggunakan irisan sereh bumbu dapur. Irisan sereh diletakkan pada sebuah wadah, lalu ditaruh di pojok-pojok ruangan atau di kolong tempat tidur yang diperkirakan menjadi sarang nyamuk.
  • Selama dua malam saya amati nyamuk juga nyaris tak ada. Ada sekali dua kali nyamuk nekat hinggap di tangan ketika nonton TV, dengan mudah dipukul dan mati he he he .....

Kesimpulan atas observasi singkat selama empat malam (1- 4 Agustus 2015), informasi lama bahwa minyak sereh dan sereh mampu mengusir nyamuk terbukti.

[caption caption="sereh dapur"]

[/caption]

Saya tidak sendirian mencoba sereh dan minyak sereh sebagai pengusir nyamuk, beberapa teman di Bogor dan Bekasi juga menggunakan cara sama, hasilnya memuaskan nyamuk kabur!. Penggunaan sereh dan minyak sereh lebih kami sukai selain biayanya murah, juga ramah lingkungan, tidak meninggalkan dampak lingkungan akibat racun seperti yang terkandung pada cairan pembasmi nyamuk buatan pabrik. Populasi cecak saya khawatir berkurang akibat banyak cecak mati jika digunakan cairan kimia buatan pabrik. Padahal cecak adalah predator alami nyamuk, selain kodok.

Silakan mencoba atau jangan-jangan anda sudah menggunakan sereh dan minyak sereh lebih dulu he he he.

 

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun