Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Langkah Politik Kebodohan Firehose of Falsehoods

4 November 2018   17:00 Diperbarui: 4 November 2018   17:11 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dan Quotes by RAND CORPORATION

Kita harus mampu menghadang bahwa strategi propaganda Firehose of falsehoods ini bisa dikalahkan. Meskipun sebelumnya, strategi ini  yang sama mengantarkan Bolsonaro menang di Brazil. Padahal sebelumnya Bolsonaro tidak lebih hanya lelucon di politik Brazil. 

Hal yang sama semoga tidak terjadi di Indonesia. Bolsonaro adalah Donald Trump nya Brazil. Ia baru saja memenangkan Pilpres di Brazil dengan menggunakan teknik Firehose of falsehoods. Uniknya di Brazil, hoax disebarkan melalui whatsapp group. Rakyat Brazil ditakuti mengenai invasi pekerja China

Teknik Firehose of falsehoods ini berhasil di Brasil dengan cara menggunakan jaringan Gereja evangelical. Dimana Bolsonaro merupakan salah satu petingginya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Trump di US. Hanya saja di Brasil hoax disebarkan melalui broadcast message melalui Whatsapp Hal yang sama kita lihat di Indonesia saat ini.

Fitnah dan hoax menyebar melalui whatsapp, terutama melalui whatsapp group. Namun, kita cukup beruntung kasus Ratna sarumpaet terbongkar. Bisa kita bayangkan apa yang terjadi jika tidak terbongkar. Akan seperti apa ketakutan dan kemarahan yang muncul.

Berdasarkan penemuan mutakhir di Bidang neuroscience, konservatif memiliki amyangdala yang aktif sementara progresif memiliki insula yang lebih aktif. Amyangdala adalah pusay rasa takut sementara insula adalah pusat empati. Firehose of falsehoods ini adalah untuk mengaktivasi amydala.

Penelitian Rose McDermott menunjukkan apabila konservatif yang dikendalikan oleh rasa takut akan menyukai otoritas yang kuat sementara progresif yang memiliki rasa empati yang besar akan menyukai pendekatan kemanusiaan dalam sistem bermasyarakat. Ini seperti filosofi Jedi dan Sith dalam Statwars.

George Lucas dalam menyusun cerita Statwars sepertinya menggunakan filosofi yang sama mengenai pertarungan politik konservatif lawan progresif ini. Tentunya dengan penyederhanaan. Jedi diharuskan tidak boleh dikendalikan rasa takut atau amyangdala yang lebih aktif.

Sementara Sith sebaliknya. Rasa takut justru digunakan oleh Sith untuk mengendalikan masyarakat. Karena dengan ketakutan masyarakat akan lebih mudah dikendalikan. Jedi dianggap terlalu lemah untuk mengendalikan masyarakat dan membangun kedisplinan.

Sehingga keteraturan sulit untuk ditegakan. Tentu saja ini ada banyak penyederhanaan. Karena pada dasarnya insula dan amyangdala bukan hanya sesuatu yang alami tetapi juga ditumbuh kembangkan. Selain itu populasi terbesar dimasyarakat adalah kelas menengah, yang berada diantara konservatif dan progresif.

Firehose of falsehoods ini adalah teknik yang dikembangkan untuk mengembangbiakkan rasa takut, sehingga amyangdala masyarakat moderate menjadi lebih aktif. Shg akan membuat masyarakat menjadi lbeih konservatif. Ini juga menjelaskan kenapa setiap US terlibat perang, Republican yang konservatif menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun