Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Gaya Anak Kos Mengolah Daging Kurban

9 Agustus 2019   11:00 Diperbarui: 9 Agustus 2019   16:18 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski penulis seorang non-Muslim, namun turut merasakan juga nikmatnya perayaan keagamaan semacam Idul Adha ini. Sebagaimana lazimnya hari raya besar keagamaan, Idul Adha atau yang disebut juga sebagai Hari Raya Haji ini ditetapkan sebagai hari libur nasional. 

Tapi berhubung tahun 2019 ini jatuhnya bertepatan pada hari Minggu (11 Agustus 2019), maka hari liburnya menjadi tidak ada. Tadinya kita berharap pemerintah menetapkan hari Senin (12 Agustus 2019) sebagai pengganti hari liburnya, tapi sepertinya tidak?

Tapi tidak apa-apalah. Sekalipun tidak ada libur khusus untuk hari raya itu di tahun ini, kita tetap turut bersukaria juga. Sebab biasanya akan ada petugas RT di kompleks perumahan yang mengantarkan daging kurban ke rumah. Bahkan kadang ada juga tetangga yang berbagi masakan berupa ketupat dan daging kurban yang sudah diolah dengan rasa yang enak.

Sekarang ini, kalau ada antaran daging kurban ke rumah, kita hanya tinggal memakannya saja nanti--tapi tentu saja setelah diolah atau dimasak oleh istri. Jadi kita tinggal duduk tenang saja menunggu. 

Soal bagaimana cara orang rumah MengolahDagingKurban itu, biarlah itu menjadi hak prerogatif beliau. Kita percayakan saja sepenuhnya bagaimana dia MengolahDagingKurban tersebut, mau direndang, direbus, dibikin dendeng, dsb., begitu sudah tersaji di meja makan, pasti enak saja rasanya.

Jadi, sebenarnya tidak ada yang mesti diceritakan di sini soal bagaimana kita MengolahDagingKurban, karena sudah ada yang mengolahnya di rumah, tanpa perlu dicampuri lagi/

Namun demikian bukannya kita tidak punya pengalaman tantang bagaimana MengolahDagingKurban ini. Hal ini terjadi puluhan tahun silam ketika masih berstatus bujangan dan tinggal di rumah kontrakan sendirian. Dan pada saat Hari Raya Kurban, ada saja petugas RT yang mengantarkan daging ke rumah. Awalnya bingung juga, sebab sebagai seorang bujangan kita ini tidak pernah memasak di dapur. 

Sekalipun ada tersedia kompor dan peralatan seadanya untuk memasak, sejauh ini jarang digunakan kecuali menjerang air untuk diminum. Asal tahu saja, waktu itu dispenser apalagi yang berpemanas belum populer. Yang namanya air mineral kemasan pun belum jadi pilihan utama banyak orang. Jadi setiap rumah tangga harus memasak sendiri air sampai mendidih untuk air minum atau jika ingin menyeduh kopi atau teh manis.

Nah, ketika mendapat daging kurban yang lumayan banyak juga ketika itu, kita sempat bingung. Mau menolak, rasanya tidak etis. Kasihan, orangnya sudah datang mengantarkan ke rumah, memberikannya dengan ramah-tamah pula. 

Ya, akhirnya kita terima dengan ucapan terima kasih. Lebih bingung lagi setelah melihat isi kantong kresek itu, selain daging sapi, ada juga tulang-tulangnya. 

Setelah berpikir sejenak, kita punya ide untuk mengolahnya sebagai sop saja. Ide ini karena melihat tulang-tulang itu ditempeli daging, jadi gak mungkin dipisah pakai pisau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun