Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perahu Layar

1 Agustus 2017   23:17 Diperbarui: 2 Agustus 2017   00:13 4203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku telah lebih dulu mengarungi lautan, bersama musim yang terus berlalu.

Aku telah lebih dulu mengapung bersama ombak, menjelajahi samudera luas membentang, di tuntun mata angin, di beri petunjuk rasi bintang.

Kainku lebar membentang terikat kuat tersusun di tiang kayu yang kokoh, tak mudah patah, tak juga goyah, 

meski badai datang berulang ulang, di tiap siang, di tiap malam.

Tubuhku dari kayu hitam hutan belantara, di serut dan di bentuk oleh nenek moyangmu yang pantang menyerah. 

Pengembara ulung di lautan tanpa kenal lelah. Jiwaku dan jiwanya menyatu pada kain layar yang membentang.

Mata batinku bintang, raga dan nyawaku membentuk menjadi satu bersama gelora di dada nenek moyangmu yang tangguh, 

memercik ombak di lambung dan anjungan ku jilati tanpa ragu.

Tabah dalam perjalanan, ihklas mengarungi kekuatan samudera, bergelut, mengayuh, merajut cahaya-cahaya senja dan rembulan. 

Aku di takdirkan hidup di lautan bersama para penjelajah yang tak pernah takut untuk pulang.

Dan bila angin sedang berteman dan camar-camar datang memberi pujian dan tepuk tangan, 

saat itulah aku akan bersandar, melepaskan penat sambil bercerita kepada daratan bahwasanya akulah yang pertama kali mengarungi lautan.

handypranowo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun