Mohon tunggu...
Hafif Wahyudi
Hafif Wahyudi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Magister Ilmu Komputer FILKOM UB

FILKOM UB

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Teknologi GIS dan Pemetaan Kerentanan Tanah Longsor di Kota Malang

3 November 2019   06:45 Diperbarui: 3 November 2019   13:14 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber data: DEMNAS FILKOM UB

Teknologi Geographic Information System (GIS) dewasa ini menjadi teknologi yang tergolong baru namun memiliki pertumbuhan yang sangat pesat. Teknologi ini sangat berguna tidak hanya untuk pemetaan rupa bumi (baik peta konvensional maupun digital), namun juga dapat digunakan untuk berbagai macam analisis geospasial, salah satunya untuk analisis kerentanan tanah longsor.

Tanah longsor merupakan bencana yang kerap kali terjadi di Indonesia. Seperti bencana pada umumnya, bencana tanah longsor seringkali menimbulkan dampak. Dampak dari bencana ini telah banyak menyebabkan berbagai macam kerusakan dan hilangnya nyawa. Bencana tanah longsor ini lebih sering terjadi pada daerah pegunungan yang memiliki kelerengan yang terjal.

Kota Malang merupakan kota yang terletak di daerah pegunungan di Jawa Timur. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kota ini terletak di ketinggian 445-526 meter di atas permukaan laut. Meskipun terletak di daerah pegunungan, kota ini tergolong sebagai kota yang maju dan terkenal diantara kota lainnya di Jawa Timur. Hal ini dikarenakan terdapat banyak kampus besar dan ada beberapa tempat wisata terkenal membuat banyak orang mengunjungi kota ini. Karena terletak di daerah pegunungan, secara teori kota ini memiliki kerentanan tanah longsor. Perlu dilakukan analisis lebih dalam untuk menilai kerentanan tanah longsor di Kota Malang.

Analisis kerentanan tanah longsor dapat dilakukan menggunakan pendekatan teknologi GIS. Dengan menggunakan perangkat lunak QGIS 2.18, kami mahasiswa Magister Ilmu Komputer Universitas Brawijaya yang tergabung dalam Geographic Informatic Group mencoba melakukan analisis kerentanan tanah longsor di Kota Malang. Dengan perangkat lunak QGIS kami dapat melakukan analisis menggunakan alat-alat atau tools yang tersedia. 

Berdasarkan data Digital Elevation Model (DEM) yang kami dapatkan dari data Badan Informasi Geospasial -- DEMNAS BIG milik pemerintah didapatkan bahwa Kota Malang terletak diantara ketinggian 380 hingga 680 meter di atas permukaan laut. 

Dengan berasumsi bahwa tanah longsor akan rentan terjadi dengan adanya tiga faktor utama, yaitu ketinggian, kelerengan atau slope, dan nilai aspect. Maka, dari data ini kami berasumsi bahwa tanah longsor akan cukup rentan terjadi pada ketinggian diatas 600 meter, nilai kelerengan atau slope yaitu 15 dan nilai aspect yaitu 4. 

Kami membagi kelas kerentanan menjadi 5 kelas mulai dari daerah tidak rentan hingga cukup rentan. Kenapa cukup rentan saja? Karena Kota Malang memiliki nilai ketinggian kelerengan dan aspect yang tidak terlalu tinggi dibandingkan kota tetangganya, yaitu Kota Batu. Hasil analisis kami tampilkan menggunakan peta pada artikel ini.

Dapat dilihat dari hasil analisis peta Kota Malang yang kami lakukan bahwa kerentanan tanah longsor di kota ini tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat dilihat dari warna merah yang merupakan kelas kerentanan "cukup rentan" tidak banyak terlihat. 

Sebagian besar nilai kerentanan tanah longsor di Kota Malang adalah "rendah". Kerentanan tanah longsor hanya terjadi di daerah yang memang memiliki ketinggian yang lebih dibandingkan dengan daerah lainnya. 

Kerentanan tanah longsor dapat ditemukan di sepanjang bantaran Sungai Berantas khususnya di daerah utara yang memiliki gradiasi warna merah. Hal ini dapat dimaklumi karena memang bantaran sungai memiliki kelerengan yang cukup terjal. 

Kerentanan tanah longsor lainnya juga dapat sedikit ditemukan di daerah timur yang berdekatan dengan kaki Gunung Semeru, daerah barat yang berdekatan dengan kaki Gunung Kawi dan utara yang berdekatan dengan kaki Gunung Arjuno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun