Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Yaeba', Tren Gigi yang Melanda ABG Masa Kini

29 September 2012   07:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:30 4697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13489042231431382634

[caption id="attachment_208710" align="aligncenter" width="466" caption="yaeba alias gigi gingsul (ilust dailymail.co.uk)"][/caption]

Apa yang menjadi standar cantik dan seksi bagi wanita memang selalu berubah-ubah. Ada zamannya, wanita dikatakan cantik bilamana dia mempunyai gigi berwarna putih cemerlang yang tersusun rapi sehingga menghasilkan ‘senyum pepsodent’. Untuk merapikan gigi ini, dipasanglah alat orthodonsi yang dalam bahasa awam kita sering disebut dengan ‘behel’ (dari kata Belanda ‘beugels’). Alih-alih membuat si pemakainya merasa minder, justru kawat gigi ini menjadi tren fashion untuk meningkatkan aura kecantikan pada wanita. Bahkan wanita dengan susunan gigi yang sudah rata, sengaja memasang ‘behel’ ini sekadar untuk mengikuti mode.

Sekarang, di Jepang sedang dilanda tren gigi yang dinamakan ‘yaeba’. Dalam bahasa Jepang ‘yaeba’ bermakna ‘gigi yang bertumpuk’ (double tooth). Dalam istilah kita, sama dengan dengan ‘gigi gingsul’ yaitu gigi taring yang tumbuh di luar lengkungan gigi pada anak-anak usia 6-7 tahun. Ini biasanya terjadi karena gigi taring susu belum tanggal, sementara gigi taring tetap sudah tumbuh. Alhasil dua gigi taring tumbuh bertumpuk. Pada anak-anak, gigi yang gingsul ini memberi kesan imut-imut dan menggemaskan. Di negara Barat, snaggletooth (‘gigi drakula’) ini sering menjadi bahan olok-olokan di antara anak-anak sekolah.

Tapi lain di Barat, lain pula di Jepang. ‘Yaeba’ kini menjadi tren yang digandrungi para ABG dimana-mana. Caranya adalah dengan memasang pelapis (veneer) plastik pada gigi taring, sehingga gigi akan nampak menonjol. Untuk memasang veneer ini, dokter gigi biasanya akan memasang tarif sekitar 400 dollar. Yaeba ini nampaknya juga dipengaruhi oleh Twilight mania, di mana pemeran wanita muda yang cantik ‘dipasangi’ dengan gigi vampire.

Harus diakui bahwa gigi gingsul pada gadis-gadis muda justru menambah pesona seksualitas mereka. Mereka akan nampak imut-imut (childlike) dan menurut selera pria Jepang membuat mereka lebih memesona. Tren ‘yaeba’ ini boleh jadi akan menular pada remaja-remaja di negara Asia lainnya, bahkan mungkin juga pada ABG di negara Barat. Di kawasan Amerika, belum lama ini juga berkembang tren ‘gigi jarang’ (gap tooth) seperti pada artis penyanyi Madonna. Model bergigi jarang seperti Lara Stone, Georgia Jagger and Jessica Hart menjadi idola untuk ditiru.

Ya, kalau dahulu kala kecantikan diidentikkan dengan kesempurnaan, maka masa kini paradigma ini sudah berubah total. Menurut generasi muda kini, kecantikan itu justru terpancar pada ketidaksempurnaan. Komentar seorang dokter gigi kosmetik, Marc Lowenberg, “The white standard got too white. The perfection standard got too perfect.” ( Standar gigi putih sudah terlampau putih, dan standard susunan gigi yang sempurna, sudah terlampau sempurna).

Jadi nasehat saya pada gadis-gadis yang memiliki gigi gingsul atau gigi jarang, jangan terburu-buru minta direparasi kepada dokter gigi dengan ‘behel’. Siapa tahu, justru gigi tak rata ini, membuat para cowok kesemsem seperti kena pelet. Ingat adagium yang berbunyi ‘beauty is in the eye of the beholder’.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun