Mohon tunggu...
Guntur Saragih
Guntur Saragih Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang yang bermimpi menjadi Guru, bukan sekedar Dosen atau Trainer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Iklan Produk ke Iklan Produsen

8 Mei 2017   14:52 Diperbarui: 8 Mei 2017   15:28 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Selama ini kita dijejali oleh iklan tentang produk tertentu, mulai dari harganya, fungsi, manfaat dan cara penggunaan. Segalanya tentang produk, segalanya tentang upaya agar yang melihat iklan tertarik dengan produk.

Lantas, apakah konsumen lantas percaya, apakah konsunen langsung terpikat?. Seluruh pakar pemasaran akan sepakat mengatakan kata sakti " tergantung ". 

Mari kita telaah, apakah konsumen membeli produk atau memilih produsen. Apakah konsumen menjadi ragu atau sebaliknya semakin percaya setelah mengetahui sejatinya produsen. Lihat, bagaimana mudahnya franchisor merambah bisnis dengan modal kepercayaan. Bagaimana tidak mudahnya perusahaan konsultan Enron yang pernah mencederai kepercayaan publik.

Era Produsen

Eksistensi media sosial telah membuat segalanya menjadi trasnparan. Semuanya dapat dibuka tentang siapa sejatinya produsen sebuah produk. Dahulu, produsen dapat melakukan maklon sesukanya, produsen meminjam operator untuk menjalankan bisnisnya. 

Publik tidak lagi ingin tahu tentang produk, tetapi juga dengan siapa yang membuat. Publik dengan cepat merespon positif maupun negatif terkait identitas produsen. Karenanya, produsen tidak bisa lagi melakukan akting layaknya bonyang terkenal. Gerak gerik produsen menjadi begitu penting.

Produsen Pun dijadikan Kepo

Sangking begitu transparan, info tentang produsen yang ingin diketahui publik tidak hanya sebatas produksi produk. Perilaku dan sikap produsen yang kadangkala tidak terkait dengan penciptaan barang dan jasa. Produsen tidak lagi hanya mengurusi produk dan segala layanannya. Tetapu, lebih jauh juga meliputi respons, sikap sebagai entitas Individu. 

Kesalahan kecil yang dilakukan produsen dapat direspon luar biasa oleh publik. Produsen dituntut untuk tidak hanya  peka dengan urusan bisnisnya, tetapi juga urusan kehidupan sosialnya.

Produsen dituntut untuk bertindak dengan baik. Bahkan, para karyawan baik yang rendah maupun tinggi turut juga diminta pertanggungjawaban. Produsen dituntut untuk memahami publik, bukan seperti dahulu, produsen hanya memikirkan konsumennya.

Atas dasar kenyataan di ataa, organisasi dituntut untuk menyampaikan siapa dirinya, bukan apa produknya. Produsen tidak lagi bergantung dengan hebat atau canggih produk, tetapi harus pula menekankan bagaima kualitas produsen, yang didalamnya juga kualitasorang-orangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun