Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Makin Tua, Makin Kuat

16 Februari 2017   21:15 Diperbarui: 17 Februari 2017   10:34 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejak pagi sudah ditemani Sang Moka, FOTO: lavazza.com

Jika Amerika Latin dikenal sebagai penghasil kopi, Italia sebaliknya adalah penghasil minuman kopi. Italia menghasilkan minuman yang enak tanpa harus bertani.

Inilah uniknya Italia. Dari tiada menjadi ada. Tanaman kopi bukan termasuk tumbuhan yang populer di Italia. Bahkan, kopi—tidak beda dengan tanaman cokelat—tidak ada di Italia. Tetapi, anehnya, Italia justru termasuk penghasil minuman kopi paling top di dunia. Di mana-mana, kopi Italia selalu terdepan. Meski banyak yang suka kopi a la Amerika, kopi Italia tetap mempunyai nama populer di kalangan pecinta kopi.

Minuman yang enak itu tidak terlepas dari sejarah cara meraciknya. Dalam hal ini, Italia bisa diibaratkan tukang lukis. Tukang lukis mampu menghasilkan gambar yang bagus padahal hanya bermodalkan kertas putih dan pensil. Dua benda terakhir bisa ditemukan di mana-mana tetapi pelukis tidak sepopuler dua benda itu. Pelukislah yang menggunakan jasa dua benda itu untuk sesuatu yang besar dan mengagumkan.

Kopi tidak beda dengan kertas dan pensil. Kopi bisa ditemukan dimana-mana. Dari Amerika Latin sampai Asia. Tetapi, peracik kopi tidak bisa ditemukan di mana-mana. Petani kopi tidak otomatis menghasilkan minuman kopi yang enak. Kalau sekadar meracik untuk minum sendiri, siapa pun bisa. Tetapi, meracik sampai enak dan menjadi minuman yang digemari banyak orang, ini yang tidak ditemukan di mana-mana.

Gelas kopinya kecil, FOTO: ilgiornaledelcibo.it
Gelas kopinya kecil, FOTO: ilgiornaledelcibo.it
Meracik menjadi minuman enak rupanya butuh seni tersendiri. Italia sebagai negara penghasil seniman menaruh perhatian pada cara meracik kopi. Konon, alat peracik kopi pertama a la Italia ditemukan pada 1933. Saat itu adalah masa setelah perang dunia pertama. Akhir perang rupanya menjadi tonggak penting bagi Alfonso Bialetti(1888-1970), sang penemu mesin peracik kopi.

Sampai tahun 2017 ini, mesin tradisional itu masih eksis. Terhitung sekitar 105 juta mesin peracik telah diproduksi. Ini tidak lepas dari Putra Alfonso, Renato Bialetti (1923-2016) yang melanjutkan pekerjaan sang ayah untuk mengembangkan Mokaini sehingga sejak 1950, mesin ini makin berkembang. Nama yang diberikan Bialetti yakni la Moka pun menjadi familiar hingga saat ini. Dalam bahasa Italia modern, nama lainnya adalah la caffettiera.Kata ini berkaitan tentu saja dengan caffèyang berarti kopi.

Renato Bialetti,sang penerus, FOTO: english.offmedia.hu
Renato Bialetti,sang penerus, FOTO: english.offmedia.hu
La Moka bertahan selama ini bukan saja karena seninya. Kualitas mesin juga turut berpengaruh. Mesin tradisional ini tidak membutuhkan perawatan seperti mesin peracik kopi modern. Karena perawatannya tidak berat, mesin ini pun bisa ditemukan di mana-mana. Di setiap rumah orang Italia, pasti ada la Moka ini.

Orang Italia tahu benar rahasia mesin ini agar menghasilkan kopi yang enak. Ini bukan rahasia a la perusahaan besar yang tidak boleh bocor kepada publik. Rahasianya adalah tidak boleh mencuci dengan sabun. Setelah dipakai, mesin ini cukup dibilas dengan air. Serbuk kopi yang tersisa cukup dikeluarkan dengan bilasan air. Jika terkena sabun, otomatis kopinya nanti berasa sabun. Rasa ini bertahan lama sehingga butuh waktu untuk menghilangkannya.

Selain itu, mesin ini rupanya berbanding terbalik dengan mesin kopi modern. Mesin modern punya hukum alam, makin tua makin lemas. Mesin tradisional ini sebaliknya, makin tua makin enak. Maksudnya, kopi yang dihasilkan dari Mokatua rasanya enak ketimbang Mokabaru. Itulah sebabnya, orang Italia menjaga baik-baik mesin ini agar makin awet. Usia pakai-nya pun terhitung lama. Ada yang 20-30 tahun atau lebih. Tak jarang jika, Moka yang dimiliki teman saya yang saat ini berumur 40-an tahun adalah Moka yang mereka pakai saat ia masih kecil.

Sejak awal kehadirannya, mesin ini menjadi sesuatu yang berharga. Mesin ini menjadi sarana yang efisien di kalangan keluarga Italia. Bayangkan, dalam tempo 10 menit, 2-3 gelas kopi sudah tersedia. Kopi Italia bukan seperti kopi a la Amerika atau Indonesia yang berisi segelas penuh. Kopi seperti ini di Italia disebut caffè lungo alias kopi yang isinya sampai penuh gelas. Kopi Italia sebaliknya dijamu dalam gelas kecil. Mereka bilang, makin sedikit makin keras. Makin keras makin enak juga.

Macam ukurannya, FOTO: greatgiftsforcaffelovers.com
Macam ukurannya, FOTO: greatgiftsforcaffelovers.com
Ukuran mesin beravriasi. Ada yang berukuran 1 liter air. Air berukuran ini bisa menghasilkan kopi untuk 10 orang atau lebih. Ada juga berukuran ½ gelas Indonesia. Ini pun bisa menghasilkan kopi untuk 5-6 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun