Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di-bully Ahoker, Tempo Membalasnya dengan "Kode"

27 Mei 2016   15:24 Diperbarui: 27 Mei 2016   15:41 2412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gegara menyampaikan kebenaran lewat serangkaian pemberitaannya, Tempo mendapat berbagai macam serangan dari barisan pendukung Ahok. Selain gencar menyerang dengan serentetan bully berupa fitnah serapahnya, tidak sedikit dari para pendukung Ahok yang mendesak Tempo untuk berlutut dan memohon maaf kepada Ahok beserta pendukungnya.

Kebenaran. Ya, yang diberitakan Tempo adalah sebuah kebenaran. Setidaknya, Wakil Ketua KPK Alexander Marwata telah menegaskan kalau dirinya memercayai keakuratan berita Tempo. Marwata pastinya tidak asal bicara. Bagaimana pun Tempo mengaku informasi yang didapatkannya berasal dari sumbernya di KPK. Terlebih, setelah Tempo menurunkan berita tentang hasil pemeriksaan KPK terhadap Boss Podomoro, Ariesman. Hasil pemeriksaan KPK itu pastilah berasal dari BAP “terbitan” KPK. Maka, tidak mungkin bagi KPK untuk menyangkal kebenarannya.

Kata pembulinya, Tempo menangkat isu barter reklamasi karena tidak juga mendapat kucuran dana dari Ahok. Masih kata pembulinya, Tempo mengharapkan kecuran dana tersebut karena kondisi keuangannya yang sedang jeblok. Jadi, gampangnya, Tempo ngambek gegara permintaan tidak dipenuhi oleh Ahok.

Pertama, informasi itu bukan didapat Tempo dari hasil investigasinya, tetapi dari “orang dalam” KPK. “Orang dalam” KPK yang disebut Tempo sebagai “Sumber Tempo di KPK” inilah yang mengirimkannya. Sumber Tempo di KPK ini memilih Tempo sebagai media penyampai informasinya pasti bukan karena kondisi keuangan Tempo, apalagi karena belum atau tidak dipenuhinya rengekan Tempo kepada Ahok.

Orang dalam KPK ini pastinya menilai Tempo lebih bisa dipercaya untuk merahasiakan identiasnya. Tidak hanya itu ia pun percaya kalau Tempo akan menurunkan informasi yang disampaikannya. Padahal, pilihannya atas Tempo sangat beresiko mengingat Tempo dianggap sebagai media pro-Ahok.

Tempo yang ketiban rezeki nomplok ini pastinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dapur redaksi Tempo tahu kalau Tempo tidak memberitakannya, sumbernya di KPK akan menyerahkannya ke media lain. Maka media lainlah yang akan memberitakannya.

Diangkatnya isu barter reklamasi pertama kali lewat Koran Tempo merukapan strategi dagang Tempo. Tempo sengaja mencicil informasinya lewat Koran Tempo, kemudian Tempo.co untuk mengobok-obok rasa ingin tahu publik. Selanjutnya, Tempo memuaskan rasa ingin tahu publik tersebut lewat majalah Tempo. Tentu saja strategi ini terkait dengan iklan dan penjualan majalah Tempo yang ujung-ujungnya adalah uang. Berapa pemasukan yang didapat Tempo dengan diberitakannya isu tersebut dan bandingkan dengan duit yang diinginkan Tempo kepada Ahok? Mana yang lebih besar?

Jadi jelas, tuduhan buzzer Ahok kepada Tempo tidak lebih dari sekedar cerita asal bunyi (asbun) anak-anak yang tidak memiliki dasar nalar yang kuat.

Dan, tidak salah kalau mengatakan Ahok dan pendukungnya sudah kalap akibat pemberitaan Tempo tersebut. Paling tidak saat ini ICW pun sudah bersuara keras mempersoalkan diskresi Ahok yang abal-abal itu. Bukan hanya itu saja, KPK pun seolah terdesak untuk mendalami kasus ini.

Belum cukup sampai di situ, pada 24 Mei 2016 lewat akun Twitter-nya, redaktur Tempo, Budi Setyarso, memberikan kode-kode yang menarik. Pertama, “Strategi buzzer ini kalap dan tdk rasional. Saya jd penasaran: apa yg mereka khawatirkan. Transaksi di Singapura? #kode”. Kedua, “Dulu kader partai itu jg marah2 tak karuan. Tp tak berkutik begitu rekaman dibuka. Yg ini tunggu sj :) #kode lg “.

Kalau yang dimaksud dengan “kader partai itu” sudah pasti kader PKS yang ngamuk-ngamuk karena berita Tempo tentang permainan impor daging sapi 2 tahun sebelum LHI dicokok KPK. Kepastian ini ditunjukkan dengan “tak berkutik begitu rekaman dibuka”. Ya, setelah rekaman hasil sadapan KPK dpublikasikan, terungkap sudah keterlibatan LHI dalam suap impor kuota daging sapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun