Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wawancara dengan Kak Awam Prakoso: “Pendongeng Terbaik Adalah Orangtua”

25 Desember 2013   18:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:30 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_311193" align="aligncenter" width="512" caption="Gaya Kak Awam Prakoso saat menyampaikan materi workshop Teknik Mendongeng di Kampung Dongeng Saung Ilmu Pamulang, Senin, 23 Desember 2013 kemarin. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]

Nama Mochammad Awam Prakoso, saat ini semakin jadi ikon mendongeng di Indonesia. Kak Awam, begitu pria berusia 40 tahun (lahir di Blora, Jawa Tengah, pada 18 Mei 1973) ini biasa disapa oleh anak-anak yang selalu mengidolakan dan menyimak berbagai dongengnya. Melalui Kampung Dongeng, sebuah wadah bagi anak-anak untuk beraktivitas dan menumbuh-kembangkan kreativitas yang didirikannya sejak tahun 2009 lalu, di kawasan Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, kini Kak Awam ‘baru’ meresmikan sebanyak 28 Kampung Dongeng se-Indonesia.

“Targetnya, kami bisa mempersembahkan 1.000 Kampung Dongeng yang ada di setiap kampung-kampung di Indonesia. Kampung Dongeng beserta para relawannya siap bekerjasama dengan instansi pemerintah, swasta maupun perorangan untuk mendirikan Kampung Dongeng. Karena, mendidik anak itu bukan hanya urusan satu keluarga saja, tapi juga urusan satu kampung. Dengan keberadaan Kampung Dongeng di setiap wilayah, maka dapat pula menjadi wahana wisata edukasi dan imajinasi yang sangat bermanfaat untuk anak-anak,” tutur Kak Awam di sela-sela peresmian Kampung Dongeng Saung Ilmu Pamulang, pada hari Senin, 23 Desember 2013 kemarin. Ini, merupakan Kampung Dongeng ‘cabang’ ke-28.

[caption id="attachment_311194" align="aligncenter" width="512" caption="Para pendidik selalu antusias menyimak penyampaian materi workshop Teknik Mendongeng dari Kak Awam Prakoso. (Foto Gapey Sandy)"]

13879694711465144367
13879694711465144367
[/caption]

Sebagai pendongeng, Kak Awam tentu saja banyak memiliki pengalaman sebagai dampak positif atas dongeng-dongengnya. Seperti misalnya, kejadian yang pernah dialami Kak Awam sendiri. Suatu kali, anak pertamanya, Naufal (7 tahun) marah besar dan menangis lantaran sang adik (3 tahun) menyobek buku gambarnya. Naufal berteriak-teriak sambil memukul tangan adiknya seraya berteriak, “Buang saja anak nakal kayak begini!” Melihat adegan mengenaskan demikian, Kak Awam lantas menyalakan sepeda motor dan mengajak Naufal untuk berkeliling, sembari terus berpikir bagaimana cara terbaik memberi nasehat kepada Naufal atas perilaku terhadap adiknya.

Naufal masih terus menangis, meski motor terus dipacu perlahan. Di pinggir jalan raya, Kak Awam melihat seorang bocah seusia Naufal. Bocah itu berpakaian lusuh dan tertatih-tatih melangkah untuk mengemis. Kak Awam segera menghentikan motor. Dari seberang jalan, ditunjuknya sosok bocah pengemis itu, membuat Naufal juga ikut menatapnya. Mulailah Kak Awam beraksi! Sambil sesekali menunjuk bocah pengemis tadi, Kak Awam segera menuturkan kalimat penuh empati kepada Naufal, “Kasihan sekali ya, anak itu. Ayah yakin, dulunya anak itu seperti Naufal, hidup bersama ayah, ibu, dan adiknya. Tapi, karena mungkin ayahnya jahat, maka anak itu dibuang di jalan, dan jadilah anak itu tidak punya orangtua lagi, lalu mengemis untuk bisa makan. Kasihan kan? Yuk, Naufal ikut mendoakan supaya anak yang mengemis itu bisa cepat bertemu dengan orangtuanya”.

[caption id="attachment_311195" align="aligncenter" width="512" caption="Mendongeng itu ibarat seperti menyajikan makanan untuk anak-anak. Begitu kata Kak Awam kepada para peserta workshop Teknik Mendongeng. (Foto: Gapey Sandy) "]

1387969579684890470
1387969579684890470
[/caption]

Akhir cerita, Kak Awam mengajukan pertanyaan kepada Naufal, “Nah, bagaimana kalau adik kita di rumah, dibuang saja seperti anak pengemis itu?” Kontan saja, dengan cepat Naufal menjawab, “Jangan, ayah! Kasihan adik, nanti kalau dibuang bisa jadi pengemis”. Dari nada jawabannya, Kak Awam cukup berlega hati, karena ternyata, Naufal sudah bisa memaafkan perilaku adiknya di rumah. Hikmah pengalaman pribadi ini, tak pernah dilupakan oleh Kak Awam.

Kejadian lain, seperti diakui Kak Awam, adalah ketika anak didiknya, Olive, bersama sejumlah teman-teman sepermainannya, datang menemui di pagi hari. Rupanya, kehadiran Olive beserta “pasukan krucil”-nya karena ingin mengadukan persoalan kepada Kak Awam. Kalau persoalan ini tidak diselesaikan oleh Kak Awam, mereka sempat “mengancam” tidak mau pergi ke sekolah. Akhirnya, di saung bambu itu pun terungkap cerita. Adalah Olive, yang merasa disalahkan oleh teman-temannya karena tidak mau mengajari cara membuat Origami. Padahal, pengakuan Olive, bukan saat yang tepat untuk mengajari seni melipat kertas asal Negeri Sakura, Jepang itu, karena berbarengan harus membantu ibunya menjemur baju.

[caption id="attachment_311196" align="aligncenter" width="512" caption="Piawai menirukan berbagai macam suara merupakan ciri khas Kak Awam Prakoso dalam mendongeng. (Foto: Gapey Sandy)"]

1387969660842948892
1387969660842948892
[/caption]

Kak Awam pun menunjukkan keseriusannya menyimak penuturan permasalahan ala anak-anak ini. Tentunya, sambil berpikir, bagaimana cara menyelesaikan permasalahan seperti ini. Mulailah Kak Awam beraksi lagi! Sambil menyimak, segera Kak Awam mempertontonkan mimik wajah lucu, ekspresi mulut kuncup dengan pipi menggelembung, yang akhirnya malah membuat “pasukan krucil” tertawa tergelak. Inilah Teknik Pembuka Sebelum Cerita yang berhasil, pikir Kak Awam. Setelah hati Olive dan teman-temannya yang semula emosi menjadi luluh dan kembali ceria, maka mulailah Kak Awam bercerita. Mereka menyimak, fokus, dan sesekali tertawa geli. Hasilnya? Luar biasa! Cerita yang disampaikan Kak Awam, berhasil membuat Olive dan teman-temannya saling bermaafan. Mereka juga bergegas berangkat ke sekolah dengan ceria, dan bersama-sama.

Begitulah efek dahsyat mendongeng, atau bercerita. Dapat mengubah suasana hati anak-anak, yang tadinya emosi menjadi saling memaafkan, yang tadinya malas sekolah menjadi rajin bersekolah, atau, yang tadinya uring-uringan menjadi penuh empati kembali.

[caption id="attachment_311197" align="aligncenter" width="512" caption="Selalu dekat dan dicintai oleh anak-anak. (Foto: Gapey Sandy)"]

13879697241964480132
13879697241964480132
[/caption]

Berikut, kutipan wawancara penulis dengan Kak Awam Prakoso, ikon pendongeng yang tak pernah surut semangatnya untuk terus menumbuh-kembangkan daya kreativitas, dan membuka cakrawala daya imajinasi anak-anak, melalui aneka aktivitas yang fun, menyenangkan. Wawancara dilakukan di sela-sela kegiatan pembukaan Kampung Dongeng Saung Ilmu Pamulang di Tangerang Selatan (Tangsel), pada Senin, 23 Desember 2013.

***

Mengapa saat ini mendongeng untuk anak semakin minim dilakukan?

Mendongeng untuk anak semakin minim dilakukan pada masa-masa sekarang ini karena problemnya, sebenarnya ada pada orangtua itu sendiri. Karena sekarang ini ‘kan kebutuhan orangtua untuk menyibukkan diri guna memenuhi kebutuhan ekonomi yang kemudian memicu rasa malas akibat kelelahan. Nah, untuk itulah makanya kita, Kampung Dongeng itu berkomitmen karena orangtua sudah lelah seperti itu, akhirnya kita membuat Kampung Dongeng. Tetapi, tetap saja kita akan terus menyerukan bahwa sebetulnya pendongeng yang baik adalah orangtua sendiri. Tapi, selain itu, kita menyiapkan pendongeng-pendongeng di setiap kampung-kampung, insya Allah kita akan ada.

Bagaimana kemampuan mendongeng para pendidik di sekolah?

Kemampuan guru dalam mendongeng, untuk saat ini perkembangannya sudah semakin baik. Hal itu bisa dibuktikan karena Kampung Dongeng sudah ada di beberapa daerah, dimana saat ini sudah ada 28 titik lokasi Kampung Dongeng di Indonesia. Jadwal kita sudah sangat padat, termasuk kita keliling-keliling ke sekolah-sekolah, dan ternyata teman-teman guru yang ikut berlatih mendongeng jumlahnya bisa mencapai antara 300 sampai 500 orang. Mereka semua antusias sekali mengikuti pelatihan-pelatihan mendongeng yang kami selenggarakan. Jadi, menurut saya, antusiasme para guru dalam mempelajari teknik mendongeng, bercerita, adalah sangat luar biasa. Insya Allah, antusiasme ini semakin lama akan semakin meningkat.

[caption id="attachment_311198" align="aligncenter" width="512" caption="Kak Awam saat tampil mendongeng. (Foto: Akun Facebook Dongeng Kak Awam Prakoso)"]

1387969846257429574
1387969846257429574
[/caption]

Hal tersulit dalam mendongeng itu apa?

Sebetulnya, mendongeng itu adalah sesuatu yang mudah, hanya saja terletak pada bagaimana caranya anak itu fokus. Karena kalau mendongeng itu, sebenarnya sudah sama seperti bercerita biasa saja. Tapi kadang-kadang, anak itu sebagai makhluk yang unik, sehingga kalau kita tidak punya kemampuan bagaimana mengendalikan anak-anak, itulah yang akan mengakibatkan anak-anak bosan. Untuk itu, dalam pelajaran teknik mendongeng ini dilakukan mulai dari persiapan sebelum mendongeng, bagaimana memfokuskan anak-anak, kemudian mendongeng sampai memberikan kesimpulan.

Pernahkah mengusulkan agar mendongeng masuk kurikulum pembelajaran di sekolah?

Sebenarnya, kalau dari Kampung Dongeng sendiri belum pernah mengusulkan agar mendongeng masuk ke dalam kurikulum formal di sekolah, tetapi Kampung Dongeng baru melangkah untuk membuat satu pedoman pembuatan kegiatan pendidikan dan pelatihan nasional. Langkah kami itu sudah dilakukan bekerjasama dengan dinas instansi Pemerintah yang mengurusi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Selain itu, akan dibuat juga pedoman panduan bagaimana teknik bercerita. Tapi, kalau untuk mengusulkan agar mendongeng dimasukkan dalam kurikulum formal di sekolah, itu kami belum lakukan. Tapi sebetulnya, bukan persoalan apakah mendongeng itu akan diformalkan dalam kurikulum atau tidak, bahwa mendongeng ini sebetulnya adalah penyadaran. Jadi, bagaimana seorang guru ketika mau menjadi guru (lalu kemudian) harus menguasai teknik mendongeng, nah inilah yang sangat kita harapkan. Jadi jangan sampai ini karena adanya satu legalisasi kemudian baru mau untuk mempelajari teknik mendongeng, bercerita. Karena (mendongeng) ini sebetulnya sebuah pesan saja, pesan yang tidak murni dan enak diterima oleh anak-anak, sehingga anak-anak merasa bahwa inilah media yang tepat untuk melakukan pembangunan dan pendidikan karakter mereka.

[caption id="attachment_311200" align="aligncenter" width="346" caption="Pada 18 Mei 2013 lalu, Kak Awam Prakoso menerima penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kegiatan Mendongeng Terus-Menerus Tanpa Berhenti Selama 8 Jam Lebih, yang disaksikan oleh 1.000 anak-anak secara bergantian dengan naskah sebanyak 18 cerita. (Foto: Akun Facebook Dongeng Kak Awam Prakoso)"]

1387969938157197298
1387969938157197298
[/caption]

Manfaat mendongeng apa saja?

Manfaat mendongeng itu luar biasa dan banyak sekali, tapi yang paling utama adalah pertama, mendekatkan orangtua dengan anaknya, guru dengan muridnya, kakak dengan adiknya, dan sebagainya. Kedua, mendongeng ini juga merupakan satu literasi yang dapat dengan mudah membuat anak itu belajar bahasa komunikasi, membangun cakrawala imajinasi, dan menumbuhkan kecerdasan emosional. Ketiga, dongeng termasuk juga salah satu media untuk menangani berbagai keadaan-keadaan darurat anak, seperti anak lagi sakit, bencana, trauma healing, menangis, dan berbagai persoalan anak-anak dapat diselesaikan melalui dongeng, asalkan dengan teknik-teknik mendongeng atau bercerita, yang (memang) bisa dipelajari.

Apa kesalahan pendongeng pada umumnya?

Kesalahan umum pendongeng itu, pertama, adalah materi. Saat ini, banyak sekali pendongeng-pendongeng yang tidak mengindahkan masalah materi. Padahal, naskah atau materi itu ‘kan sebenarnya adalah sama seperti makanan. Kalau ditelan tapi banyak mengandung efek sampingnya, ya anak pasti justru akan menderita sakit. Dongeng itu, pesannya lebih tajam daripada nasehat murni. Sehingga ketika anak menerima pesan yang tidak baik, kurang punya nilai-nilai moral yang baik, pasti anak akan tumbuh dan berkembang menjadi tidak baik. Kesalahan ini sebenarnya tergantung daripada pendongengnya sendiri, kadang-kadang mereka beranggapan bahwa yang penting anak-anak tertawa, lucu, senang, dan sudah, selesai. Padahal, mendongeng bukan cuma seperti itu. Tetap harus ada pesan baik yang disampaikan.

[caption id="attachment_311201" align="aligncenter" width="480" caption="Bersama dengan Kak Kusno, Kak Seto Mulyadi, dan Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany. (Foto: Akun Facebook Dongeng Kak Awam Prakoso)"]

1387970012889854231
1387970012889854231
[/caption]

Apa target Kak Awam saat ini?

Kami berusaha memberi penyadaran, bahwa mendidik anak, bukan cuma urusan satu keluarga saja, tapi juga urusan satu kampung. Targetnya, Kampung Dongeng bisa mempersembahkan 1.000 Kampung Dongeng untuk Indonesia, sehingga setiap kampung ada wahana wisata imajinasi anak Indonesia.

Apa implikasi Kampung Dongeng untuk Kota Tangsel?

Khusus untuk Kota Tangsel ini, kita ingin menjadikan kota ini sebagai Kota Dongeng Indonesia. Karena, saat ini di setiap kecamatan yang ada di Kota Tangsel sudah ada Kampung Dongeng. Dari setiap kecamatan itu, diharapkan dapat “bertelur” lagi, sehingga ada Kampung Dongeng sampai ke tingkat kelurahan. Dengan begitu, saya yakin, Kota Tangsel ini bisa menjadi Kota Dongeng, satu-satunya dan pertama di Indonesia. Ini juga antara lain yang sedang terus kita upayakan.

o o o O o o o

Baca juga, tulisan sebelumnya:

Mendongeng, Metode Mendidik Anak Secara Fun

[http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/23/mendongeng-metode-mendidik-anak-secara-fun-619111.html]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun