Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Orang Baik, Orang Buruk Ada di Mana Saja

1 Juni 2014   12:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:51 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kapan kamu pindah ke Jerman?" sebuah pertanyaan bos LPK melayang begitu saja. Saya ceritakan riwayat "terdamparnya" saya di negeri ibu Angela Merkel ini. Dari jaman tidak enak, sampai dengan masa di mana saya berdiri lebih kuat secara lahir batin. Tidak mudah memang. Kalau mau pastilah bisa.

Awal kedatangan saya ke negeri sosis ini menegangkan. Mulai dari hawa yang terlalu dingin, makanan yang tidak cocok, sampai karakter orangnya yang saya kurang paham betul. Siapa suruh datang ke Jerman? Suami saya! Tadinya saya sudah ngotot mau tinggal di tanah air sama anak-anak sampai kontrak di perusahaan baru selesai, 2 tahun. Akhirnya, saya mengalah. Ya, sudah... Pindah!

Hey, masih ingat film "99 Cahaya di Langit Eropa?" Mau nangiiiis rasanya. Kok, sama ya? Perasaan tokoh wanita yang merasa aneh, asing, terdampar dan entah duka apalagi yang terjadi pada tahun pertama kedatangan itu juga pernah saya rasakan. Hmmm ... saya tidak tahu kapan saya akan kembali menetap di tanah air.

***

Kabarnya, orang Jerman terkenal kaku. Dari pengalaman hidup saya selama ini dan perbincangan saya dengan si bos LPK yang ramah tadi, orang Jerman, membuat saya kembali menganggukkan kepala;

"Orang baik, orang buruk, ada di mana saja." Dalam bahasa Inggris, ia meyakinkan saya.

Betul, orang baik dan buruk ada di mana saja. Tidak hanya di Jerman, di Indonesia juga ada. Menyamaratakan stereotipe sebuah bangsa kadang tidak adil. Saya yakin betul, apa yang beliau katakan itu benar. Saya banyak bertemu orang yang jahat kepada saya dan saya mengalami perlakuan buruk dari mereka selama di Jerman. Di lain sisi, saya juga diberi kesempatan untuk mengenal orang Jerman yang begitu baik kepada saya and let me stay the way I am. Amazing, isn't it?

Contohnya hari ini. Sepulang acara ultah anak teman, orang Indonesia, di depan pintu ada sebuah bungkusan. Isinya, bunga dan sepucuk surat untuk saya. Dari Karin, tetangga saya yang pernah saya undang dalam soft launching buku "38 WIB."

Saya tidak sedang ultah. Mengapa dapat bunga? Rupanya, ia terangkan dalam kartu bergambar banyak hati itu. Katanya, ia mengucapkan rasa terima kasih, sudah diundang ke rumah. Sayang, waktu itu, ia harus pamit duluan sebelum acara selesai lantaran harus ke gereja. Silakan. Toh, ia sudah berbaik hati membagi waktu yang tak banyak untuk datang.

Di dalam tulisan latinnya, wanita berambut pirang itu menyatakan senang sekali bahwa saya adalah orang yang menyenangkan (uhuk-uhukkk), banyak melakukan hal yang tidak terduga seperti menggelar pameran dan menulis buku yang telah saya lakukan. Ah, dia tidak tahu ... Ini tamba ati kalau tidak, saya bisa "mati."

Bahkan, ucapan saya soal jadi ibu rumah tangga itu repot tapi mulia, butuh variasi seperti hobi untuk membuat diri tidak depresi, nampaknya sungguh mengena di hatinya. Ia menyemangati saya untuk terus begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun