Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kenapa Ada Harga "Tiket Bule" di Wisata Indonesia?

13 September 2017   15:36 Diperbarui: 14 September 2017   00:07 5335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seingat saya, waktu gabung LSM, kami selalu mengawinkan kegiatan sosial dengan wisata. Artinya, ada satu-dua hari yang kami jadwalkan untuk memperkenalkan obyek wisata di Indonesia. Banyak cerita seru yang tak terlupakan, salah satunya tentang harga bule atau tiket orang asing di tempat wisata kita.

Waktu itu, kami berdua puluh berangkat dari Semarang ke Magelang, menuju candi Borobodur. Pagi-pagi, kami menumpangi bus kecil. Ugh, sampai juga ke sana. Wahhh, sudah capek, panaaas pula.

Tiket bule (red: Wisatawan Asing)

Karena tahu bahwa harga tiket orang asing mahalnya nggak ketulungan dibanding harga wisatawan lokal, kami sarankan teman-teman untuk tutup mulut. Kalau ngomong, orang Jepun kan ngomongnya Nihongo. Hahaha ...

Mengapa kami mau agar relawan Jepang bayar sama dengan kami? Pertama karena mereka itu anak-anak SMA-mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan sosial di Semarang. Artinya, selain mereka sudah melakukan kegiatan kerelawanan tanpa dibayar, tidak ada sponsor selain uang saku dari orang tua saja, harus bayar sendiri tiket pesawat dan kehidupan selama kerja sosial, mereka belum punya penghasilan seperti orang kerja dan tak punya usaha. Istilah kami waktu itu, mereka masih rembol. Kasihan.

Selang beberapa menit, kami disetop petugas dan menyarankan untuk tetap membayar tiket asing. Hatahhhh.

"Mbak, meh ngapusi ora isa, lah wong sikile wong Jepang ono neon-ne." Sekretaris saya waktu itu bilang bahwa niat kami untuk membayar tiket lokal untuk teman-teman relawan tidak berhasil karena kulit orang Jepang sangat putih, kentara kalau bukan orang lokal. Hahaha ...

Nggak nyangka, harga bule itu juga ada dalam kehidupan saya pribadi, ketika sudah berkeluarga. Bukan, saya bukan ganti WNA tapi suami dan anak-anak itu lho.

"Kamu mau ke mana?" tanya seorang penumpang yang terkatung-katung karena pesawat delay di bandara Flores.

"Mau ke Semarang terus Magelang, Yogyakarta...." Jawab suami saya. Senang sekali ada bule yang sama-sama berbahasa Jerman

"Lihat apa di sana?" Si bapak yang sudah agak berumur mau tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun