Mohon tunggu...
Fajar Hardiansyah Subais Fajar Hardiansyah Subais
Fajar Hardiansyah Subais Fajar Hardiansyah Subais Mohon Tunggu... pegawai negeri -

www.urbancikarang.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jembatan Cipamingkis Cibarusah Terancam Ambruk Lagi

5 Maret 2014   15:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:13 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berkutat fokus membantu saudara-saudara kita di wilayah utara Kabupaten Bekasi, tepatnya Muara Gembong akibat terjangan banjir jebolnya tanggul Sungai Citarum, kini kami mengulas wilayah selatan Kabupaten Bekasi, tepatnya Cibarusah terkait keberadaan Jembatan Cipamingkis yang membentang di Kali Cipamingkis yang rawan ambruk.

Senin 3 Maret 2014 salah satu admin Urban Cikarang menyambangi Cibarusah, tepatnya ke Jembatan Cipamingkis, Cibarusah untuk "memotret" keberadaan jambatan yang saat ini rawan ambruk kembali. Ya kembali ambruk, karena menurut informasi yang kami telusuri, jembatan ini juga pernah ambruk pada tahun 2009 lalu hingga kurang lebih 10 bulan lamanya dan praktis melumpuhkan roda ekonomi masyarakat Cibarusah, khususnya Desa Sirnajati, Rido Galih dan Desa Rido Manah yang sehari-hari "bergantung" pada keberadaan jembatan ini. Jembatan Cipamingkis terletak di Kecamatan Cibarusah yang menghubungkan antara Desa Sirnajati, Desa Ridomanah, Desa Ridogalih. Selain itu jembatan ini adalah jembatan utama yang menghubungkan dengan Kabupaten Karawang. Jembatan Cipamingkis merupakan jalur urat nadi perekonomian masyarakat, karena Jembatan Cipamingkis satu-satunya jembatan yang menjadi jalan kendaraan berormotor roda dua bahkan roda empat dari ketiga desa wilayah tersebut untuk menuju pusat perekonomian Cibarusah dan daerah lainnya. Sebenarnya pada awalnya Jembatan Cipamingkis  dirancang dengan konsep bangunan berteknologi tinggi dengan perkiraan kekuatan lebih dari 50 tahun. Pekerjaan pembangunan jembatan dimulai pada tahun 1994 dan selesai 1995 dengan biaya yang tidak sedikit. Jembatan ini dibangun juga sebagai pengganti jembatan gantung yang terletak di sampingnya dengan jarak kira-kira 300 meter dari Jembatan Cipamingkis, yaitu jembatan gantung yang merupakan peninggalan jaman belanda dengan panjang 75 meter dan lebar 120 centimeter.  Karena jembatan gantung tersebut adalah satu-satunya jalan alternatif, maka keberadaan jembatan ini  merupakan solusi paling efektif guna menggerakkan perekonomian warga yang hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.

Kini jembatan gantung yang bersejarah itu hilang tanpa jejak, saat kami mendatangi lokasi jembatan gantung sudah tak tampak lagi keberadaannya.

Tragedi Ambruknya Jembatan Cipamingkis 2008-2009

Tahun 2008. Mungkin banyak orang yang tidak mengira bahwa jembatan akan tetap bertahan hingga puluhan tahun. Tetapi perkiraan itu meleset, pada bulan Desember 2008 kondisi sekitar jembatan sudah mulai tampak retak-retak, karena akibat banyak tanah penyangga tiang jembatan sebelah pinggir sudah mulai longsor akibat hujan yang terus menerus.

Kondisi retaknnya jembatan sudah membuat warga yang lewat lalu lalang khawatir dengan keadaan tersebut. Tetapi sepertinya belum ada perhatian dari pihak Pemerintah Kabupaten Bekasi untuk mencegah atau mengantisipasi kerusakan yang lebih parah lagi. Hujan semakin besar, Kali Cipamingkis pun selalu membawa aliran air yang sangat besar dari Bogor.

Keberadaan Jembatan Cipamingkis makin lama semakin memprihatinkan, kondisi jembatan dengan intensitas hujan yang terus menerus, debit air yang mengalir melalui Kali Cipaminkis semakin besar hingga menyebabkan tanah disekitar jembatan mulai longsor. Dengan ditambah kontur tanah disekitar jembatan yang tidak stabil dan mudah longsor. Kira-kira pukul 17.00 pada hari Rabu tanggal 11 Januari 2009  kondisi jembatan yang sebelah timur sudah mengalami miring dari posisi semula artinya jembatan sudah kondisi tidak bisa dilalui oleh kendaraan baik roda dua terlebih roda empat. Tepatnya kira-kira pukul 20.00 jatuhlah penyangga jembatan sebelah barat yang disebabkan runtuhnya tanah disekitar penyangga jembatan hingga menyebabkan jembatan  ambruk.

Mungkin hal itu tidak terjadi kalau setidaknya Pemerintah Kabupaten Bekasi melakukan perawatan jembatan sebelum roboh. Padahal pihak-pihak terkait (kepala Desa atau Camat) sudah melaporkan kejadian itu kepada Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Tidak ada satupun warga yang tidak gempar, semua orang dan mata tertuju pada peristiwa runtuhnya jembatan. Tidak terkecuali media masa cetak dan elektronik, semua meliput dan memuatnya.  Begitu pula Bupati Bekasi Drs. H. Sa’duddin, MM. meninjau langsung ke lokasi runtuhnya jembatan didampingi oleh para pejabat pemerintahan dan DPRD Kabupaten Bekasi.

Sebuah bencana yang luar biasa melanda Kecamatan Cibarusah, runtuhnya jembatan ini menyebabkan terisolasinya 3 desa dari pusat Kecamatan Cibarusah dan lumpuhnya perekonomian rakyat yang juga memutuskan jalur penghubung antara Kecamatan Cibarusah dengan Kecamatan Bojongmangu. Karena jalan yang menghubungkan kecamatan sebagai pusat administrasi desa harus terputus. Sarana ekonomi rakyat yang menghubungkan dengan pasar sebagai tempat penjualan hasil bumi rakyat terputus. Jangkauan terdekat yang menghubungkan puskesmas disaat ada musibah sakit juga terputus. Jalan yang menghubungkan sekolah-sekolah bagi anak-anak dan guru juga terputus. Urat nadi petani untuk menjual hasil panennya ke pasar juga terhenti.

Tidak hanya itu, semua aktifitias masyarakat Desa Sirnajati, Desa Ridomanah, dan Desa Ridogalih serasa terhenti. Dari pusat-pusat tersebut yang tadinya hanya dijangkau dengan waktu 15 – 20 menit. Tetapi dengan runtuhnya jembatan warga harus berjalan berputar, yang harus dijangkau lebih dari 2 jam. Dengan diperparah jalan-jalan yang dilalui itu sudah rusah parah belum adanya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Beruntung karena warga masih bisa manfaatkan jembatan bersejarah, yaitu jembatan gantung yang dengan lebar 120 cm dan panjang yang membentang 75 meter yang hanya bisa dilalui kendaraan roda 2 atau motor dan itupun harus berjalan bergantian mengantri, itupun harus ditambah dengan goyangnya jembatan yang menggetarkan jantung serasa akan copot disaat jembatan gantung itu dilalui oleh kendaraan.

Sebagai langkah antisipasi dari pihak Pemerintah Kabupaten Bekasi mengalokasikan dana sebesar 300 juta untuk memperbaiki jembatan gantung itu agar tetap dapat dilalui oleh warga. Itu diwujudkan sebagai tanggap darurat pemerintah terhadap bencana Kali Cipamingkis.

Desakan warga yang dimotori tokoh pemuda Munawar Fuad ke berbagai pihak akhirnya menuai hasil. Semua mata tertuju ke Jembatan Cipamingkis, bahkan Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto ikut meninjau langsung ke lokasi jembatan ini. Dengan anggaran 14 miliar, Kementerian Pekerjaan Umum membangun kembali Jembatan Cipamingkis dan tepat pada hari Jumat, 5 September 2009 pukul 18.30 WIB jembatan ini diresmikan kembali menandai bahwa jembatan sudah selesai dan siap digunakan

Kini 2014

Seakan sejarah tragedi runtuhnya Jembatan Cipamingkis kembali terulang, tanda-tanda jembatan ini akan kembali ambruk mulai terlihat. Ini terlihat dari beberapa bagian tanah disekitar jembatan mulai longsor tergerus aliran sungai. Sedimen tanah yang terdiri dari batuan, pasir dan tanah tak cukup kuat menahan derasnya air ketika aliran kali meluap.

Dari hasil penelusuran langsung ke Jembatan Cipamingkis, kami mendapati tanah-tanah di pinggir jembatan longsor, bahkan beton-beton penyangga yang berfungsi menahan tanah agar tidak longsor pun terlihat ambruk tak berdaya hingga ke tengah sungai. Tentu keadaan ini tak bisa didiamkan saja, Pemerintah Kabupaten Bekasi tak bisa tinggal diam, harus segera ada aksi-aksi penyelamatan Jembatan Cipamingkis sehingga tragedi 2008-2009 tidak terulang kembali.

Upaya Pemerintah Kabupaten Bekasi: Kajian Pemindahan Jembatan Cipamingkis dan Jembatan Cipamingkis II hingga Pembangunan Bendungan Cipamingkis

Dinas Bina Marga Pengelolaan Sumber Daya Air (BMPSDA) Kab. Bekasi saat kami sambangi terkait keberadaan Jembatan Cipamingkis mengatakan, bahwa sebenarnya Pemerintah Kabupaten Bekasi sudah melakukan kajian untuk memindahkan Jembatan Cipamingkis pada tahun 2011, karena kontur tanah disekitar Jembatan Cipamingkis yang labil dan bercampur dengan pasir dan batu tak cukup bagus untuk mendirikan jembatan, namun kajian tinggal kajian, pemindahan sangat sulit dilakukan karena posisinya yang sangat strategis untuk roda ekonomi dan pemerintahan. Wacana pemindahan ini rencananya di Leuwi Malang, warga merespon cukup baik rencana ini namun hingga kini tak ada bukti nyata. Posisi Jembatan Cipamingkis yang berada di tikungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Cipamingkis membuat tanah tak kuat menahan derasnya air.

Selain kajian pemindahan Jembatan Cipamingkis, masih menurut BMPSDA Kab. Bekasi, Pemkab Bekasi sudah berencana membangun Jembatan Cipamingkis II, untuk lokasinya masih dicari, mungkin akan dekat dengan Jonggol, Kabupaten Bogor, tapi ini butuh jalan panjang, karena terkait pembangunan yang menghubungkan dua wilayah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor harus melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Bupati Bekasi dr. Hj. Neneng Hasanah Yasin juga menyatakan hal yang sama bahwa kondisi Jembatan Cipamingkis saat ini memang mengkhawatirkan akibat lonsornya tanah disekitarnya. Pemerintah Kabupaten Bekasi sudah berupaya membangun turap untuk menahan pondasi dan tanah namun hal ini bersifat sementara, tambahnya.

Pemerintah Kabupaten Bekasi sudah menyurati ke Kementerian Pekerjaan Umum agar dibuatkan bendungan untuk penahan air agar aliran air yang melintasi Jembatan Cipamingkis ini dapat “diredam: debit airnya dan tak terlalu berdampak besar bagi tanah disekitar jembatan.

Selain pemintaan pembuatan bendungan, Pemerintah Kabupaten Bekasi juga sudah menyurati Kementerian Pekerjaan Umum untuk minta pengerasan tanah dan pondasi Kali Cipamingkis.

Semoga dengan tulisan ini, Urban Cikarang juga bisa menyuarakan dukungan agar semua mata melihat kondisi Jembatan Cipamingkis yang kini sangat mengkhawatirkan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun