Mohon tunggu...
fendy yulianto
fendy yulianto Mohon Tunggu... -

Fendy Yulianto kampus STMIK AMIKOM Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pupus

13 Mei 2013   12:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:39 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“teeeeeeettttttttttt” Bunyi tanda waktu masuk sekolah telah berbunyi, para siswa bergegas masuk kelas. Namun ditengah – tengah keributan anak- anak yang berlarian terdengar sorakan – sorakan yang menjadi tradisi setiap pagi.

“Kak Ivaannnn... Kak Ivaan........” sorakan nama itu terdengar dimana – mana. Para siswi histeris setiap lihat sesosok laki – laki yang lewat didepan kelas mereka. Namanya Ivan Cellio Sebastian, laki- laki yang katanya paling cool di SMA YUDHA KARYA YOGYAKARTA . Dimanapun tempatnya, kapanpun waktunya, selalu terdengar para siswi  membicarakan nama itu, dengan mukanya yang berkhayal se langit . Ya,,,laki – laki itu memang selalu menjadi trending topik di sekolah.

Suatu pagi di depan gerbang sekolah . “Dis,,,,Ivan tuh...gilaaaa,, cakep banget ya...” pujian Dera, temenku yang paling centil sendiri. Dia memang sejak kelas 1 sudah memuja- muja dan berkhayal yang tidak penting tentang laki –laki yang menurutku “biasa banget” itu.

“idiihhhh... apa sih biasa aja deh, kaya liat artis fenomenal aja’’ balasku dengan ketus. ‘’ aduhh please deh Diska Franesia Kartika, kamu kayaknya harus menebalkan kacamatamu itu deh biar ga nge-blur...” balas si Dera mengejekku. “ yeehh.. yang ada kamu tu yang harus cek mata, mungkin ada lalat nempel di korneamu, buruan masuk kelas, telat lagi ntar” ujarku sembari menarik tangan Dera yang masih terpesona melihat laki-laki idamannya di depan kelasnya itu, “eh.... ati- ati.. ntar jatuh cinta beneran lohh” balas si Dera mengejekku, “ gaaaakk mungkiinnnn.. “ jawabku ketus.

Selang beberapa menit Bu Riska masuk dan langsung membukanya dengan pengumuman tentang acara di akhir bulan ini. Seberanya hari ini tidak ada mata pelajaran, namun hanya membahas acara untuk perpisahan kakak kelas 3 yang tahun ini lulus.

“Akhir bulan ini sekolah kita mengadakan pentas seni, dan setiap kelas mewakilkan satu acara yang ditampilkan diakhir bulan ini dan kelas kita akan mengambil satu orang yang mempunyai suara yang bagus untuk bernyanyi diatas panggung nanti.. siapa yang dikelas ini bisa menyanyi..? “  jelas bu Riska , “Diskaaaaaaaaaaaaaaa buuuuuuuuuu....” sorak semua anak- anak yang berada di dalam kelasku, seketika aku langsung kaget dan tercengang mendengar namaku disebut serempak oleh anak- anak.

“ addduhhh.. bu, saya.....” , “ iaaa bu, Diska pinter nyanyi, suaranya juga bagus..Diska saja Bu...” belum selesai menyelamatkan diri, Dera sudah meberikan alasan yang meyakinkan Bu Riska. Dengan muka yang sumringah, dan memasang muka yang seolah – olah tak bersalah itu ia memandangku dan aku... tak punya alasan lagi.

“ oke Diska kamu yang mewakili kelas ini ya, kamu akan latihan dengan partner kamu anak kelas 3 IPA 2, mungkin sudah tidak asing lagi ya nama ini, kamu akan feat sama Ivan Cellio Sebastian..pasti tau kan, ” ujar Bu Riska . “ haaaaaa...??????? sama kak Ivan bu..? kalau begitu saja juga mau Bu “ tiba – tiba kelas ramai dengan suara yang sama. Dera yang tadinya senyum sumringah sekarang berubah menjadi muka penyesalan. Dengan muka iri ia memandangku “ aahh.. tau gini aku tadi yang tunjuk tangan..” gerutu Dera.

Suasana dikantin begitu ramai dengan topik pembicaraan tentang pentas seni yang tahun ini katanya diadakan paling meriah. Tidak ada rasa senang atau sejenisnya yang  aku rasakan ketika ditunjuk untuk feat sama Ivan yang memang punya suara keren itu, malah aku merasa minder dan kalau bisa memilih mending jangan aku yang maju.

“terus kapan kamu latihan sama kak Ivan, Dis,...?? aku ikut donk... ya ya ya.. “ rayu si Dera dengan muka ngarepnya. “ yeee.. dasar buntut, ntar malam paling di studionya si Ivan..” kataku sambil mengaduk – aduk jus alpukat yang aku pesan , belum sempat minum tanganku disenggol dan jusnya pun tumpah. “ Dera... kamu gimana sih.. kotor nih rok ku.. ahh..” kesalku sambil mengibaskan rokku yang terkena tumpahan jus tadi, “ sorii Dis sory.. aku ngga sengaja.. tisu tisu..” kata Dera sambil mencari tisu. Belum sembuh kesalku tiba – tiba ada tangan yang menyodorkan sapu tangan dihadapanku  “ pake ini aja “ tawaran sesosok laki- laki tinggi putih dengan senyum yang memang berkharisma yang berdiri dihadapanku itu, memang benar apa kata anak – anak, dia memang sangat tampan.Speakless. “makasih kak” balasku dan akupun begegas membersihkan rokku yang kotor. “eehhh,.. kak Ivan.. kaka Ngapain disini kak... ? “ tanya si Dera dengan muka khasnya menyapa Ivan yang duduk didepanku. “ mau makan lah de, udah ngga ada kursi kosong, kakak boleh kan duduk disini...” jawab Ivan disertai senyum yang memperlihatkan lesung pipinya itu, aku masih sibuk dengan rokku dan sebisa mungkin menjaga imageku agar tidak salah tingkah, karna terus terang jantungku berdegub lebih dari biasanya. “ wahaaa...tentu boleh kak...oia kak.. kakak udah teman duet kakak siapa dipentas seni nanti..?” tanya si Dera sembil melirikku. “ belum dek, emang siapa ...? “ jawab Ivan penasaran, “ itu orangnya didepan kakak, si Diska Franesia...”  jawab Dera dengan tangan menunjukku, “ oohh kamu.. yang namanya Diska itu, katanya suaramu bagus ya,, wahhh.. seru nih... “ ucap Ivan denganku, “ ah.. biasa aja kok kak, berarti ntar malam latihannya di tempat kakak kan..? balasku dengan nada datar agar tidak kelihatan gugup. “iaa dek.. “ jawab Ivan dengan singkat.

***

Jam 19.00 aku latihan dan entah mengapa perasaanku menjadi deg-degkan sejak bertemu Ivan tadi biasanya tidak begini. Tapi mungkin hanya perasaan gugup biasa saja, jangan sampai aku suka dengan laki – laki yang biasanya aku sebut “biasa saja” itu.

Sesampai di Studio, Ivan sudah menungguku didepan aku langsuung masuk dan disitu hanya ada aku dan Ivan. Terus terag aku gugup ketika melihat Ivan dengan pakaian santainya, dia terlihat semakin ‘cool’ dan aku suka.

“Dis, temen- temenku ga bisa dateng, mereka lagi ada acara diluar kota katanya, kita hanya berdua saja, tidak apa- apa kan...? kata Ivan yang duduk disebelahku.” Ohh.. ngga apa – apa kok kak.. “ jawabku dengan santai yang padahal hatiku sudah tidak karuan.

“ yaudah,, kita latihan pake gitar aja dulu ya, soalnya kakak ga bisa maenin semua alat musik sendiri.. he he he” canda Ivan mencairkan suasana.

Malam itu begitu pendek, kami bercanda tawa, disela- sela candaan aku memperhatikan senyumnya yang memang sangat indah, lesungnya, matanya, semuanya aku suka, apalagi ketika dia mengajariku bermain gitar dengan sabar,dengan jarinya yang lembut, dia melatih jariku agar bisa memetik setiap senar gitar. Aku suka sama dia, ahh, mungkin aku kemakan omonganku sendiri kalau aku tidak mungkin suka sama Ivan. Tapi memang perasaan tak bisa dicegah. Dan sejak saat itu aku mulai akrab dengan Ivan, aku tidak berani menyatakan perasaanku yang sebenarnya, karna mungkin ini terlalu singkat.

***

Tidak terasa tiga minggu sudah berlalu, besok sudah waktuku dan Ivan pentas. Ini malam terakhir aku latihan, dan semoga saja semuanya berjalan seperti apa yang aku harapkan. “ kluuuunnntiingggggg......” bunyi sms masuk, ternyata dari Ivan “ Dis, aku ngga bisa jemput ya, kamu naik taxi nggak papa kan,,,? “ isi sms Ivan sedikit membuatku kecewa, memang sejak kami dekat dia selalu menjemputku setiap ingin latihan. “ ia kak, ngga apa- apa, tapi jam 9 aku harus sudah pulang ya, soalnya saudaraku mau kerumah” balasku.

Jam 18.30 aku berangkat, memang sengaja lebih awal agar aku bisa lama bersama Ivan. Sesampai di studio masih sepi, tidak terlihat Ivan yang biasanya duduk di kursi depan. Ternyata menang dia tidak ada, mungkin sedang keluar, pikirku dalam hati.

Aku membuka ponselku dan mencoba SMS Ivan..” kakak dimana,,? Aku sudah di Studio..” beberapa menit kemudian Ivan membalas “ loh.. ini blm jam 7 kan dek, bentar ya, kakak dijalan” balas Ivan .

Selang 10 menit aku menunggu Ivan, mobil Ivan sudah parkir dihalaman depan, aku lega dia sudah datang, namun ketika dia turun dari mobil dan dia membukakkan pintu sebelahnya ada hal yang seketika membuatku tercengang. Bagaimana bisa dia bersama wanita yang aku kenal,yaitu  Rara, sepupuku dari Jakarta.

“hai,,, maaf ya lama, aku jemput pacarku ke bandara,Dis kenalin ini Rara” ucap Ivan.

“Raraa..” kataku tercengang..

“Diska... kamu kenal Ivan...? ya ampun.. dunia sempit ya.. hehehe” sapa Rara dengan muka kagetnya.

“ kalian sudah saling kenal..? “ tanya Ivan.

“ Ia sayang,, dia kakaku yang di jogja yang aku ceritain sama kamu itu loh....” jelas Rara .

Disitu aku merasa hatiku sesak, dan membuatku merasa ingin menumpahkan air mataku saat tau ternyata laki-laki yang aku suka adalah pacar sepupuku sendiri. Tapi aku coba untuk tetap tersenyum dan mengendalikan emosiku.

Malam itu aku lebih diam dam mencoba fokus latihan seperti biasanya. Ini memang sakit, tapi aku memang tidak punya hak untuk marah dengan Ivan. Ini malam terakhir aku dan Ivan latihan. Dan sekaligus malam terakhir aku mengingat semua tentang Ivan .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun