Mohon tunggu...
Felix Chikita Fredy
Felix Chikita Fredy Mohon Tunggu... profesional -

Berprofesi sebagai seorang dokter. Saat ini menjalani program dokter internship (dokter tugas daerah) di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Menyembuhkan pasien lebih utama daripada menyembuhkan penyakitnya. Bercita-cita tinggi menjadi spesialis jantung dan menerbitkan buku! Mencintai dunia riset, menulis, mengajar, serta penggila cerita detektif. t: @drfelixchikita

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Aktivitas Seksual dan Olahraga Picu Serangan Jantung

6 Juli 2013   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:55 2539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1373113625823269417

[caption id="attachment_272986" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Anda pasti pernah mendengar, publik figur meninggal ketika sedang berolahraga. Atau Anda juga pernah mendengar seseorang terkena serangan jantung ketika melakukan hubungan seksual. Mengherankan dan menakutkan. Namun, benarkah itu? Olahraga yang Memicu Serangan Jantung Faktanya, olahraga memang memicu serangan jantung. Namun tidak semua olahraga. Olahraga yang ekstrem yang berbahaya untuk jantung. Pengertian olahraga yang ekstrem adalah olahraga yang memberikan beban terlalu besar bagi jantung kita hingga tidak dapat dikompensasi. Olahraga tersebut mengakibatkan denyut jantung dan tekanan darah meningkat sangat tinggi dan berbahaya. Risiko serangan jantung juga lebih besar pada olahraga yang bersifat kompetitif, seperti sepak bola, basket, lomba lari, dan sebagainya. Olahraga kompetitif merupakan olahraga yang tujuannya untuk bertanding, mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya, dan berusaha keluar sebagai juara. Pada olahraga jenis ini saraf simpatis dan adrenalin teraktivasi lebih besar. Hal ini yang mengakibatkan denyut jantung dan tekanan darah meningkat lebih daripada olahraga jenis nonkompetisi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 1 diantara 50000 atlet yang berolahraga ekstrem selama 3 jam mengalami serangan jantung atau mati mendadak saat dan/atau dalam waktu 24 jam setelah berolahraga. Sebuah penelitian di Austria pernah mengamati risiko kerusakan jantung pada para peserta lomba sepeda jarak jauh. Semua peserta diperiksa kesehatan sebelum lomba dimulai dan semuanya dinyatakan sehat. Setelah lomba selesai dilakukan pemeriksaan ulang dan pemeriksaan darah. Hasilnya cukup mengagetkan: 34% peserta menunjukkan peningkatan enzim jantung yang berarti ada bagian kecil pada jantung mereka yang mengalami kerusakan akibat kekurangan darah. Penelitian ini juga memperlihatkan kerusakan lebih besar didapatkan justru pada para pemenang, yakni peserta yang mencapai garis finish lebih dahulu. Dengan demikian, penelitian ini memperlihatkan bahwa sifat kompetitif dan pengurasan energi yang ekstrem berbanding lurus dengan ancaman kerusakan jantung. Sebagai contoh mudah, coba ukurlah denyut jantung Anda ketika berolahraga. Lalu bandingkan dengan denyut maksimal jantung Anda. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi 220 dengan usia Anda. Olahraga yang meningkatkan denyut jantung hingga lebih dari 80% denyut jantung maksimal akan memicu serangan jantung. Misalkan Anda berusia 40 tahun, maka denyut jantung maksimal Anda ialah 220 - 40= 180. Denyut jantung yang aman untuk Anda ialah 80% dari 180, yakni 144 denyut per menit. Ketika beroalahraga coba rabalah denyut jantung atau nadi Anda. Jika denyut sudah lebih dari 144 kali per menit, maka mulailah relaksasi untuk mencegah risiko serangan jantung. Pelankan gerakan Anda atau minta waktu untuk beristirahat guna menurunkan denyut tersebut ke kisaran yang aman. Kegiatan Seksual yang Memicu Serangan Jantung Bahwa ada orang yang mengalami serangan jantung saat atau beberapa menit setelah melakukan hubungan seksual adalah benar. Namun apakah hal tersebut sering ditemukan, sejumlah penelitian memberikan angka yang berbeda-beda. Pada orang dengan risiko tinggi untuk terkena serangan jantung atau sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya, frekuensi serangan jantung saat atau setelah hubungan seksual sekitar 2%. Angka tersebut masih tergolong kecil dibanding serangan jantung yang dipicu oleh olahraga terlalu berat (5%) atau serangan jantung akibat emosi tinggi (3%). Sedangkan pada orang sehat, serangan jantung akibat hubungan seksual hanya ditemukan satu diantara seribu hingga sejuta orang. Kasusnya sangat jarang. Studi lainnya mengemukakan hubungan seksual jelas meningkatkan risiko serangan jantung. Satu jam setelah hubungan seksual adalah saat-saat dimana seseorang memiliki risiko serangan jantung dua kali lebih besar daripada kondisi normalnya. Pada mereka yang sehari-hari jarang berolahraga, mengalami obesitas, atau telah berusia lebih dari 50 tahun, risiko tersebut meningkat hingga empat kali lebih besar. Hal yang menarik adalah risiko serangan jantung meningkat pada laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak dengan isterinya. Kondisi tersebut dihubungkan dengan aktivasi saraf simpatis dan rasa cemas yang meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dibanding biasanya. Sebaliknya, aktivitas seksual yang dilakukan secara teratur, dua kali per minggu, dengan kondisi tubuh yang sehat, malah dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung. Jika dilihat dari besarnya energi yang dikeluargkan, aktivitas seksual setara dengan olahraga derajat sedang. Aktivitas seksual selama 5-15 menit sama dengan energi yang dikeluarkan untuk naik-turun tangga sebanyak 2-4 kali. Denyut jantung meningkat hingga 70% denyut jantung maksimal. Tekanan darah meningkat tetapi jarang mencapai tekanan diatas 170 mmHg. Peningkatan tersebut masih normal dan termasuk dalam kisaran yang bisa dikompensasi jantung kita. Dengan demikian, sebenarnya aktivitas seksual tidak berbahaya asalkan dilakukan dengan sewajarnya. (t: @drfelixchikita)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun