Kepada yang terhormat,
Bapak Anis Baswedan
Bapak Syafii Ma’arif
Bapak Iwan Fals
Bapak Said Aqil Siraj
Bapak Din Syamsuddin
Ibu Ratna Sarumpaet
Ibu Saparinah Sadli
Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid
Ibu Musdah Mulia
Bapak Dede Oetomo
Bapak Arif Rahman
Bapak Ikrar Nusa Bakti
Bapak Azyumardi Azra
Dan seluruh pendukung gerakan perubahan
Di
Tempat berpikir dan berefleksinya masing-masing
Salam hormat,
Saya berharap, Anda semua sehat walafiat.
Pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia akan berlangsung tak lama lagi, pada 2014. Dua tahun merupakan waktu yang teramat singkat untuk menyiapkan pemimpin yang bisa menghidupkan lagi harapan bangsa Indonesia menuju cita-cita reformasi yang sesungguhnya, mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Saat ini, banyak kelompok politik, khususnya dari kalangan partai politik yang sudah memulai langkah mempersiapkan diri untuk pemilu yang akan datang. Beberapa partai sudah membuka “pembicaraan” tokoh yang akan diusung menjadi (bakal) calon presiden. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang mereka miliki, menyiapkan langkah sendini mungkin merupakan strategi konsolidasi yang membuat ambisi politik mereka punya kemungkinan terwujud lebih besar.
Sebagai anak bangsa yang merasa sangat perihatin dengan kondisi sosial-politik pascareformasi, saya semakin merasa kehilangan harapan saat menyaksikan betapa sigap dan cepatnya para parpol menyiapkan startegi menuju pemilu presiden dan wakil presiedn 2014. Tentu saja, atas nama hak asasi dan demokrasi, tidak ada larangan bagi individu tertentu untuk menjadi seorang presiden, tidak peduli apakah yang bersangkutan memiliki kualitas paling sempurna untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan dalam berbagai bidang bagi seluruh rakyat Indonesia. Saya tidak rela, Indonesia menjadi negara parpol atau kembali menjadi negara keluarga.
Harapan akan perubahan yang pernah berkobar kuat saat gerakan reformasi digaungkan semakin redup saat para tokoh pro-perubahan masih diam, belum juga bergerak untuk melawan arus gerakan politik para politisi parpol tersebut. Kita seakan-akan membiarkan mereka untuk menang dengan mudah pada pemilu yang akan datang. Sekali lagi, sebagai anak bangsa yang sangat prihatin melihat kondisi sosial-pilitik yang jauh dari keadilandan kesejahteraan akan sangat tidak rela jika itu benar-benar terjadi. Itu artinya, kita akan terus hidup dalam situasi sosial-politik status quo yang masih dipenuhi korupsi, pembiaran berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran HAM, dan pengabaian hak-hak rakyat atas keadilan di berbagai bidang.
Karena itu, melalui surat terbuka ini, saya sangat berharap, Bapak dan Ibu sekalian bisa mulai membuat langkah-langkah signifikan untuk mempengaruhi proses pemilu presiden dan wakil presiden 2014. Dua tahun bukan waktu yang lama untuk melakukan konsolidasi sosial-politik. Kita akan semakin kehilangan waktu jika tidak memulainya sesegera mungkin. Minimal, jangan lagi membiarkan mereka menang dengan mudah. Mulailah bergerak, demi perubahan…. karena pada Anda semua saya menggantung harapan.
Salam solidaritas untuk perubahan.
Binghamton, NY, 29 Mei 2012
(Farid Muttaqin)