Mohon tunggu...
Eustachius Mali
Eustachius Mali Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru SMA di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Mengajar di Atambua, Belu, NTT. Suka menulis dan mengirim berita sebagai penulis lepas. esta.bmtae@gmail.com, eustachiusmali@yahoo.com, esta_bmtae@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Kepala Sekolah Sukses: Antara Harapan dan Kenyataan

14 Maret 2017   22:18 Diperbarui: 20 Maret 2017   18:01 4351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika banyak orang berniat bahkan berambisi untuk menjadi pimpinan, ada orang berpandangan bahwa lebih baik menjadi bawahan daripada menjadi pemimpin yang sibuk dengan segala urusan termasuk mengurus bawahan yang “nakal”. Tegasnya, menjadi pimpinan bukan merupakan impian semua orang. Mengapa? Karena tidaklah mudah ketika seseorang dengan segala keunikan dirinya merangkul dan memimpin semua orang (baca: bawahan dan semua pihak terkait) yang masing-masing dengan kekhasannya.

Dalam tulisan singkat ini hendak dipaparkan bagaimana menjadi seorang Kepala Sekolah, antara impian indah dalam sebuah cita-cita -di satu pihak- versus fakta –di pihak lain- yang akan dialami langsung yang mengandung potensi konflik. Namun tulisan ini sebatas sebuah ulasan teoretis yang dipadukan dengan pengamatan seorang guru mata pelajaran.

Tugas dan Peran Sentral Kepala Sekolah

Siapa sebetulnya seorang kepala sekolah itu? Dia adalah salah satu guru yang diberi kepercayaan dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah.

Di pundak seorang pemimpin diletakkan banyak hal yang menjadi harapan publik di lingkup instansi yang dipimpinnya. Maka menjadi seorang pemimpin seperti kepala sekolah meliputi banyak hal dan aspek, yang diakumulasi dalam tugas–tugas sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.

Sebagai edukator, seorang kepala sekolah berupaya meningkatkan profesionalisme semua komponen di lingkup kerjanya dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif. Dengan demikian ia dapat dengan leluasa memberikan nasehat, mendorong dan melaksanakan model pembelajaran yang menarik seperti team teaching, moving class, accelaration program, dan lain-lain.

Sumidjo seperti yang dikutip oleh Mulyasa (2013: 99-100) menegaskan, sebagai pendidik (edukator), seorang kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan pembinaan mental, moral, fisik dan artistik. Dengan pembinaan mental yang baik dan terus-menerus, kiranya para stakeholder sekolah semakin hari semakin menghayati tugasnya sebagai karya kemanusiaan bukan sekedar sarana perolehan nafkah. Demikian pula para peserta belajar semakin hari merasa at home, kerasan atau betah di sekolah tempat mereka menimbah ilmu dan aneka pendidikan. Dengan pembinaan moral, kepala sekolah mendidik segenap komponen sekolah menyangkut sikap, tutur kata dan perbuatan serta hak dan kewajiban masing-masing tenaga pendidikan dan peserta didik.

Selain itu kepala sekolah juga membina warga sekolahnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani, kesehatan fisik dan penampilan lahiriah yang baik ketika berada dalam lingkungan sekolah maupun di tengah masyarakat. Dan yang tidak terlupakan, seorang kepala sekolah juga perlu membina kepekaan terhadap keindahan sekolah baik di dalam ruangan-ruangan maupun di lingkungan sekitarnya.

Dalam peranannya sebagai manajer, seorang kepala sekolah sebaiknya secara strategis mendorong dan memafasilitasi kerjasama yang baik, memberi ruang dan waktu untuk berkreasi meningkatkan kinerja kerja masing-masing pihak, dan menggunakan kemampuan individual sebagai kekuatan bersama dalam membangun sekolah yang dipimpinnya. Dalam kebersamaan kepala sekolah memanfaatkan segenap kekuatan sekolah dalam mewujudnyatakan visi dan misi sekolah (serta spiritualitas sekolah –khusus sekolah swasta).

Sebagai administrator, kepala sekolah selalu berhubungan dengan hal menyangkut pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh aktivitas sekolah. Kosekeuensinya, seseorang yang terpilih menjadi kepala sekolah haruslah paham benar tentang pengelolaan kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia, sarana prasarana, kearsipan, dan administrasi keuangan. 

Sebagai pemimpin di lembaga pendidikan formal sekolah, tugas dan tanggung jawab yang amat penting juga adalah perannya sebagai supervisor.Dalam hal ini segala aktivitas di sekolah ini disupervisi. Ada pengawasan dan pengendalian sebagai kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan serta sesuai dengan visi, misi dan spiritualitas sekolah yang dipimpinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun