Mohon tunggu...
Erwin Harahap
Erwin Harahap Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siswa Meninggal di Lingkungan Sekolah, Salah Siapa?

12 September 2016   16:21 Diperbarui: 12 September 2016   16:26 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagaimana telah tersebar berita bahwa pada hari senin, 18 April 2016, keluarga besar Sekolah Dasar Negeri Percobaan yang berlokasi di desa Cinunuk, kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung, dikagetkan oleh peristiwa yang sangat memilukan. Seorang siswa teman terbaik kami, siswa kelas 3 SD meninggal dunia setelah dibawa ke Rumah Sakit AMC Cileunyi karena tergilas oleh mobil pengangkut air mineral. Seketika setelah kejadian hingga beberapa hari setelahnya, adan bahkan hingga saat ini, kami orang tua siswa masih juga bertanya-tanya, apa sebenarnya penyebab terjadinya musibah ini? Siapakah yang patut disalahkan?

Pertanyaan ini tentunya sangat wajar dan tidak berlebihan, Walau sebagian orang memilih jalan damai dengan menyatakan bahwa, semua musibah yang terjadi sudah merupakan takdir Allah Swt, dan tidak akan ada yang mampu merubahnya, namun dalam hal ini penulis berpendapat bahwa suatu takdir terjadi adalah akibat dari pilihan yang dilakukan oleh manusia. Artinya adalah, kita bisa mengukur suatu takdir sebelum itu terjadi. Bahasa lain yang digunakan untuk hal ini adalah teori kemungkinan atau prediksi. 

Gambaran mudahnya adalah sebagai berikut. Ketika kita bermain api, maka ada kemungkinan tangan atau mungkin tubuh kita akan terbakar. Begitu pula saat bermain air, kita bisa memprediksi bahwa tubuh kita mungkin akan basah. Nah, saat terjadi tubuh kita basah, atau terbakar, walau kita telah berusaha untuk menghindari itu, maka bisa kita katakan bahwa itu adalah takdir.

Terlepas dari kontroversi mengenai pengertian takdir, saya berusaha untuk tidak terjebak pada debat kusir apa yang dimaksud dengan takdir. Namun kembali ke pokok permasalahan awal, apabila manajemen keamanan dan kewaspadaan dihalaman sekolah tertata dan terlaksanakan dengan baik, dengan ijin Allah, tentunya barangkali musibah siswa meninggal dunia dihalaman sekolah akan dapat dihindarkan.

Bertolak dari latar belakang tersebut diatas, apakah penyebab dari meninggalnya siswa atas musibah itu? jawabnya adalah musibah terjadi karena kelalaian yang dilakukan oleh beberapa pihak. Lalu siapa yang salah? Tentu yang salah adalah pihak-pihak yang melakukan kelalaian. lalu siapakah pihak-pihak itu semua?

Yang pertama adalah Pihak Sekolah. Yang patut disalahkan tentunya pimpinan dari sekolah yatiu Kepala Sekolah SD Negeri Percobaan Cileunyi. Suka atau tidak itulah kenyataannya, seorang pemimpin harus mau bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi dilingkungan yang dipimpinnya. Saat seorang pemimpin tidak mau bertanggung jawab atau bahkan melemparkan kesalahan pada pihak lain, maka kita sudah bisa melihat bagimana kualitas kepemimpinan dari orang tersebut. 

Yang kedua adalah Komite Sekolah, terutama Ketua Komite karena lalai dalam menjalankan tugas sebagai fungsi pengawasan terhadap jalannya sistem di satuan pendidikan. Komite sekolah gagal mengawasi dan memberikan teguran terhadap manajemen sekolah yang lalai dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi para siswa hingga menyebabkan musibah siswa meninggal dunia karena tergilas mobil. 

Yang ketiga adalah Pemerintah terkait, yaitu Dinas Pendidikan kabupaten, Dinas Pendidikan Propinsi, juga Pemerintah setempat.

Yang keempat adalah petugas keamanan sekolah. Apa sebenarnya yang mereka lakukan saat musibah tersebut terjadi? bukankah sudah meruakan tugas mereka mengamankan lingkungan sekolah?

Yang terakhir adalah orang tua siswa. Ya betul, kita orang tua siswa, yang lebih banyak tidak peduli terhadap keadaan sekolah. Tida peduli terhadap hak-hak yang seharusnya diperoleh untuk anak-anak kita. Orang tua selalu bersikap egois dan sibuk dengan urusannya masing-masing, dan memiliki pandangan bahwa saat anak sudah di sekolah, maka orang tua sudah terbebas dalam menjaga mereka. Namun sebetulnya justru kita sebagai orang tua harus khawatir, saat anak-anak berada jauh diluar jangkauan kita. Siapa yang akan lebih peduli kepada anak selain orang tuanya sendiri?

Kita memang harus memberikan kepercayaan kepada guru di sekolah, tetapi tidak 100%. Kita juga harus perhatikan sarana prasarana apakah sudah mendukung dalam pengamanan para siswa? apakah aturan dan tata tertib sudah diterapkan demi menjamin ketertiban dan kelancaran dalam belajar? Biarkanlah orang tua dikatakan bawel, cerewet, dan lain-lain asalahkan anak-anak aman dan selamat dalam menimba ilmu di sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun