Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pengalaman Waktu Belajar Mengemudi Mobil

11 November 2014   14:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:05 7860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu saya pindah ke Jakarta untuk bekerja, saya tidak bisa menyetir mobil, membayangkan punya mobil pun tidak… Namun setelah saya bekerja beberapa tahun lamanya,  bos saya yang baik hati, memberikan fasilitas mobil kepada saya dan saat itu saya kaget dan senang bukan kepalang. Saking kagetnya, waktu bos saya tanya “bisa DRIVE ?”, saya dengarnya “bisa DIVE ?”, terus saya jawab “saya nggak bisa “menyelam”, Pak”, bukan “dive” tapi “drive”.. wwkkk…

Terus kata bos “belajar, ya, nanti kalau sudah bisa saya kasih mobil”… Kemudian, saya cepat-cepat mencari tempat belajar mengemudi  mobil, dan akhirnya menemukan satu yang tidak jauh dari kos saya, kalau tidak salah kantornya di daerah Kemakmuran.

“Kejam” juga lho pengajar saya, begitu pelajaran dimulai, saya diminta langsung duduk di kemudi, dan dia mendampingi. Dia kemudian mengenalkan ke saya mana rem, gas, persneling, kopling dan rem tangan. Bukannya dibawa ke tempat yang  luas dan sepi, namun saya langsung diminta terjun ke Jl Kemakmuran yang saat itu rame banget untuk ukuran saya yang gemetaran dan keringatan. Awalnya saya hanya bisa menyetir dengan kecepatan 30 km/jam dan saya pikir itu sudah cepat banget, kata si guru “gas lagi”, “lho nanti nubruk, Pak”, “nggak, kan saya punya rem juga”.. Si pengemudi ternyata memiliki rem juga agar kalau saya ngawur, dia langsung menginjak rem.

Kalau tidak salah ingat, tempat belajar mobil itu juga bisa membantu kalau muridnya ingin membuat Surat Ijin Mengemudi (SIM). Saya mendaftar dan kemudian ujian tertulis dan praktek.. Ujian tertulis lancar karena didampingi “pembisik”, namun saat ujian praktek, saya harus sendirian dan harus melewati tanjakan dan di tengah tanjakan berhenti dengan “setengah kopling”.. Nah inilah saat yang begitu menegangkan, saya tidak bisa menghentikan mobil dan bablas langsung ke puncaknya dan turun.. Saya lupa apakah si penguji marah atau tertawa karena saya masih gemetaran karena kejadian tersebut.

Setelah mendapatkan SIM, saya lapor ke bos dan mobil langsung diberikan ke saya. Namun, saya belum PD untuk menyetir sendiri, jadi saya diamkan saja sampai beberapa hari lamanya, sampai suatu hari karena dipaksa keadaan, saya menyetir sendiri ke kantor.. Lancar tanpa masalah, namun saat pulang dan melewati jembatan Tomang yang selalu macet (sejak dulu kapan tidak macetnya?) dan agak menanjak itu, saya panik lagi saat harus berhenti dalam keadaan “setengah kopling”. Ketakutan saya adalah bagaimana kalau sudah waktunya tekan gas, dan melepas rem tangan,  mobil malah mundur.

Mungkin karena trauma dengan “setengah kopling” tersebut, sampai sekarang saya tetap tidak PD menghadapi hal ini, terutama kalau memasuki pusat perbelanjaan dan harus mengambil strook parkir, dan saat yang sama harus “setengah kopling”. Untunglah saya sudah jarang sekali mengemudi sekarang, karena dengan  bertambah umur semakin mudah grogi, terutama juga karena lalulintas makin rame dan semrawut dibandingkan dulu.

Dengan banyaknya mobil matic, mestinya urusan mengemudi lebih mudah, namun saya belum berani mencobanya, apalagi waktu mendengar suatu kecelakaan di suatu tempat parkir, gara-gara si pengemudi diduga panik dan salah menekan, sehingga bukannya mobil maju namun mundur dan menerobos pembatas parkiran, dan seluruh penumpangnya tewas.. Hii ngeri..

Sehubungan dengan kemampuan mengemudi yang pas-pasan, beberapa kali saya mengalami kejadian berikut ini :

1.. ditilang, contoh :

- ban melewati batas garis waktu berhenti di lampu LL;

-mestinya harus masuk jalur lambat, namun saya masuk jalur cepat;

-lampu menjelang merah seharusnya berhenti, namun saya masih bablas

2.. menabrak mobil yang sedang diparkir, gara-gara waktu mobil saya mundur, saya tidak melihat kalau di belakangnya ada mobil lain yang diparkir

3.. gara-gara tidak PD “setengah kopling”, maka saat menemui jalan menanjak sekali dan saya takut tidak bisa berhenti, saya minta teman saya untuk ganti mengemudi

4.. pernah menyeberang jembatan darurat yang hanya pas ban mobil, dan saya takut kecebur, maka saya turun dari mobil, dan mobil saya serahkan ke sopir di belakang mobil saya, untuk mengemudi melewati jembatan tsb… dan tahu siapa sopir tersebut?? … sopir angkot

5.. pernah di tempat parkir yang rame banget dan saya sulit untuk mengeluarkan mobil tsb, saya minta juru parkir untuk mengeluarkan mobil tersebut

Jangan ditiru ya...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun