Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melacak Jejak Perahu Nabi Nuh di Turki

28 Maret 2017   14:43 Diperbarui: 17 Januari 2018   11:51 3945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fosil perahu Nabi Nuh (dok.M Arik)

Apa yang semula membawa saya menjelajah Turki adalah mencari jejak perahu Nabi Nuh AS di Turki. Waktu itu bulan Ramadhan , saya mendapat ilham untuk ke Turki. Allah membimbing saya untuk mengetahui salah satu bukti kebesaran dan kekuasaan Allah pada masa Nabi Nuh AS yang ternyata masih ada sampai sekarang. Entah bagaimana, saya mengikuti naluri untuk segera berangkat ke Turki.

Sebelumnya saya tidak tahu banyak tentang Turki, karena belum pernah ke sana.  Namun dengan keyakinan penuh akan naungan-Nya, saya tekadkan hati untuk ke sana sendirian. Ini adalah salah satu perjalanan spiritual dimana saya menuruti perintah-perintah Allah untuk melihat bukti-bukti yang diberikan-Nya dan menambah keimanan saya kepada-Nya.  Bulan suci Ramadhan adalah saat spesial untuk meng-upgrade diri dengan iman dan takwa. Dengan tetap menjalankan ibadah puasa, saya memulai misi spiritual ini.

Dengan menggunakan  pesawat Qatar Airways saya berangkat ke Turki.  Setelah transit dan ganti pesawat di Doha, saya terbang ke Istanbul dan turun di bandara Ataturk Havalimani.  Dengan sedikit bingung saya bertanya-tanya sendiri, kemana saya harus pergi.  Saya belum tahu ada kendaraan umun seperti kereta dan bus dari bandara. Jadi saya memanggil taksi dan minta diturunkan di Taksim Square. Saya dengar Taksim cukup strategis kemana-mana, jadi kalau memulai sesuatu, lebih baik dari sana.

Di Taksim Square, saya kembali bingung, mau bertanya agak susah karena ternyata banyak orang Turki yang  tidak mengerti bahasa Inggris. Akhirnya saya duduk saja di dekat patung Ataturk sambil berdoa agar Allah memberi jalan. Tak disangka tahu-tahu ada sekelompok anak muda berjalan mengarah patung itu. Dari wajahnya saya yakin orang Indonesia. Benar saja, setelah dekat, mereka berbahasa Indonesia. Kami pun berkenalan, mereka adalah mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di sana.

Beberapa mahasiswa sudah senior tahu banyak tentang wilayah-wilayah Turki.  Satu orang yg paling senior memberitahu cara untuk mencapai wilayah yang diduga ada perahu Nabi Nuh. saya mencatatnya dengan baik. Setelah itu kami berkeliling bersama-sama. Kebetulan ada beberapa mahasiswa muda yang juga baru datang ke Turki dan mendapat bimbingan para senior. Setelah itu kami mencari penginapan backpacker dan bermalam di sana.

Penginapan backpacker adalah pilihan paling murah, kami memilih satu kamar yang bisa berenam. Satu ruangan dengan tiga ranjang tingkat. Hanya saja kamar mandinya ada di luar, kalau kamar mandi dalam harganya lebih mahal. Untunglah kamar yang kami pilih adalah paling atas, tidak dipilih oleh wisatawan lainnya, jadi tidak banyak antrian ke kamar mandi.

Dogubeyazit

Pagi hari kami saling memisahkan diri. Saya hendak melanjutkan perjalanan mencari perahu Nabi Nuh. Sesuai petunjuk, saya ke terminal bus antar kota yang  bernama Otogar. Di sana saya bisa mendapatkan bus yang menuju provinsi Dogubeyazit dimana fosil perahu berada. Bus-busnya besar dan terkesan mewah, tapi sayang tidak menyediakan toilet. Kalau mau buang air terpaksa menunggu bus mampir di rumah makan.

Ternyata butuh waktu sekitar 12 jam untuk mencapai kota Agri Dagi, Dogubeyazit. Tubuh rasanya sangat lelah, tulang-tulang serasa mau rontok. Baru terasa bahwa pertambahan usia memengaruhi stamina Saya tidak sekuat waktu muda dulu. Terminal bus di kota ini sepi setelah bus saya menurunkan penumpang.  Rupanya jam operasional bus antar kota hanya sampai pukul 02.00 pm. Setelah itu harus tunggu pagi hari.

Gunung Ararat|http://www.memurlar.net
Gunung Ararat|http://www.memurlar.net
Kota ini dikelilingi perbukitan. Tak jauh dari situ adalah gunung Ararat yang terkenal, sebagai tempat pendaratan perahu Nabi Nuh.  Di salah satu bukit  berdiri megah istana Ishak Pasha, peninggalan zaman kesultanan Ottoman.  Di bukit yang lain ada  lubang besar, bekas meteor yang pernah jatuh di wilayah sini.  Memang kota ini tidak besar, tetapi tampak tenang dengan penduduk yang sebagian adalah peternak biri-biri.

Karena saya lelah, saya beristirahat di salah satu penginapan. Saya sudah berkenalan dengan penduduk yang menjadi guide untuk turis. Bahasa Inggrisnya cukup lumayan, jadi dia bisa mengantar saya besok.   Makanan untuk berbuka puasa pun dia yang menyediakan. Karena itu saya mengikuti saja rencananya untuk berkeliling sekitar kota ini.  Dia juga sudah menyewakan mobil untuk saya gunakan, karena tidak ada angkutan umum ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun