( Cerita sebelumnya : Glen )
Aku memutuskan untuk meninggalkan usaha Cateringku. Aku memberhentikkan semua karyawanku.
Aku juga memberhentikan si Nur dan Parmin, pembantu dan supir setiaku.
Aku memutuskan untuk mengontrakkan rumahku yang aku tempati dan menepi ke pinggiran Jakarta. Kota Wisata menjadi pilihanku untuk tinggal sementara.
"Bu, untuk sementara waktu saya harus menetap di luar kota, karena ada urusan bisnis di sana. Rumah yang saya tempati mau dikontrak oleh Expatriat. Ibu tetap tinggal di Cempaka Putih saja. Sambil sesekali mengawasi rumah yang saya kontrakkan  ya bu." Dustaku pada ibu ketika aku mengutarakan niatku untuk Pindah.
Mr. Frank membelikan rumah untuk ibu tempati, berjarak beberapa rumah dari rumah yang kami tempati. Ibu tinggal dengan adik bungsuku dan suaminya. Mereka baru menikah dan belum dikarunia putra.
Ibu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku tahu persis ibu dapat menangkap dustaku. Usia ibu hampir 70 tahun, tapi aku tahu mata ibu masih bisa dengan jelas melihat lukisan kebohongan di bola mataku. Tapi ibu tidak berkomentar.
"Berapa lama kamu kontrakkan rumahmu Yon?" Tanya Ibu akhirnya.
"2 Tahun bu. Saya akan selalu mengunjungi Ibu, tapi tidak akan sesering dulu." Kataku lagi.
Ibu diam lagi.
Aku juga diam. Suasana jadi terasa kaku.