Mohon tunggu...
EFENDI
EFENDI Mohon Tunggu... Freelancer - Putra Aceh Selatan

Praktisi Kehutanan dan Aktivis Alumni STIK Aceh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan Malam di Simpang Jalan Itu

25 April 2019   11:42 Diperbarui: 25 April 2019   11:46 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita ini bermula ketika saya dan teman-teman mengikuti sebuah training kegiatan di kota P, hari terakhir kegiatan kami berencana untuk jalan-jalan "cari angin", dengan difasilitasi oleh panitia dan setelah bernegosiasi ala CSO maka pada malam itu kami difasilitasi untuk keluar mencari angin segar dan melihat sekeliling kota.

Novi temanku dari Medan adalah seorang yang sangat "rame" untuk urusan jalan-jalan begini yang terindikasi dengan tidak pernah hening sekejap pun suasana dalam mobil yang mengangkut kami, ada-ada saja yang menjadi bahan pembicaraan dan pasti selalu diakhiri dengan tertawa oleh kami semua.

Segala warung sudah kami singgahi (sesuai dengan ukuran kantong aktivis), segala lapangan sudah kami kelilingi dan tempat-tempat keramaian sudah kami lewati dan suasana mobil mulai hening karena kecapaian dan sang "dalang" yang juga sudah lelah rupanya.

Kota P juga kota yang memiiki kehidupan malam seperti kota-kota besar lainnya, dari komunitas hedon sampai komunitas kandang sapi juga tersedia di kota ini.  Banyak dijumpai di sudut kota komunitas yang melayani bisnis esek-esek atau dengan kata lain berprofesi sebagai perempuan malam, namun disini saya menggunakan sebutan "lonte" (maaf bagi yang tak berkenan).

Kata "lonte" bagi saya terdengar kasar dan sangat rendah dan membuat larut dalam perenungan yang menyisakan sebuah tanya, sebenarnya kata "lonte" ini berasal darimana.?

Menurut beberapa tulisan yang sempat saya tanyakan kepada om google, kuat dugaan kata lonth berasal dari sebutan anak hewan, seperti belo untuk menyebut anak kuda, pedht untuk menyebut anak sapi, cemp untuk menyebut anak kambing, dan sebagainya.

Awalnya, kata lonth ini netral, tidak memiliki "nilai rasa", seperti halnya kita menyebut kata "kursi", "beton", "meja", "direktur", "polisi", "artis", "nasi", "roti", dan sebagainya. Nilai rasa dan makna kata ini berubah karena adanya eufemisme (gaya bahasa pengibaratan), di mana satu kata bisa memiliki banyak makna.

Dari  beberapa pendapat yang muncul, berikut saya mencoba merangkumnya.

  •  Ada yang bilang, kata lonth berasal dari kata loonely (kesepian), pendapat ini dimuat di tulisan Jayabaya tahun 80-an.
  • Lonth adalah nama hewan yang keluar di malam hari berbentuk semacam ngengat namun kecil. Di Jawa Tengah hewan ini disebut oth-oth dan di Jawa Timut hewan ini disebut dengan lonth.
  • Lonth adalah nama serangga seperti ngengat berwarna putih, baunya harum, dan keluar hanya di waktu malam (nocturnal), sukanya mengerubungi cahaya/api, sehingga kerapkali karena terlalu dekat, serangga ini terbakar. Seiring perkembangan jaman, sebutan lonth digunakan untuk merujuk ke orang yang tingkah lakunya mirip dengan serangga tadi, yaitu suka keluar malam, berwarna putih (make-up tebal dengan bedak berwarna putih), wangi, dan suka mengerubung gemerlap cahaya (sering ditemui di tempat dugem, clubbing, ajeb-ajeb), sehingga sering "terbakar" oleh riuhnya suasana.
  • Karena lonth merupakan serangga hermaprodhite (berkelamin ganda), maka lonth juga bisa ditujukan kepada pria (lola --- lonth lanang).
  • Othak-athik-gathuk (disambung-sambungin), kata lonth bisa jadi merupakan akronim, yaitu dari kalimat kelon thl-thl (duh, ini apa ya terjemahannya?), ada gak yang bisa bantu.?
  • Pada buku "Sejarah dan Perkembangan Pelacuran di Indonesia", lonth adalah simpanan raja-raja yang dikaryakan.
  • Para pelaku seni karawitan kuno sering menggunakan kata snth (sejenis tanaman umbi-umbian) untuk menyebut orang yang suka melakukan ngimpul wulung (duh, ini terjemahannya gimana, ya?). Snth.. nynth.. ngelonth..
  • Daun snth selalu kering meski diguyur dengan air. Bisa jadi sifat daun snth yang selalu "kering" ini digunakan untuk menyebut kelakuan lonth yang suka menjaga diri tetap "kering" (tidak menikmati, tidak merasakan kenikmatan seksual). 
  • sumber : http://benmestoke.blogspot.com/2010/03/asal-kata-lonthe-lonte-uji-kito.html?zx=3cba0a04092dc576 

Cerita berlanjut, ketika mobil yang membawa kami melewati sebuah persimpangan jalan, sontak sang "dalang" keributan kami berbicara pada supir "bang.! Pelann..." ada sesuatu di bawah lampu sana"... serta merta mata kami mengikuti arahan dari Novi dan ternyata disana berdiri beberapa wanita yang kami yakini sebagai perempuan malam (lonte) yang kelihatan dari gaun dan dandanannya.

Ide nakal sang "dalang" mendapat sambutan dari kami semua untuk menghampiri wanita-wanita tersebut dan kami semua mulai senyam-senyum membayangkan apa yang akan terjadi nanti waktu bertemu dengan si wanita.

Perlahan mobil menghampiri salah satu wanita yang dipilih secara otomatis oleh mata supir dan mewakili mata para lelaki dalam mobil dan jatuh pada wanita muda yang singset dan bohay (saya juga tidak paham dari mana kata bohay ini saya dapatkan..tapi gak mau pusing kata ini saya pakai saja), setelah berada tepat di samping wanita tersebut dan kaca mobil diturunkan secara spontan sang "dalang" kami mengucapkan kata..."Assalamu'alaikum mbakkk"..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun